Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?
Pulau Muria Purba

1. Pengantar

Tulisan ini diunggah bukan untuk maksud menakut-nakuti generasi penerus dari Trah Wongsorejo, dan juga bukan sekedar cerita dongeng tidur (atau legenda, atau mitos) yang biasa kita dengar dari nenek-nenek kita dulu. Tulisan ini diunggah dari hasil kajian ilmiah (science), dengan metoda studi dokumen, sebagai referensi pengetahuan bagi generasi penerus keturunan Trah Wongsorejo di sekitar Gunung Muria dalam menghadapi fenomena kehidupan di masa kini dan masa depan

Hal ini penting mengingat sampai saat ini masih banyak saudara-saudara keturunan Mbah Wongso yang berdomisili di sekitar Kota Pati, Tayu, Kudus, Jepara, Rembang, Lasem, Purwodadi-Grobogan, Semarang, dll. Selain itu, beberapa petilasan sejarah atau pesarean atau makam keturunan Trah Mbah Wongsorejo ini juga berada di wilayah tersebut, Tulisan ini sekaligus juga sebagai referensi pemahaman dalam mensikapi kondisi kini dan yang akan datang, secara khusus yang terkait dengan isu-isu kebencanaan yang sedang dan akan mengepung wilayah tersebut di atas.

Bencana itu bisa berupa banjir besar dan meluas yang sampai saat ini intensitasnya makin sering, yang melanda wilayah Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Pati, dll, juga bencana akibat re-aktivasi gunung berapi Muria dan sekitarnya, potensial bencana terjadinya fenomena likuefaksi,tanah yang amblas menjadi lumpur dan menghisap segala makluk hidup dan benda mati di permukaan bumi.

Berbagai masukan dan koreksi dari pembaca terhadap tulisan ini tentu akan sangat kami hargai sekali sebagai berkontribusi kelengkapan informasi.

2. Pulau Muria Di Masa Lalu

Peta wilayah kekuasaan Kerajaan Medang bisa dilihat di bawah ini, dan perpindahan pusat Pemerintahan dari sekitar Borobudur di Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Dulu sekali, sebelum Mbah Wongso lahr, sekitar abad VIII-X, beberapa studi dan dokumen historis yang bisa dipercaya keilmiahannya, wilayah sekitar Desa Puncel, Desa Margorejo, Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Kabupaten Pati, sebenarnya adalah wilayah Pulau Muria yang posisinya terpisah dari daratan Pulau Jawa sebagai pulau induk.

Dari dokumen historis, peta ini menunjukkan bahwa Pulau Muria dipisahkan oleh Selat Muria dan Selat Rembang. Pada jamannya Kerajaan Medang Kamulan (abad ke-VIII), bukan kerajaan Medang, tapi Medang awal mula atau Medang kuno (Kamulan, dalam Bahasa Jawa yang artinya permulaan), yang berpusat pemerintahan di sekitar Kota Kuwu (28 km sebelah timur Purwodadi), kemudian Kerajaan Medang (Lanjutan) berpusat di Jawa bagian tengah, lalu pindah ke Jawa-Timur. Kerajaan ini sudah memanfaatkan Selat Muria sebagai jalur maritim untuk perdagangan rempah-rempah ke Maluku dan ke nusantara bagian barat bahkan sampai ke Malaka, China, dan India.

Tim Peneliti Medang Kamulan mengkaji lanskap situs Medang Kamulan di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Grobogan-Jawa Tengah yang sering disebut-sebut sebagai pusat kerajaan Mataram Kuno. Pendapat ini didasarkan pada Toponimi Medang (Kamulan) yang identik dengan penanda nama istana Mataram Kuno pada abad VIII-X Masehi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentang alam Medang Kamulan terdiri dari satuan struktur bentuk lahan lereng landai, satuan bentuk lahan datar denudasional, satuan bentuk lahan fluvial, dan temuan artefak yang meliputi wadah keramik, wadah tembikar, mata uang, dan perhiasan.

