Apa saja potensi kemaritiman yang ada di laut Indonesia?

Jakarta,indomaritim.idPotensi maritim Indonesia sangat beragam. Kekayaan maritim Indonesia, menjadi milik bangsa yang memiliki kepulauan yang lebih luas dibandingkan dengan daratannya. Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, 2/3 wilayahnya merupakan wilayah lautan.

Sebagai negara kepulauan yang utuh sesuai dengan BAB IV UNCLOS 1982 atau ketetapan Konvensi Hukum Laut PBB, dengan luas laut yang begitu besar terdiri dari luas perairan nusantara 3,1 juta km2 ditambah dengan luas kawasan Zone Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km2 (RI, 2003), sehingga luas total perairannya menjadi sekitar 5,8 km2. Memiliki panjang garis pantai kurang lebih sekitar 81.000 km, serta gugusan pulau sebanyak 17.508 pulau.

Sebagai negara bahari, Indonesia tidak hanya mempunyai heart of sea atau satu laut utama, tetapi terdapat tiga laut utama yang membentuk Indonesia sebagai sea system yaitu laut Jawa, laut Flores, dan laut Banda.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2012 hingga 2015 dan Guru Besar Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio mengungkapkan, agenda pembangunan yang difokuskan pada lima pilar utama.

Lima pilar poros maritim dunia yakni membangun kembali budaya maritim Indonesia, kedua menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama, ujarnya.

Secara ringkas, berbagai potensi maritim yang ada di Indonesia adalah berikut ini:

Bisnis Ekonomi Perikanan

Apa saja potensi kemaritiman yang ada di laut Indonesia?
Perikanan jadi potensi maritim Indonesia

Potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia cukup besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.

Potensi sumberdaya perikanan laut cukup besar dan tersebar di 11 wilayah pengelolaan perikanan dengan potensi pemanfaatan lestari mencapai sebesar 9,93 juta ton per tahun (Kepmen KP RI No.47 Tahun 2016) atau setara dengan nilai sebesar 29,80 milyar US dollar per tahun bilamana harga ikan dirata-ratakan sebesar 3 US dollar per satuan kilonya.

Nilai ini tentu saja dapat bertambah bilamana digabungkan dengan potensi produksi perikanan dari kegiatan budidaya yang diperkirakan mencapai sebesar 9 juta ton (perkiraan 2 ton per hektar per tahun, potensi lahan 4,5 juta hektar).

Artinya bahwa potensi ekonomi perikanan budidaya diperkirakan dapat mencapai sebesar 18 milyar US dollar per tahun. Sektor perikanan disebutkan di atas hanya baru merupakan sektor primer (produksi) saja, sedangkan sektor perikanan dalam arti luas juga meliputi industri pengolahan hasil perikanan yang mempunyai nilai investasi yang juga tidak kalah besarnya, sehingga tidaklah mengherankan bilamana kemudian sektor perikanan merupakan salah satu spektrum ekonomi maritim yang mampu menjadi andalan bagi perekonomian nasional.

Baca Juga:

Luhut Binsar Pandjaitan: Indonesia Akan Menjadi Kekuatan Ekonomi Nomor Empat di Dunia

Energi Arus Laut

Energi arus laut menjadi potensi besar yang dimiliki Indonesia sebagai negara kepulauan. Selat antara dua pulau menghasilkan potensi energi arus laut yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif berbasis energi baru terbarukan.

Energi arus laut yang dikembangkan Naval Energies memiliki teknologi turbin sederhana, yaitu hanya memiliki satu bagian yang bergerak menggunakan air laut sebagai pelumas. Dengan teknologi itu, biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah jika dibandingkan menggunakan teknologi propeler. Teknologi open hydro open centre turbine yang memiliki diameter 16 meter dan kecepatan arus 2-5 meter per detik itu dapat menghasilkan listrik sebesar 2 MW.

PT Arus Indonesia Raya (AIR), perusahaan yang memiliki kerja sama dengan Naval Energies dalam mengembangkan industri turbin arus laut, telah melakukan studi di beberapa lokasi Indonesia.

Terdapat beberapa wilayah yang cocok apabila di kembangkan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL). Dari hasil studi yang dilakukan di 10 titik lokasi, diperoleh potensi maritim Indonesia pada sektor industri listrik yang dapat dihasilkan dari arus laut Indonesia.

Wisata Bahari

Indonesia telah lama menjadi tujuan wisata bahari dunia. Mulai dari layar, surfing, dan wisata selam. Indonesia pun, telah memiliki jalur tradisional pelayaran dengan bangsa lain. Misalnya dengan Australia.

Wisata bahari nusantara, dirintis jalur baru yatch ke perairan Indonesia, yaitu jalur Fremantle Bali. Dengan demikian, ada tiga pintu masuk kapal kapal yachts dari Australia menuju Kepulauan Nusantara. Dua yg lain adalah jalur Darwin Kupang dan jalur Brisbane Debut, Maluku.

Australia Barat telah menetapkan jalur pelayaran baru Fremantle Bali pada tahun 2020, yang pada awalnya direncanakan akan diikuti sekitar 200-an kapal layar atau yachts, kata Laksamana (Purn) Prof. Dr.Marsetio, Ketua Bidang Yachts & Cruise Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Dibukanya jalur yatch ini menjadikan Bali makin mudah dijangkau melalui laut. Setelah sebelumnya, Pelabuhan Benoa merampungkan pengerukan dan pendalaman alur dari minus sembilan meter low water spring atau rata-rata muka air laut (LWS) menjadi minus 12 Meter LWS.

