Apa tujuan pembelajaran tujuan hidup manusia

Tujuan Hidup Dan Tujuan Pendidikan Islam

Membicarakan tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang tujuan hidup manusia. Manusia merupakan makhluk yang senantiasa mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan. Tujuan adalah objek (sasaran, maksud) yang mau dicapai oleh seorang pelaku. Tujuan adalah keadaan aktualisasi terakhir dari suatu bentuk, esensi, atau proses yang mencapai ketuntasannya dan tidak memerlukan perkembangan lebih lanjut (Bagus, 2000:1129).

Realitas kehidupan sarat dengan persoalan. Persoalan tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga bagaian. Pertama, titik ‘asal mula’ yang ditandai dengan kelahiran.Kedua, ‘titik tujuan’ yang ditandai oleh kematian. Ketiga, titik ‘eksistensi’ berupa garis lurus perjalanan manusia yang menghubungkan kedua titik yang terdahulu (Suparlan, 2008:59).

Titik asal hidup manusia dapat juga diartikan sebagai dari mana sebenarnya manusia itu berasal. Pengetahuan tentang asal kehidupan manusia ini akan memberikan penyadaran pada manusia akan siapa dirinya. Setelah manusia mengenal dari mana ia dan dari mana asal kehidupan, maka manusia perlu mengetahui kemana ia akan menuju. Pengetahuan tentang kemana ia akan hidup berhubungan dengan tujuan hidup. Setelah manusia mengetahuan asal dan tujuan hidup maka selanjutnya adalah bagaimana menjalani hidup.

Apa tujuan hidup ini? Pertanyaan ini tentunya memerlukan rentetan jawaban yang membawa kepada jawaban yang sebenarnya. Jika kita bertanya, ke arah mana kehidupan ini berakhir? maka jawabannya akan membawa kepada suatu tempat di mana segala sesuatu berakhir. Titik akhir itu merupakan sesuatu yang substansinya juga tidak diketahui secara pasti oleh pemikiran manusia. Tetapi pengetahuan tentang titik awal dan titik akhir ini akan membawa manusia kepada cerminan tentang adanya sesuatu yang pasti, mutlak, dan bersifat tak terhingga. Pikiran manusia tidak akan mampu menjelasan substansi yang mutlak tersebut. Pikiran manusia bersifat terbatas, sedangkan asal mula itu bersifat tak terbatas. Maka tidak mungkin yang terbatas mengetahui yang tidak tak terbatas. Dalam bahasa agama yang tak terbatas ini di sebut Tuhan, Dalam filsafat biasa disebut sebagai prima causa atau penyebab pertama.

Seperti hal yang awal kehidupan, akhir kehidupan pun demikian. Awal kehidupan berasal dari sesuatu yang mutlak yang berada di luar manusia dan tak terbatas. Maka tujuan akhir manusia pun di luar jangkauan pikiran manusia. Meskipun pikiran manusia terbatas, tetapi mampu untuk menilai bahwa tujuan hidup manusia hanya ada satu, bersifat universal, berada di dunia metafisis dan merupakan tujuan akhir dari segala sesuatu yang berada di dunia ini. Akal manusia dapat memastikan bahwa kehidupan ini berawal dari Tuhan atau causa Prima dan pada akhirnya akan kembali kepada Tuhan atau causa prima tersebut.

Tujuan pendidikan ditentukan oleh tujuan hidup. Tujuan hidup dipengaruhi oleh hakikat pandangan hidup tentang hakikat manusia. Tujuan pendidikan merupakan penjabaran tujuan hidup manusia (Dede a. Ghazali, 2008:136). Aktivitas atau perbuatan selalu berusaha mencapai tujuan. Pendidikan adalah aktivitas sadar manusia dalam hubungan dengan manusia lain, terarah pada tujuan bersama, tanpa terlepas dari struktur sosial budaya dimana aktivitas itu berlangsung.

Kehidupan manusia selalu berubah, sangat tergantung pada pengharapan, cita-cita hidup atau kebahagiaan. Tujuan hidup manusia mengalami pergeseran dan perubahan. Dari tingkat yang paling sederhana sampai tujuan hidup pada zaman sekarang. Pendidikan dimulai semenjak manusia itu ada. Jika pendidikan dimulai semenjak manusia itu ada maka tujuan pendidikan pun demikian. Hidup manusia mengalami perkembangan. Menurut Tylor manusia mengalami tiga fase perkembangan, yaitu from savagery (kekejaman), trough barbarism (kebiadaban), to civilization (kepada peradaban) (Djumransyah, 2008:105).

Tujuan hidup pada zaman-zaman tersebut tentunya memiliki perbedaan. Pada pase awal tujuan hidup manusia adalah bagaiman memenuhi kebutuhan hidupnya berupa rasa haus dan lapar. Tujuan hidup manusia pada fase ini adalah memenuhi kebutuhan perut dan melanjutkan keturunan. Pada fase berikutnya tujuan hidup manusia semakin berkembang. Dari hanya memenuhi kebutuhan perut dan biologis berkembang untuk memenuhi dorongan material, etis dan spiritual.