Selanjutnya penanda lingkungan dan penanda artefak akan dianalisa dengan menggunakan semiotika lingkungan, hasilnya menunjukkan bahwa situs Medang Kamulan merepresentasikan lingkungan purba prasejarah dan berkembang menjadi komunitas masyarakat Jawa Kuno mulai dari komunitas lokal yang berinteraksi dengan budaya India dan China.
Baca: https://www.atlantis-press.com/proceedings/prasasti-19/125915909
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Studi historis lainnya tentang penelusuran Kerajaan Kalingga atau juga sering disebut Keling, karena pusat pemerintahannya ada 2 tempat, selain di pusat sekitar Pekalongan, juga sekitar Keling-Jepara kuno, peta kekuasaannya bisa dilihat di atas. Note: Nampak di peta ada Demak, maksudnya adalah Demak pada jaman kuno.

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?
Fosil Kerang Laut di Museum Arkeologi Patiayam, Jekulo-KudusBukti bahwa sekitar Gunung Patiayam (sebelah selatan Gunung Muria) bahwa dulu adalah area Selat Muria, bisa dilihat temuan fosil-fosil binatang laut di Museum Arkeologi Patiayam di Kecamatan Jekulo Kudus. Letak museum ini berada di Jekulo, sekitar 500 meter dari jalan raya pantura Kudus-Pati.Lihat di link:Patiayam Archeological Museum di Jekulo-Kudus

Hasil studi dari Pusat Studi Arkeologi Jawa, Kemendikbud RI, juga menguatkan bukti-bukti di atas, yaitu setelah mengkaji situs-situs arkeologi yang dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas kemaritimansekitar Selat Muria, antara lain situs hunian, bandar pelabuhan kuna,temuan puing-puing perahu kuno (Situs Perahu kuno Punjulharjo, Perahu Tertua Abad-7 Zaman Mataram Hindu ~ REMBANG HITS COMUNITY), situs pembuatan garam di salah satu Klenteng di Kudus, di masyarakat Bledug-Kuwu, Purwodadi, dan aktivitas kemaritiman lainnya.
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?
Baca: https://arkeologijawa.kemdikbud.go.id/2019/04/23/aktivitas-kemaritiman-di-selat-muria-sekitar-abad-vii-xvi-m-kabupaten-grobogan-dan-kabupaten-kudus/

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?
Semburan lumpur abadi Bledug-Kuwu (28 km sebelah timur Purwodadi, juga ada semburan Api Abadi di Mrapen-Purwodadi), lumpur ini airnya dipisahkan, dialirkan ke tempat-tempat pembuatan garam oleh masyarakat setempat. Ini adalah bukti alam yang bisa bercerita adanya air laut dangkal.

Mitos atau legenda para nenek-moyang kita juga berkisah bahwa di semburan lumpur Kuwu itulah munculnya bocah misterius yang bernama Baru-Klinthingyang menerobos di bawah bumi dari Rawa Pening, Ambarawa dan muncul-muncul di Bledug Kuwu. Dalam mitos versi cerita lain, konon Bledug Kuwu, adalah lobang lokasi keluarnya naga bumi yang dikejar Baru Klinthing, mitos versi lain juga berkisah bahwa Bledug Kuwu adalah lobang bekas tancapan lidi/tongkat yang dicabut oleh Baru Klinthing. Juga di tempat itulah konon tempatAji Sakha, ksatria saktiyang mengalahkan raja bengis keturunan dari Kerajaan Medang Kamulan.