Fremantle Bali Yacht Race 2020 akan menempuh rute dari Bali ke Lombok, Labuan Bajo, Selayar, Pare-Pare, Toli-Toli dan Nunukan. Sekaligus lanjut ke Jepang sebagai rute baru. Sebagai pemanasan, Indonesia juga akan dimeriahkan dengan Sail to Indonesia.

Potensi Maritim Indonesia di Sektor Perhubungan

Apa saja potensi kemaritiman yang ada di laut Indonesia?
Benoa, Home Port for Cruise Ships

International Maritime Organization (IMO) melalui sidang Maritime Safety Committee (MSC) ke 101 resmi mengesahkan bagan pemisahan alur laut atau Traffic Seperation Scheme (TSS) di Selat Sunda dan Selat Lombok.

Dengan demikian, Indonesia menjadi negara kepulauan atau archipelagic state pertama di dunia yang memiliki bagan pemisahan alur laut atau TSS di alur laut kepulauan Indonesia.

Sehingga dengan dipercayainya Indonesia oleh IMO untuk mengatur TSS di Selat Sunda dan Selat Lombok yang juga merupakan ALKI tersebut menunjukan peran aktif Indonesia dalam bidang keselamatan dan keamanan pelayaran internasional serta memperkuat jati diri Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Kedua bagan pemisahan alur laut atau TSS Selat Sunda dan Selat Lombok saat ini masuk dalam alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) I dan II. ALKI sendiri, adalah alur laut di wilayah perairan Indonesia yang bebas dilayari oleh kapal-kapal internasional (freedom to passage) dan tertuang dalam perjanjian Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut atau The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.

Setelah pengesahan TSS ini, pemerintah Indonesia juga wajib mempersiapkan regulasi, baik lokal maupun nasional terkait dengan operasional maupun urusan teknis dalam rangka menunjang keselamatan pelayaran. Serta melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan para instansi dan stakeholder terkait dengan penetapan TSS tersebut.

Ada empat tujuan yang hendak dicapai Indonesia berkaitan dengan TSS Selat Sunda dan Lombok. Pertama, untuk meningkatkan keselamatan navigasi dengan mengatur lalu lintas kapal. Kedua mengurangi resiko tabrakan antar kapal di kedua selat yang menjadi jalur pelayaran internasional.

Kemudian, menjadi komitmen kuat Indonesia untuk menjaga keragaman biota laut di atoll reef coral di dua selat tersebut. Juga mengatur bea tarif kapal yang melewati Selat Sunda dan Lombok yang akan digunakan untuk perlindungan laut disekitar selat.

Baca Juga: Wisata di Sekitar Pelabuhan Marapokot

Potensi Rumput Laut di Indonesia

Rumput laut merupakan salah satu komoditas strategis yang berpeluang dikembangkan di dalam negeri karena ketersediaannya masih cukup besar dan mampu menggerakkan sektor ekonomi di wilayah pesisir. Rumput laut dapat digunakan dalam industri farmasi, serta industri makanan sebagai stabilator, bahan pengental, pembentuk gel, pengemulsi, dan lainnya.

Industri rumput laut, tingkatan yang paling hilir adalah teknologi formulasi. Produk yang dihasilkan biasanya digunakan oleh industri pangan dan non-pangan. Dalam industri pangan, produk formulasi rumput laut digunakan untuk makanan campuran kemasan kaleng, roti, bakso, nugget, sirup, susu kental, es krim, yogurt, jus, jeli dan lainnya.

Pada industri non-pangan, rumput laut dapat digunakan untuk industri cat, tekstil, pasta gigi, kosmetik seperti lotion, masker, krim wajah, lulur, sabun, sampo. Sedangkan dalam industri farmasi dapat diolah untuk cangkang obat kapsul dan salep.

Limbah dari hasil pengolahan rumput laut dalam bentuk padatan dan cairan dapat digunakan untuk bahan pupuk atau zat penumbuh tanaman serta khusus limbah padatan sebagai pakan ternak.

Industri cangkang kapsul berbahan baku rumput laut sebagai pengganti gelatin sangat potensial di Tanah Air, karena rumput laut sebagai bahan baku utama sangat melimpah di sepanjang pesisir Indonesia.

Kebutuhan cangkang kapsul nasional sebanyak 6 miliar butir per tahun. Saat ini, produksi domestik cangkang kapsul berbahan baku gelatin mencapai lima miliar butir per tahun.

Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan cangkang kapsul dipasok dari Thailand, Bangladesh, India, dan Tiongkok yang dibuat dari gelatin. Bahan baku gelatin sendiri merupakan produksi dari kulit, jaringan, tulang sapi, dan kerbau.

Berdasarkan data Kemenperin, ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2014 sampai 2018 memiliki tren positif yang naik hingga 0,81 persen. Pada periode Januari-April 2019, ekspor rumput laut sebesar USD 92,92 juta atau naik 3,98 persen dibanding capaian di periode yang sama tahun lalu USD 89,37 juta.

Ekspor rumput laut Indonesia tertinggi didominasi oleh ekspor rumput laut mentah Euchema spp dalam bentuk kering dan segar yang dapat dikonsumsi manusia dengan total ekspor pada tahun 2018 mencapai USD 140,41 juta.

Indonesia sendiri merupakan penghasil rumput laut kering terbesar di dunia dengan produksi 328 ribu ton atau 61,18 persen total produksi dunia di tahun 2017. Rumput laut juga diekspor dalam bentuk agar dan karagenan. Tentunya potensi maritim Indonesia di bidang rumput laut masih dapat terus ditingkatkan.