Dalam pandangan Islam, mengetahui dan memahami tujuan hidup merupakan keniscayaan. Orang yang tidak memahami dan menyadari tujuan hidupnya, seperti seorang nahkoda kapal yang kehilangan arah ditengah lautan lepas. Kapal tersebut lama kelamaan akan tenggelam karena kehabisan energi dan hantaman ombak dan badai. Oleh karena itu mengetahui tujuan hidup merupakan hal yang penting.

Untuk mengetahui hakikat dan tujuan hidup harus dipahami untuk apa dulu manusia hidup. Manusia harus mempertanyakan kembali, berasal dari manakah ia?, akan kemana? 

Ada orang yang menganggap bahwa hakikat hidupnya hanya persenyawaan unsur-unsur material. Jika manusia mati, maka musnah pula kehidupan ini. Sedangkan orang yang menganggap hidup ini dari Allah akan kembali kepada Allah, ia akan menyesuaikan hidupnya dengan tujuan Allah menjadikannya (Jumranshah, 2008:111). 

Tujuan hidup menurut Islam adalah beribadah atau mengabdi kepada Allah Swt. Tujuan hidup muslim terdapat dalam al- Qur’an surat al- Dzariyat (51):56 yang berbunyi ; ”Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku”. Ayat lain yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia adalah al-Qur’an surat al- Baqarah ayat 21 berbunyi: ”Hai manusia, beribadahkan kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa kepada Allah”. Dalam sebuah ayat disebutkan: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus” (Q.S. AlBayyinah :5).

Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat diketahui bahwa tujuan hidup menurut Islam adalah beribadah kepada Allah Swt. Ibadah kepada Allah adalah kata kunci hidup muslim. Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas tentunya merupakan keniscayaan. Dengan mengetahui tujuan hidup, manusia akan menempuh hidupnya seperti nahkoda yang berlayar di tengah lautan dengan kompas yang baik. Kompas tersebut membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk agar dapat sampai pada tepian pulau.

Setelah membicarakan tujuan hidup, maka berikutnya adalah pembahasan tentang tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini penting dalam mendesain pendidikan. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pandangan hidup orang yang merumuskan tujuan tersebut. Program pendidikan 100 % ditentukan oleh rumusan tujuan. Tujuan pendidikan akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut orang tertentu. Manusia terbaik merupakan tujuan pendidikan (Tafsir, 2006:76).

Tujuan pendidikan berhubungan dengan kondisi zaman yang senantiasa berkembang. Setiap masyarakat atau negara memiliki tujuan pendidikan yang mungkin dapat sama atau berbeda dalam beberapa hal.

  • The objective of self-realization; 
  • The objective of human relationshif; 
  • The objective of economics efficeincy; 
  • The objective of civic responsibility. 

  • Kesehatan dan kecakapan; 
  • Kesanggupan umum untuk hidup bermasyarakat, yang khususnya diperlukan untuk pekerjaannya dan pendidikan untuk masyarakat berpolitik; 
  • Membawa anak didik secara humanistis ke dunia kerohanian, yang akhirnya menjadikan betah dalam lingkungannya; 
  • Memahami dan melaksanakan agamanya sebaik mungkin (Djumransjah,2008:115).

3. Tujuan pendidikan di Malaysia 

Yaitu, mengembangkan potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dari segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. 

4. Tujuan pendidikan Jepang 

Yaitu, untuk meningkatkan kepribadian yang utuh, menghargai nilai-nilai individual, dan menanamkan jiwa yang bebas (Assegaf,2003:189). 

5. Tujuan Pendidikan Indonesia 

Yaitu, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UUSPN) Tujuan pendidikan berisi rumusan-rumusan dasar atau nilai-nilai dasar yang bersifat fundamental. Nilai-nilai fundamental tersebut diambil dari nilai sosial, ilmiah, moral dan agama. 

  1. Mengakhiri tujuan; 
  2. Mengarahkan tujuan; 
  3. Suatu tujuan dapat pula berupa titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuan baru maupun tujuan lanjutan dan tujuan pertama; 
  4. Memberi nilai (sifat) pada usaha. 

Di samping apa yang sudah dijelaskan di atas, fungsi tujuan pendidikan yang lain adalah: 

  1. Tujuan pendidikan memberi arah kepada proses yang bersifat edukatif; 
  2. Tujuan pendidikan tidak hanya memberi arah pada pendidikan, tetapi memberi motivasi terbaik; 
  3. Tujuan pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman atau menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan (Djumransjah, 2008:118). 

Menurut salah seorang tokoh pendidikan pembebasan yaitu Paulo Freire pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan itu harus bersifat subjektif dan objektif. Kebutuhan objektif untuk mengubah keadaan yang tidak manusiawi selalu memerlukan kemampuan subjektif untuk mengenali terlebih dahulu keadaan yang tidak manusiawi. Intinya pendidikan bertujuan membebaskan manusia dari penindasan (Paulo Freire, 1999:ix).