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Berita tentang semburan air bercampur gas metana di Kecamatan Sukolilo, Pati (30 km sebelah utara Purwodadi)beberapa waktu lalu (2014) saat masyarakat mengebor sumur untuk mencari sumber-sumber air, membuktikan bahwa dulunya ada organisme rawa-rawa (tanaman rawa) yang tertimbun atau terperangkap di tanah bumi pada masa lalu dan pasa saat sekarang gas metana yang terperangkap itu keluar menyembur bercampur air/lumpur. Lihat juga kasus yang terjadi di lumpur Lapindo Sidoarjo beberapa tahun silam. https://ekliptika.wordpress.com/2014/11/07/semburan-lumpur-pati-daair tanah.-selat-muria-yang-telah-mati/

Demikian juga saat Kerajaan Demak (abad ke-XV), kerajaan Islam pertama di Indonesia, juga masih sempat memanfaatkan jalur selat sebagai jalur perdagangan maritimnya ke luar Jawa. Bahkan karena terjadinya endapan atau sedimentasi pada Selat Rembang, maka tahun 1657, seorang Tumenggung atau pembesr kerajaan wilayah Pati sempat menginstruksikan proyek besar penggalian ulang saluran air dari Demak ke Juwana-Rembang. Baca: Kajian yang dilakukan HJ De Graaf dan Th G Pigeaud (Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram; Grafiti Pers, 1985), Pramoedya Ananta Toer (Jalan Raya Pos, Jalan Daendels; Lentera Dipantara, 2005), serta Denys Lombard yang meluncurkan dua serial bukunya (Nusa Jawa: Silang Budaya, Kajian Sejarah Terpadu; Gramedia, 1996 a-b). http://ragil-ws.blogspot.com/2014/01/akankah-terbentuk-lagi-selat-muria.html

Bukti-bukti bahwa adanya Selat Muria ini juga didukung dari Studi Geologis yang menemukan bahwa masyarakat sekitar wilayah Semarang sebelah timur hingga Pati, dulunya terpisah dari Pulau Jawa. Ada juga cerita tentang Kota Kudus merupakan kota pelabuhan, Kota Purwodadi (Grobogan) merupakan pusat Kerajaan Medang Kawulan, dan Kota Demak yang merupakan pusat maritim pada masa kerajaan Islam pertama di Jawa. Baca juga: https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Muria

Lho, kok bisa, khan Pati, Kudus, Purwodadi tidak memiliki laut? Kalau kita lihat peta modern sekarang, memang cerita itu sepertinya aneh. Namun nyatanya, cerita ini dibenarkan oleh bukti geologi yang tidak terbantahkan, antara lain:

1. Adanya bukti Palaeontologi yang menunjukkan adanya sisa-sisa moluska air laut payau hingga air asin yang tersebar melimpah di bawah tanah wilayah Demak-Kudus-Pati. Hal ini mengindikasikan bahwa dahulu kala wilayah ini merupakan pantai hingga perairan laut.

2. Kondisi tanah yang terkompaksi ringan hingga sedang merupakan indikasi sedimentasi berumur relatif muda (tanah alluevial), sehingga belum membentuk batuan sedimen. Hal ini berimplikasi pada daya dukung tanah yang tidak stabil, sehingga berakibat sering terjadi kerusakan jalan, jalan bergelombang atau cepat rusak berat akibat lolosnya air pada sedimen yang disebabkan oleh intensitas kompaksi atau pembebanan di atasnya (lihat kisah pembangunan jalan antara Semarang-Purwodadi yang cukup lama, yang akhirnya kini sebagian dibuat jalan cor semen).

3. Aktifnya pembentukan delta seperti di Kali Serang, Kali Juwono, atau Ploso menunjukkan laju sedimentasi tinggi. Sehingga hal ini mengakibatkan laut mengalami pendangkalan dan membentuk daratan baru. Baca: https://kumparan.com/angga-jati-widiatama/kisah-gunung-muria-yang-terpisah-dari-pulau-jawa-1rYUS3Vn3cH

Penjelasan tentang proses pembentukannya menunjukkan bahwa pantai utara Jawa Tengah bagian timur laut yang menunjukkan perubahan selat Rembang atau dalaman Randublatung yang mengalami pendangkalan, disusul oleh Selat Muria, lalu pendangkalan yang mengakibatkan terbentuknya wilayah Demak saat ini.
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Lalu kenapa Selat Muria dan Selat Kendeng/Rembang atau Dalaman Randublatung bisa sampai mengalami sedimentasi dan menjadi daratan? Hal ini akibat terjadinya pengangkatan pegunungan Kendeng pada jaman Pleiosen, hingga sekarang yang menjadi suplai sedimen dan menyebabkan terjadi sedimentasi di Selat Kendeng atau Dalaman Randublatung.

Selain itu, diperkirakan juga terjadinya perubahan arah aliran Bengawan Solo purba yang dulunya mengalir ke pantai selatan Wonogiri, berubah mengalir ke arah utara akibat pada Pliosen. Hal ini didukung juga oleh bukti pengangkatan pegunungan selatan Jawa (Gunung Kidul-batu gamping formasi Wonosari) yang cepat.

Memang belum ditemukan bukti spesifik jika sungai Bengawan Solo mengalir ke arah Selat Muria. Namun jika melihat pola morfologi pulau Jawa, sangat memungkinkan Bengawan Solo mengalir ke Selat Muria, lalu berbelok ke arah timur menjadi Bengawan Solo modern saat ini. Pengangkatan dan sedimentasi yang intensif pada Pegunungan Kendeng dan gunung api di bagian tengah Jawa (Merapi, Lawu, Merbabu, dan Ungaran) memberikan suplai sedimen yang melimpah, sehingga daerah yang dulunya berupa perairan/laut kini berubah menjadi daratan.

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Jadi kira-kira gambaran Google Map untuk peta 1.500 tahun silam di sekitar Pulau Muria seperti di atas.Cerita soal kebun kopi sekitar lereng Gunung Muria dan pengakuan bahwa telah terjadi pendangkalan Selat Muria. http://budpar.kuduskab.go.id/index.php/2015-09-19-11-56-12/muria

3. Peta Geologi dan Zona Likuefaksi

Mendengar kata Likuefaksi (demikian Bhs Indonesianya yang benar, jadi bukan Likuifaksi), kita jadi teringat peristiwa sesaat pasca gempa 7,4 SR di Sulawesi-Tengah, Palu, tahun 2018 lalu. Beberapa foto dari peristiwa Likuefaksi Palu bisa dilihat di bawah ini sebagai ilustrasi sebelum bahasan lanjutan.
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Menurut studi dari NASA, fakta terbaru adalah bahwa Sesar yang retak bisa menciptakan berbagai ragam jenis gelombang di bawah tanah, termasuk gelombang geser (likuefaksi) yang menyebar dengan kecepatan 12.700 km per jam. Sungguh luar biasa dan tak terduga amat sangat cepatnya. Baca: https://bali.tribunnews.com/2019/02/06/fakta-baru-tentang-likuifaksi-di-palu-nasa-ungkap-ada-kecepatan-yang-sangat-tinggi

Belajar pengalaman dari peristiwa Likuefaksi di Palu tahun 2018 lalu, hal itu terjadi karena kawasan gempa berada di tanah aluvium atau tanah muda. Lapisan tanah yang masih muda itu sangat mudah lepas akibat guncangan gempa. Potensi tanah yang mengalami likuefaksi akan menjadi lebih besar, jika lapisan pasirnya lebih tebal.
Baca: https://www.idntimes.com/news/indonesia/ita-malau/ini-penjelasan-ilmiah-penyebab-likuifaksi-di-donggala-palu/1

Gambar peta di bawah ini membagi beberapa zona di Jawa-Tengah dan Jawa-Timur sesuai dengan kondisi geologisnya. Gambar warna cream/krim di pantai utara (dan Sebagian di Jawa Tengah bagian barat) menunjukkan tanah muda (modern volcanic and alluvial deposits).
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Terutama pada bagian selatan zona Semenanjung Muria, dari sejarah terbentuknya adalah hasil dari pengendapan (sedimentasi) yag menimbun Selat Muria di masa lalu. Jadi memang tanah di zona ini masih sangat muda sekali. Artinya, kondisi tanah belum stabil, masih mudah bergerak, bergeser, atau potensial sekali terjadinya likuefaksi jika terjadi gempa tektonik yang besar. Berikut adalah peta zona rawan likuefaksi di Jawa Tengah. Warna ungu adalah kerawanan tinggi, warna kuning rawan sedang, warna hijau rean rendah, warna abu-abu tidak rewan likuefaksi.
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Ada 10 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang masuk dalam zona kerentanan tinggi terhadap kejadian likuefaksi. Pada 10 daerah tersebut, mempunyai potensi terjadinya likuefaksi secara merata dan struktur tanah umumnya menjadi rusak parah hingga hancur. Tipe kerusakan stuktur tanah yang terjadi pada zona tinggi itu berupa likuefaksi aliran, pergeseran lateral, penurunan tanah, dan semburan pasir.