Dari perspektif di atas, tujuan pendidikan merupakan sebuah proses yang menjadikan manusia memiliki kesadaran. Kesadaran ini merupakan bagian penting dan merupakan sarana dalam rangka mencapai kebebasan. Tanpa penyadaran dan kesadaran proses dan tujuan pendidikan tidak akan terwujud. Bagi kaum eksistensialis, pendidikan bertujuan menjadikan peserta didik menemukan dirinya sendiri (dimensi batin), memahami kapasitasnya dan mendisiplinkan diri sendiri. Pendidikan adalah suatu jalan yang mengantarkan kita untuk ‘menjangkau’ diri kita sendiri (Bayraktar Bayrakli, 1996:122). Menemukan diri dan mengaktualisasikan diri merupakan tujuan pendidikan. 

Dengan menemukan diri berarti manusia telah menemukan kesadaran akan posisi dirinya di dunia ini. Dalam pandangan Islam tujuan menempati posisi sangat penting. Dalam kaidah ushul dikatakan bahwa:”al umur bi maqasidiha” artinya setiap urusan harus beorientasi pada tujuan. Sebelum membahas apa tujuan pendidikan menurut Islam, maka diperlukan pembahasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perumusan tujuan pendidikan. Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi kepada hakikat pendidikan Islam yang meliputi beberapa aspek, misalnya :

Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia diciptakan dengan membawa tugas tertentu (Q.S. Ali Imran:191). Tugas hidup manusia adalah untuk beribadah (sebagai abd allah) dan sebagai wakil Allah (khalifah Allah). 

Kedua, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep manusia yang memiliki beberapa sifat bawaan seperti fitrah, bakat, minat, sifat, karakter dan al- hanief.

Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini dapat berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga, maupun tuntutan zaman modern. 

Keempat, dimensi-dimensi ideal Islam antara lain keserasian antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi (Q.S. al- Qashash:77) (Abdul Mujib, 2006:71-72). Bagian yang sangat penting dalam mencapai tujuan adalah mengetahui prinsip-prinsip tujuan pendidikan Islam. 

  1. Prinsip universal (syumuliyah). Prinsip ini memandang keseluruhan aspek agama (akidah, ibadah, akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani, nafsani). Masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup; 
  2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan. Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas; 
  3. Prinsip kejelasan (tabayun). Prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia; 
  4. Prinsip tak bertentangan sehingga antar komponen saling mendukung; 
  5. Prinsip realistik dan dapat dilaksanakan; 
  6. Prinsip perubahan yang diinginkan. Prinsip perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniyah, ruhaniyah, serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan; 
  7. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu; 
  8. Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pada pelaku pendidikan serta lingkungan di mana pendidikan itu dilaksanakan (Mujib, 2006:73-74).

Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis tetapi tujuan itu merupakan keseluruhan dan keperibadian seseorang yang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Hasan Langgulung (1995:33) mengatakan tujuan pendidikan tidak terlepas dari pembahasan tentang tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanya suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. 

Seperti pendapat Hasan Langgulung, ketika kita berbicara mengenai tujuan pendidikan, terlebih dahulu kita memahami tujuan hidup manusia. Karena hal ini merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Islam telah menegaskan, bahwa manusia di turunkan Allah ke bumi ini adalah untuk menjadi khlifah-Nya (Zaini,1986:36), sebagaimana dalam firmanya:

Apa tujuan pembelajaran tujuan hidup manusia

“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu berkata kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khlifah di muka bumi.” (Q.S. al-Baqarah {2}: 30) 

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia sebagai khalifah di muka bumi, berperan aktif dalam memeliharan dan menjaga alam raya ini. Seluruh isi bumi, diperuntukan agar dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia. Semua kebutuhan manusia dipenuhi, karenanya manusia di tuntut untuk beribadah dan patuh kepada Allah Swt. (A.S. Abdullah, 1991:147) Allah Swt berfirman:

Apa tujuan pembelajaran tujuan hidup manusia

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.” (Q.S. al-An’am {6}:162) 

Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany (1979:399) mendefiniskan tujuan pendidikan secara sederhana yaitu perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitarnya. Proses pendidikan sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proposi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

Dalam proses pendidikan tujuan akhir merupakan tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini merupakan kristalisasi nilai-nilai ideal Islam yang diwujudkan dalam pribadi anak didik. Oleh karena itu, tujuan akhir haruslah meliputi semua aspek yang terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal. 

Berikut ini merupakan pendapat para tokoh mengenai tujuan pendidikan Islam: 

1. Tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah sebagai berikut: 

  • Memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena aktivitas ini sangat penting bagi terbukanya pikiran dan kematangan individu, kemudian kematangan ini akan mendapatkan faedah bagi masyarakat. 
  • Memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, sebagai alat untuk membantunya, hidup dengan baik di dalam masyarakat yang maju dan berbudaya. 
  • Memperoleh lapangan pekerjaan, yang digunakan untuk memperoleh rezki (Abdul Khalik, 1999:18-19) 

2. Menurut Al-Ghazali (Sulaiman, 1986:16-17) tujuan pendidikan Islam pada umumnya di tandai dengan watak religius dan moralitas yang tampak dengan jelas pada sasaran dan tujuan. Dengan tidak mengabaikan persoalan-persoalan dunia. Tetapi dia menganggap persiapan bagi urusan dunia hanyalah untuk mencapai kebahagian hidup di akhirat yang dipandangnya lebih utama dan lebih kekal. Faktor yang paling utama tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat. 

3. Muhammad Fadhil al-Jamali sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Mujib (2006:83) merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan empat macam: 

  • Mengenalkan manusia akan peranannya di antara sesama titah makhluk dan tanggung jawabnya di dalam hidup ini. 
  • Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat. 
  • Mengenalkan manusia akan alam dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberi kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat darinya. 
  • Mengenalkan manusia akan pencipta alam (Allah) dan menyuruhnya beribadah kepada-Nya.

4. Quraish Shihab (Nata, 2005:104) mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsi sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh alQuran, untuk bertaqwa kepada-Nya. 

5. Abdul al-Rasyid ibn Abd al-Aziz dalam bukunya, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Thuruq Tadrisiha mengatakan, tujuan pendidikan Islam meliputi: 

  • Adanya kedekatan kepada Allah Swt, melalui pendidikan akhlak 
  • Menciptakan individu untuk memiliki pola pikir yang ilmiah dan pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang dapat mengintegrasikan antara agama dengan ilmu dan amal shaleh, guna memperoleh ketinggian derajat dalam berbagai dimesi kehidupan. 

6. Muhtar Yahya merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan sederhana sekali, yaitu memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam pada peserta didik dan membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi Rasulullah Saw sebagai pengembang perintah menyempurnakan ahlak manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia akhirat (Nata, 2005:83) 

Perlu juga anda perhatikan beberapa pendapat lain dari tokoh pendidikan Islam. Seorang tokoh pendidikan Islam, Syed M. Naquib al-Attas, memberikan pengertian tentang tujuan pendidikan yaitu menanamkan kebaikan ataupun keadilan dalam diri manusia sebagai seorang manusia dan individu, bukan hanya sebagai seorang warga negara atau anggota masyarakat. Bahwa yang perlu ditekankan dalam pendidikan adalah nilai manusia sebagai manusia sejati. Orang yang baik adalah orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan, yang memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya sendiri dan orang lain, senantiasa meningkatkan diri menuju kesempurnaan sebagai manusia yang beradab (Abdul Latif, 2007:15) 

Dari pendapat di atas, tujuan atau orientasi mendidikan hendaknya menjaga equilibrium (keseimbangan), antara aspek jasmani dan rohani, antara duniawi dan ukhrowi, dan antara pribadi dan masyarakat. Dengan melakukan upaya penyeimbangan ini, maka pendidikan akan memberikan pengaruh dan mampaat yang besar bagi manusia karena sesuai dengan asas keseimbangan. 

Menurut Ikhwan al-Shafa, tujuan pendidikan meliputi beberapa tahap. 

Pertama, tujuan pendidikan adalah untuk mengenali diri sendiri. Sedangkan tujuan tertinggi pendidikan adalah peningkatan harkat manusia kepada tingkatan malaikat yang suci, agar dapat meraih keridlaan Allah Swt. Agar manusia dapat merealisasikan hal tersebut, maka manusia harus memiliki komitmen untuk bermoral baik (Ridla, 2002:153).

Tokoh lain, Khatib al-Baghdadi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut : 

Pertama, Membina hubungan antar manusia dengan Tuhannya di atas dasar yang kuat yaitu taqwa kepada Allah Swt dan memiliki rasa takut kepada- Nya baik secara sembunyisembunyi atau terang-terangan; 

Kedua, Ikhlas beribadah kepada Allah Swt, dengan mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akherat; 

Ketiga, diarahkan pada pembinaan akhlak supaya sesuai dengan akhlak Rasulullah Saw. dan ajarannya; 

Keempat, penanaman sifat-sifat utama, sifat-sifat mulia, dan adab-adab yang tinggi yang ditanamkan kepada peserta didik dan segenap umat manusia; 

Kelima, melatih rasa dengan persoalan yang dihadapi setiap individu dengan kewajiaban amar ma’ruf nahyi munkar; 

Keenam, kewajiban belajar dan amal untuk membuktikan segi-segi kesesuaian antara ilmu di kehidupan; 

Ketujuh, Menguatkan keinginan setiap orang dan melatih karakternya dengan mengikuti syari’at agama, etika, dan masyarakat. (Dede Ahmad Gazali, 2008:139). 