Kesepuluh daerah sebagian besar terdapat di wilayah selatan dan utara Jawa Tengah. Seperti di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo. Untuk wilayah Utara terdapat di Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Rembang.

Sementara itu, untuk zona kerentanan likuefaksi sedang terdapat merata di Jawa Tengah. Berdasarkan atlas tersebut ada 27 kabupaten/kota yang berpotensi terjadinya likuefaksi tingkat kerentanan sedang. Yaitu likuefaksi secara tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak.

Tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa pergeseran lateral, penurunan tanah dan semburan pasir. Dari 35 kabupaten dan kota, hanya terdapat 6 daerah yang aman dan tidak masuk dalam zona kerentanan likuefaksi. Di antaranya Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Boyolali, Kota Salatiga, dan Kota Magelang.
Baca:https://jateng.idntimes.com/science/discovery/dhana-kencana-1/10-daerah-di-jawa-tengah-ini-berpotensi-mengalami-likuefaksi/3

Belajar pengalaman dari Sulteng-Palu, Toponimi (pemberian nama berbasis rupa bumi), adalah cabang dari anomastika, yaitu ilmu yang menyelidiki nama tempat. Di lembah Palu toponimi didominasi nama tumbuhan dan peristiwa. Masyarakat tua di sana yang tanpa tahu sains mampu mengenali dan memberi tanda serta peringatan melalui toponimi ini. Di situlah yang disebut Kecerdasan Berbalut Kebajikan. Mengalami, mengenang dan menandai peristiwa itu dalam penamaan lokal sebagai peringatan. Kearifan lokal dan likuefaksi sudah dikenal lama di Palu dengan istilah Nalodo atau bisa diterjemahkan bebas "amblas ditelan lumpur" (tanah yang membubur). https://www.liputan6.com/news/read/3663718/riwayat-likuefaksi-di-tanah-palu
Baca juga: https://www.mongabay.co.id/2019/04/10/jejak-tua-di-area-likuifaksi-sulawesi-tengah/

4. Gempa Tektonik Memicu Aktivasi Gunung-Api Sekitar Muria

Berdasarkan tipenya, Gunung Berapi di Indonesia (Vulkanik) dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu: Tipe Gunung Strato (Kerucut), Kaldera, Kubah (Dome), Maar, dan Perisai (Shield). Ada juga yang menambahkan tipe Gunung Lumpur yang jumlahnya ada 1.100 lebih di dunia. Lihat di: https://ro.wikipedia.org/wiki/Vulcan_noroios#/media/Fi%C8%99ier:Bledug_Kuwu_2.jpg
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Tipe Gunung Api di Indonesia | inspirasi (wijayahery.blogspot.com), baca juga: gunung api maar Archives - Museum Gunungapi Merapi (slemankab.go.id).

Contoh tipe gunung Kerucut (Strato) adalah Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu, atau secara umum sebagian besar gunung api di Indonesia adalah tipe strato atau kerucut. Sedangkan Gunung Muria adalah tipe gunung Maar, yang ciri fisiknya tidak terlalu tinggi, ada kepundan yang cukup luas, karena dulunya bagian puncak gunung saat meletus ikut pecah dan terberai, letusannya biasanya Cuma sekali tapi amat sangat dasyat. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa semenanjung Muria dan sekitarnya setidaknya ada jejak-jejak Maar (gunung berapi yang sewaktu-waktu bisa saja aktif kembali), yaitu Gunung Muria, Gunung Genuk, Gunung Patiayam, dan sebelah timur ada Gunung Lasem, selain juga ditambah studi terakhir dari citra satelit yang menemukan 12 Maar di sekitar Muria.
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?
Gunung purba sekitar Muria