Menurut Abd al-Bari Abd ‘Aziz al-Khuly mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mempelajari ilmu. Majid Arsan al Kailani mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian muslim. Ibn Taymiyah mengatakan bahwa tujuan pendidikan yaitu, pertama, Menumbuhkembangkan iman kepada Allah melalui amalan hati, yaitu sebagai berikut :

  1. Mahabbah kepada Allah dan rasul-Nya; 
  2. Tawakkal kepada Allah; 
  3. Ikhlas beribadah kepada Allah; 
  4. Syukur kepada Allah; 
  5. Sabar ; 
  6. Khauf dan raja’; dan 
  7. Beriman kepada taqdir (Dede A. Gazali, 2008:140-141). 

Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islami. Tujuan pendidikan Islam adalah tujuan merealisasikan idealitas islami. Idealisasi islami pada dasarnya adalah nilai perilaku manusia yang dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah Swt. Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai-nilai islami dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu : 

  1. Dimensi yang mengandung nilai meningkatkan kesejahteraan hidup di dunia; 
  2. Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kebahagiaan di akherat; 
  3. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi (M. Arifin, 2005:109).

Tujuan pendidikan juga terbagi kepada tahap atau tingkat. Al- syaibani (1979:405) menjelaskan sebagai berikut : 

“Tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi tujuan individual, sosial, dan profesional.Menurut dekat atau jauhnya, terbagi kepada tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, kepada tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan pendidikan dapat dibagi juga menjadi tujuan tujuan akhir dan tujuan dekat. Tujuan langsung atau tujuan dekat dapat dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus”. 

Pertama, tujuan terakhir atau tertinggi bagi pendidkan adalah tujuan yang tidak diatasi oleh tujuan lain. Tujuan terakhir bersifat umum dan tidak terperinci. Tujuan akhir tidak terbatas kepada institusi-institusi khusus seperti sekolah, madrasah dan sebagainya. 

Adapun gambaran tentang tujuan terakhir /tujuan tertingggi pendidikan sebagai berikut : 

1. Mewujudkan jiwa yang luhur agar dapat berhubungan dengan pencipta; 

2. Mempersiapkan diri menjadi warga negara yang baik; 

3. Terciptanya pertumbuhan dan keterpaduan pribadi peserta didik; 

4. Mempersipkan kehidupan di dunia dan akherat (al-Syaibani, 1979:406-410). 

Kedua, tujuan umum bagi pendidikan. Yang dimaksud dengan tujuan ‘am adalah maksud-maksud metode atau perubahanperubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Tujuan ini lebih rendah dari pada tujuan akhir atau tujuan tertinggi, dan lebih tinggi daripada tujuan khusus. Jika tujuan tertinggi tidak terbatas pada institusi, maka pada tujuan am dan tujuan khas dapat dikaitkan dengan institusi tersebut. 

Prof . Moh. Athiya El-Abrosyi menyimpulkan lima tujuan pendidikan am ini sebagai berikut: 

  1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia; 
  2. Persiapan kehidupan di dunia dan akherat; 
  3. Persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemampaatan; 
  4. Menumbuhkan scientific spirit pada pelajar dan memuaskan keingintahuan (curiosity) dalam mengkaji ilmu; 
  5. Menyiapkan peserta didik dari segi professional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknis dan perusahaan tertentu agar ia dapat mencari rezeki di samping memperhatikan kerohanian dan keagamaan (al-Syaibani, 1979:417). 

Prof. Abdul Rahman an- Nahlawi mengemukakan tujuan umum atau am dengan mengemukakan sebagai berikut :

1. Pendidikan akal dan persiapan pikiran; 

2. Menumbuhkan kekuatan dan bakat peserta didik; 

3. Menaruh perhatian pada generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan; 

4. Menyeimbangkan kekuatan dan potensi manusia. 

Menurut M. Fadhil el- Jamali, tujuan am atau umum pendidikan adalah sebagai berikut : 

  1. Memperkenalkan kepada manusia akan tempatnya di antara makhluk-makhluk , dan akan tanggung jawab perseorangannya dalam hidup ini; 
  2. Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan sosialnya dan tanggung jawabnya dalam rangka suatu sistem sosial manusia; 
  3. Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam), dan mengajaknya untuk memahami hikmat atau rahasia penciptaannya dan memungkinkan manusia untuk menggunakannya; 
  4. Memperkenalkan manusia akan pencipta alam ini. 

Prof. Moh. Said Ramdlan el-Bouthy mengatakan tentang tujuan pendidikan am ini meliputi tujuh hal sebagai berikut: 

  1. Mencapai keridlaan Allah, menjauhi murka dan siksa-Nya dan melaksanakan penghambaan yang ikhlas kepada-Nya; 
  2. Mengangkat tahap akhlak dalam masyarakat berdasarkan pada agama yang diturunkan, untuk membimbing masyarakat pada rancangan akhlak yang telah dibuat Allah baginya; 
  3. Menimbulkan jiwa kebangsaan; 
  4. Mewujudkan ketentraman jiwa dan akidah yang dalam; 
  5. Memelihara kebahasaan dan kesusasteraan Arab sebagai bahasa al- Qur’an, dan sebagai wadah kebudayaan Islam yang paling menonjol; 
  6. Menghapuskan khurafat yang bercampur dengan agama; 
  7. Meneguhkan perpaduan tanah air dan menyatukan barisan melalui usaha menghilangkan perselisihan, bergabung dan bekerjasama dalam rangka prinsip-prinsip dan kepercayan Islam (al-Syaibani, 1979:421). 

Menurut Ahmad Tafsir, yang menjadi tujuan umum pendidikan ada dua yaitu,pertama mampu hidup tenang.Kedua produktif. Kedua hal tadi kemudian dirinci menjadi tiga yaitu, pertama berbadan sehat dan kuat, kedua berotak cerdas dan pandai, ketiga memiliki iman yang kuat. Dari ketiga hal, Ahmad Tafsir (2006:81-83) merincinya menjadi tujuan khusus sebagai berikut :

  1. Berdisiplin tinggi; 
  2. Jujur; 
  3. Kreatif; 
  4. Ulet; 
  5. Berdaya saing tinggi; 
  6. Mampu hidup berdampingan dengan orang lain; 
  7. Demokratis; 
  8. Menghargai waktu; dan 
  9. Mampu mengendalikan diri. 

Sembilan karakter tersebut merupakan tujuan pendidikan yang harus diwujudkan dan dimilki oleh lulusan lembaga pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Selanjutnya menurut al-Syaibani (1979:423-424), yang menjadi dan termasuk tujuan khusus pendidikan meliputi: 

  1. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah-akidah Islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah agama dan menjalankan dan menghormati syi’ar-syi’ar agama; 
  2. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama termasuk prinsip-prinsip, dan dasar-dasar akhlak yang mulia. Begitu juga menyadarkannya akan bid’ah-bid’ah, khurafat-khurafat, kepalsuan-kepalsuan dan kebiasaan-kebiasaan asing yang melekat kepada Islam itu tanpa disadari, padahal Islam bersih; 
  3. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, dan kepada malaikat-malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab dan hari akhirat berdasar pada faham kesadaran dan keharusan perasaan; 
  4. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan; 
  5. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Quran, berhubung dengannya, membacanya dengan baik, memahaminya, dan mengamalkan ajaran-ajarannya; 
  6. Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam dan pahlawanpahlawannya, dan mengikuti jejak mereka; 
  7. Menumbuhkan rasa rela, optimisme, kepercayaan diri, tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong menolong atas kebaikan dan takwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar, perjuangan untuk kebaikan, memegang teguh pada prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air dan bersiap membelanya; 
  8. Mendidik naluri, motivasi, dan keinginan generasi muda dan membentenginya dengan akidah-akidah dan nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan motivasimotivasinya, mengatur emosi dan membimbingnya dengan baik. Begitu juga mengajar mereka, berpegang dengan adab kesopanan pada hubungan dan pergaulan mereka, baik di rumah atau di sekolah, atau dijalankan atau pada lain-lain bidang dan lingkungan; 
  9. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, dan menguatkan perasaan agama dan dorongan agama dan akhlak pada diri mereka, dan menyuburkan hati mereka dengan kecintaan, zikir, taqwa, dan takut kepada Allah; 
  10. Membersihkan hati mereka dari dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran, kezaliman, egoisme, tipuan, khianat, nifak, ragu, perpecahan, dan perselisihan. 

Menurut Tobroni (2008:55) Tujuan khusus atau tujuan sementara pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 

  1. Kecerdasan intelektual; 
  2. Kedalaman spiritual; 
  3. Keagungan akhlak; 
  4. Kemantapan profesional; 
  5. Keluasan wawasan; 
  6. Kepekaan sosial. 

Sementara itu Spencer mengemukakan tujuan khusus, yang meliputi: 

  1. Health; 
  2. Command of the fundamental prosess, not by the there; 
  3. Worthy Home Membership; 
  4. Vocation; 
  5. Civic Fanctions; 
  6. Worthy Use of Laisere Time; and 
  7. Ethical Character (Moh. Nur Syam, 1973) 

Menurut Muzayyin Arifin (2005:115) mengatakan bahwa tujuan dapat dibedakan menjadi: 

a. Tujuan Normatif Yaitu suatu tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah (norma-norma) yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternasilasikan. 

  • Tujuan formatif yang bersifat memberikan persiapan dasar yang korektif; 
  • Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal yang benar dan hal yang salah; 
  • Tujuan determinatif yang bersifat memberikan kemampuan untuk mengarahkan diri kepada sasaran-sasaran yang sejalan dengan proses kependidikan; 
  • Tujuan integratif yang bersifat memberikan kemampuan yang memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, ingatan) ke arah tujuan akhir proses pendidikan; 
  • Tujuan aplikatif yang bersifat memberikan memberikan kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh ke dalam pengamalan. 