Menurut Schieferdecker (1959) Maar adalah cekungan yang umumnya terisi air, berdiameter mencapai 2 km, dan dikelilingi oleh endapan hasil letusannya. Gunung api Maar yang cekungan kawahnya tidak berisi air disebut Maar-Kering. Di Indonesia dan selain di kawasan Gunung Api Muria, maar juga terdapat di kompleks Gunung Dieng, Jateng, sekitar Gunung Lamongan, Lumajang, Jatim dengan kawahnya Klakah.

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Berikut ini adalah lukisan jaman Belanda (abad XVII), di mana pelabuhan Jepara dilukiskan sangat ramai sebagai pusat kemaritiman jaman itu dengan latar belakang pemandangan 3 Gunung-api Maar.

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Gunung Muria berketinggian semula 1.602 meter, kini sudah ada yang meng-klaim menjadi 1.625 meter. Dulu tahun 1600an, gunung ini dipisahkan oleh Selat Muria, dengan pulau Jawa, lalu abad-17-18 terjadi pendangkalan sedimen dan pengangkatan tanah oleh gunung, sehingga selat tsb tertutup selat menjadi daratan. Selat Muria inilah pada jaman kerajaan Demak dan Medang Kamulan (di Purwodadi), dipakai sebagai jalur pedagangan rempah-rempah ke Malaka dan India.
Baca: https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Muria

Tahun 1975bagian utara Muria ditetapkan akan dibangun PLTN ataureaktor listrik tenaga nuklir, tapi dibatalkan 2015 karena beberapa kali telah terjadi gempa. Aktivitas vulkanik terakhir memang sekitar 160 SM, aktivitas magmatik di kedalaman 400 km ke bawah masih ada sampai tahun 2000-an. Hanya oleh karena gunung masuk dalam jalur zona subduksi, maka jangka waktu aktivasinya panjang. Namun yang mengherankan, baru beberapa tahun lalu, sudah nampak terjadi beberapa kali gejala gempa. Mungkinkah Gunung Muria kini mulai bangun dari tidurnya?
Baca: https://umk.ac.id/informasi/berita/3033-gunung-muria-bangun-dari-tidur-panjang

Data dari Seminar Nasional Kebumian ke-11 pada Sep-2018 yang membahas tentang Re-aktivasi Sesar Muria: Suatu Analisis Potensi Vulkanisme Gunung Berapi Maar berdasarkan citra satelit dan gempa di sekitar Semenanjung Muria, diperoleh peta 12 temuan Maar (Gunung Berapi) seperti berikut:

Sejak tahun 1979, tepi utara semenanjung ini ramai disebut-tsebut sebagai lokasi terpilih dan dipersiapkan untuk bangunan pusat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Dari hasil penyelidikan vulkanologi oleh Tim Teknis Nasional (National Technical Team/ NTT, 2000) diketahui adanya 3 gunung api tipe Maar di Semenanjung Muria, yaitu Maar Bambang, Maar Gunungrowo dan Maar Gembong, di samping Gunung Api Muria dan Gunung Api Genuk.

Berdasarkan 74 data radiometri NTT (2000) dan menurut McBirney dkk. (2003) aktivitas vulkanisme di Semenanjung Muria dibagi menjadi lima periode, yaitu: (1). Genuk Tua, (2). Muria Tua, (3). Muria Tengah, (4). Genuk Muda, dan (5). Muria Muda. Aktivitas Gunung Api Genuk Tua dimulai dengan letusan di lingkungan laut dangkal pada sekitar 2 jtl (juta tahun yang lalu) dan menerus hingga 1,65 jtl. Muria Tua mulai aktif pada 0,84 jtl., namun kelihatannya telah berakhir pada beberapa puluh ribu tahun pada awal 0,8 jtl. Sementara itu, Gunung Api Genuk Muda mengalami aktivitas mulai 0,8 jtl. hingga 0,49 jtl., dan Muria Tengah dan Muda meningkat aktivitasnya hingga 0,32 jtl (320.000 tahun lalu)

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Analisis citra satelit lembar P00003, 115010 dan 1200658 telah berhasil menginterpretasi adanya bentukan atau penampakan lingkaran (circular features) di kaki Gunung Api Muria dengan diameter bervariasi dari 750 m hingga 2,5 km, dengan penjelasan sbb:

1. Pada saat ini Maar Bambang sudah merupakan persawahan dan pemukiman penduduk, yang salah satunya adalah Dusun Bambang, Desa Plaosan, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati.

2. Maar Gunungrowo terletak lebih kurang 14 km ke tenggara dari puncak Muria pada ketinggian 300-350 m dpl., termasuk wilayah Desa Sitiluhur, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati (koordinat 110o 5730 E, 6o 3954 S). Maar ini berdiameter sekitar 1100 m, berbentuk cekungan melingkar penuh (circular depression), tinggi dinding maar bervariasi dari 10 m di bagian timur dan 75 m di bagian barat. Pada saat sekarang maar ini dijadikan waduk penampung air untuk irigasi pertanian.

3. Maar Gembong terletak pada ketinggian 125 m dpl, berjarak Β± 15 km dari puncak Muria, dan berada di antara Gunung Api Muria dan Gunung Api Patiayam, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Pada saat ini Maar Gembong dijadikan waduk penampung air untuk irigasi pertanian.

4. Penampakan lingkaran nomor 4 (PL Pecangaan) diperkirakan sebagai maar tua yang berada di kaki barat daya Gunung Api Muria, Desa Ngabul di antara Kecamatan Pecangaan dan Batealit, Jepara.

5. Penampakan lingkaran 5 Jepara terletak di wilayah Kota Jepara pada ketinggian 20-25 m dpl., mempunyai diameter lk. 1,5-2 km. Di lapangan, Maar Jepara ini ditandai oleh adanya bentang alam gumuk melengkung yang tersusun oleh breksi gunung api menumpang di atas paleosol endapan sungai.

6. Penampakan lingkaran Mlonggo (PL 6) terletak di wilayah Kecamatan Mlonggo, Jepara.

7. Penampakan lingkaran Bangsri ini mencakup PL 7 (PL Ngelakmulyo-Bondo).

8. Penampakan lingkaran 8 (PL Pligen-Bangsri), yang terletak di Kecamatan Bangsri, Jepara.

9. Penampakan lingkaran nomor 9 ini terletak di dataran banjir Sungai Balong di dekat Dusun Legundi dan Jarakan, ketinggian 25-32,5 m dengan morfologi dataran - agak miring, berjarak sekitar 40 km dari puncak Gunung Api Muria. Penampakan lingkaran ini berlokasi sangat dekat dengan lubang bor LG3 (NTT, 2000) yang terdapat batuan beku andesit pada kedalaman 50,00-54,75 m (tebal 4,75 m; Maar LG3 ini merupakan titik erupsi gunung api monogenesis yang terletak paling dekat dengan calon tapak PLTN di Ujung Lemah Abang. Demikian seterusnya untuk PL-10 di Medani, PL-11 di Cluwak, dan PL-12 di Tayu.

Walau data tersebut di atas menunjukkan pembentukan maar sudah cukup tua, atau berumur 500.000 tahun atau lebih, namun bentuk bentang alam Maar Gunungrowo yang masih berupa cekungan melingkar sempurna, padahal di daerah tropis yang banyak hujan dan tingkat erosi tinggi, membuat keraguan bahwa maar tersebut bisa jadi terbentuk dalam usia lebih muda lagi. Hal itu diperkuat lagi dengan meningkatnya aktivitas Gunung Api Muria sekitar 320 ribu tahun yang lalu, yang menjadi sumber panas utama dalam pembentukan uap air bertekanan tinggi dan dapat menimbulkan letusan maar pada waktu berikutnya.