Tujuan ini bersasaran pada kemampuan anak didik untuk memfungsikan daya kognitif, afektif, dan psikomotor dari hasil pendidikan yang diperoleh sesuai yang ditetapkan. 

  • Tujuan individual yang bersasaran kepada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan ke dalam pribadi dalam rupa perilaku moral, intelektual, dan skill; 
  • Tujuan sosial yang bersasaran pada pemberian kemampuan mengamalkan nilai-nilai ke dalam kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat; 
  • Tujuan moral yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber agama (teogenetis), dorngan sosial (sosiogenetis), dan dorongan biologis (biogenetis); 
  • Tujuan professional yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya sesuai dengan kompetensi. 

Tujuan ini mempunyai sasaran teknis manajerial yang meliputi : 

  • Tujuan umum atau tertinggi yang bersasaran pada pencapaian kemampuan optimal yang menyeluruh sesuai idealitas yang diinginkan; 
  • Tujuan intermedier yang bersifat sementara untuk dijadikan sarana, sarana untuk mencapai tujuan tertinggi; 
  • Tujuan partial yang bersasaran pada suatu bagian dari keseluruhan aspek dari tujuan umum, yang berfungsi untuk memudahkan pencapaian tujuan umum;
  • Tujuan insidental yang bersasaran pada hal-hal yang tidak direncanakan, tetapi halhal tersebut berkaian dengan pencapaian tujuan umum; 
  • Tujuan khusus yang bersasaran pada faktor-faktor khusus tertentu yang menjadi salah satu aspek penting dari tujuan umum. 

Selanjutnya, bila dilihat dari segi filosofis maka tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : 

  1. Tujuan teoritis yang bersasaran pada pemberian kemampuan teoretis kepada anak didik; 
  2. Tujuan praktis yang mempunyai sasaran pada pemberian kemampuan praktis kepada anak didik. 

Demikian tujuan-tujuan pendidikan yang merupakan bagian penting dalam pendidikan. Semua tujuan tersebut akan mengarahkan pendidikan agar sesuai dengan hakikat hidup dan tujuan hidup. Selanjutnya, bagaimana merumuskan tujuan tersebut, dari mana tujuan pendidikan tersebut dirumuskan? Agar tujuan pendidikan dapat menjawab terhadap hidup dan kehidupan masa depan, maka penetapannya memerlukan pendekatan yang terpadu yang mencakup: 

  1. Pendekatan melalui normatif filosofis; 
  2. Pendekatan melalui analisa historis lembaga-lembaga sosial; 
  3. Pendekatan melalui analisa ilmiah tentang realita kehidupan yang aktual. 

Pendekatan pertama ,melalui normatif filosofis yaitu pendekatan dalam merumuskan tujuan pendidikan dengan dengan menjadikan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan kealaman sebagai paradigma dalam merumuskan tujuan pendidikan. Yang termasuk nilainilai filosofis ini adalah nilai kebenaran dan keadilan. Kualitas hidup manusia sangat ditentukan oleh sejauh mana manusia komitmen untuk menegakkan nilai kebenaran dalam berbagai dimensi kehidupannya. Caranya adalah dengan menanamkan nilai kebenaran dan keadilan tersebut kepada peserta didik dan menjadikannya spirit dalam kehidupannya. 

Dalam Islam benar dan adil adalah dua nama dari asmaul husna yaitu al-Haq (yang Maha Benar) dan al-Adl (Maha Adil). Penting juga untuk dijadikan rumusan dalam menentukan tujuan pendidikan adalah nilai-nilai akhlak. Dalam Islam akhlak sangat penting. Bahkan Rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Nilai-nilai yang perlu dijadikan paradigma dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam adalah nilai-nilai ilmiah. Nilai-nilai ilmiah ini sangat penting. Islam adalah agama yang mendorong penguasaan ilmu pengetahuan. Orang yang berilmu memiliki posisi yang penting dalam Islam. Nilai yang perlu dijadikan sandaran dalam merumuskan tujuan pendidkan Islam adalah nilai-nilai spiritual, nilai-nilai karya, dan nilai nilai ekonomi (Tobroni, 2008:51-54). 

Pendekatan kedua melalui pendekatan analisa sejarah. Sejarah merupakan sesuatu yang sangat penting. Sejarah berhubungan dengan dunia lalu yang penuh pembelajaran. Sejarah memberikan pengalaman, pelajaran dan hikmah yang berharga tentang kebaikan dan keburukan, keberhasilan dan kegagalan, tentang kemajuan dan kemunduran dan seterusnya. Nilai-nilai sejarah ini harus ditanamkan pada diri peserta didik agar dapat membentuk kepribadian yang tangguh.Pendekatan ketiga melalui analisa ilmiah atau sosiologi. Hal ini dimaksudkan agar lulusan pendidikan dapat menyesuaikan dengan kemajuan dan dinamika masyarakat (Tobroni, 2008:55-57). 

Membicarakan tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan pembicaraan tentang nilai-nilai. Juga tidak dapat lepas dari konteks kebudayaan, religi, ataupun ideologi. Dalam menentukan tujuan pendidikan terdapat beberapa nilai yang harus diperhatikan antara lain : 

  1. Autonomy, yaitu memberikan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan secara maksimum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik; 
  2. Equaliy, yaitu tujuan pendidikan tersebut harus memberikan kesamaan kepada seluruh peserta didik dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan; 
  3. Survival, yaitu tujuan pendidikan harus menjamin pewarisan kebudayaan dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya (Uyoh Sadullah,1994:58).

Tujuan pendidikan yang baik perlu didasarkan pada kriteria kualifikasi tujuan pendidikan yang baik. Kriteria tujuan pendidikan yang baik. Menurut John Dewey dalam “democracy and education”, mengemukakan bahwa tujuan pendidikan yang baik itu antara lain : 

  1. Tujuan yang telah ada harus menciptakan perkembangan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Hal ini berarti bahwa pendidikan harus ditegakkan di atas aktivitas dan keperluan yang sebenarnya; 
  2. Tujuan itu harus fleksibel dan dapat diubah menurut keadaan. Suatu tujuan harus dapat diterjemahkan menjadi suatu metode kerjasama dengan kegiatan anak-anak yang sedang mengalami pengajaran; 
  3. Tujuan tersebut harus menunjukkan kebebasan kegiatan (Djumransjah, 2006:124). 

Dari uraian tentang hubungan hidup dan pendidikan, antara tujuan hidup dan tujuan pendidikan, maka dapat ditarik beberapa hal penting:

  1. Hakikat hidup dan kehidupan memiliki hubungan dengan hakikat pendidikan; 
  2. Terdapat hubungan antara tujuan hidup dan tujuan pendidikan; 

Hakikat hidup menetukan hakikat pendidikan, tujuan hidup mengarahkan tujuan pendidikan agar sesuai dengan kepentingan manusia dan tujuan penciptaanya. Untuk memahmi konsep lebih baik, maka berikut ini anda diminta untuk mendiskusikan atau menjawab pertanyaan di bawah ini : 

  1. Membicarakan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan tentang tujuan hidup manusia. Jelaskan ! 
  2. Apa yang menjadi tujuan hidup dalam Islam ? 
  3. Perumusan tujuan pendidikan Islam harus memperhatikan empat hal, sebutkan! 
  4. Kemukakan tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun ? 
  5. Sebutkan tujuan-tujuan khusus pendidikan menurut Ahmad Tafsir ! 

Selanjutnya coba Anda cocokkkan hasil diskusi dan jawaban Anda dengan kunci jawaban di bawah ini : 

1) Membicarakan tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang tujuan hidup manusia. Manusia merupakan makhluk yang senantiasa mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan. Tujuan adalah objek (sasaran, maksud) yang mau dicapai oleh seorang pelaku. Tujuan adalah keadaan aktualisasi terakhir dari suatu bentuk, esensi, atau proses yang mencapai ketuntasannya dan tidak memerlukan perkembangan lebih lanjut. 

2) Tujuan hidup menurut Islam adalah beribadah atau mengabdi kepada Allah SWT. Tujuan hidup muslim terdapat dalam al- Qur’an surat al- Dzariyat (51) : 56 yang berbunyi ; ”Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku”. Ayat lain yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia adalah al- Qur’an surat alBaqarah ayat 21 berbunyi: ”Hai manusia, beribadahkan kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa kepada Allah”. Dalam sebuah ayat disebutkan: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus” (Q.S. Al- Bayyinah :5). 

3) Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia.Manusia diciptakan dengan membawa tugas tertentu (Q.S. Ali Imran:191). Tugas hidup manusia adalah untuk beribadah (sebagai abd allah) dan sebagai wakil Allah (khalifah Allah). Kedua, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep manusia yang memiliki beberapa sifat bawaan seperti fitrah, bakat, minat, sifat, karakter dan al- hanief. Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini dapat berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga, maupun tuntutan zaman modern. Keempat,dimensi-dimensi ideal Islam antara lain keserasian antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi. 

  • Memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena aktivitas ini sangat penting bagi terbukanya pikiran dan kematangan individu, kemudian kematangan ini akan mendapatkan faedah bagi masyarakat. 
  • Memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, sebagai alat untuk membantunya, hidup dengan baik di dalam masyarakat yang maju dan berbudaya. 
  • Memperoleh lapangan pekerjaan, yang digunakan untuk memperoleh rezki 

5) Tujuan tersebut sebagai berikut : 

  1. Jujur; 
  2. Kreatif; 
  3. Ulet; 
  4. Berdaya saing tinggi; 
  5. Mampu hidup berdampingan dengan orang lain; 
  6. Demokratis; 
  7. Menghargai waktu; dan 
  8. Mampu mengendalikan diri. 
  9. Berdisiplin tinggi


Page 2