Apa beda Gempa Tektonik dan Gempa Vulkanik?

Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pelepasan energi elastis yang tersimpan dalam lempeng tektonik. Bila energi yang diterima sudah melebihi batas elastisitas lempeng tektonik, maka energi akan terlepas dalam bentuk deformasi plastis dan gelombang elastis.

Gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kegiatan gunung api. Magma yang berada pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan energinya secara tiba‐tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Selain itu, pelepasan energi stres tersebut juga menyebabkan gerakan magma secara perlahan. Aktivitas gempa tektonik dapat memicu terjadinya aktivitas gempa vulkanik.

Jadi intinya, gempa vulkanik yaitu gempa yang diakibatkan karena terjadinya tekanan magma gunung, gempa tektonik yaitu gempa yang diakibatkan karena pergeseran lempeng bumi. https://tirto.id/perbedaan-gempa-bumi-tektonik-vulkanik-serta-penyebabnya-f9zF

Pada masa mendatang erupsi gunung api maar masih dimungkinkan terjadi, apabila dengan adanya re-aktivitas gempa tektonik di wilayah Semenanjung Muria dan sekitarnya akhir-akhir ini. Oleh sebab itu penelitian tektonika di Semenanjung Muria perlu dilakukan lebih intensif untuk memastikannya. Lihat juga: https://www.youtube.com/watch?v=rnccYL3G5DI, Youtube gunung di Semenanjung Muria masih aktif.

Data kegempaan yang sebesar magnitude 3.6 SR di Tenggara Kabupaten Pati dengan kedalaman 8 km pada 12 Mei 2018 dan magnitude 4.3 SR di Semenanjung Muria pada 3 Mei 2018, diindikasikan dapat memicu kegiatan vulkanisme di Semenanjung Muria. Tercatat di zona tersebut beberapa kali telah mengalami kegempaan yang cukup signifikan pada 25-Des-1821, 19-Jan-1856, 12-Des-1890, 23-Okt-2015, 18-Jul-2016, 3-Mei-2018, dan 12-Mei-2018.
Data gempa, baca di : https://www.bmkg.go.id/gempabumi/katalog-gempabumi-signifikan.bmkg
Baca juga:
https://repository.ugm.ac.id/274876/1/OPT-8_REAKTIVASI%20SESAR%20MURIA%20%20ANALISIS%20POTENSI%20VULKANISME%20MAAR%20SEBAGAI%20IMPLIKASI%20TEKTONIK%20MURIA%20BERDASARKAN%20CITRA%20SATELIT%20DAN%20KEGEMPAAN.pdf

Oleh pihak LIPI-2015, gempa bumi tektonik di sekitar Muria ini dianggap tidak lazim dan dicurigai bisa sebagai pemicu potensi re-aktivasi vulkanik gunung berapi di Semenanjung Muria. Meski dari skala kekuatannya relatif kecil gempa itu dianggap signifikan karena terjadi di luar zona kegempaan yang lazim, gempa itu perlu dapat perhatian karena kawasan ini sebelumnya dianggap tidak aktif sesamya. "Kedalaman gempanya juga agak aneh. Kami belum memiliki banyak informasi tentang gempa ini " kata Rahma Hanifa, peneliti gempa dari Research Center for Disaster Mitigation Institut Teknologi Bandung.

Menurut LIPI zona sesar di Semenanjung Muria dan sekitarnya secara tektonik cukup kompleks. Di zona itu terdapat beberapa sesar yang diduga cukup aktif, seperti Sesar Lasem. Sesar Muria, dan sekitar 7 sesar mikro lainnya yang tersebar di lepas pantai Laut Jawa. Sesar Muria membujur dari Gunung Muria ke arah utara hingga mencapai pesisir.

Di masa lalu, Sesar Lasem menjadi penyebab beberapa peristiwa gempa bumi yang merusak, misalnya gempa Lasem 1847, gempa Ambarawa 1865, dan gempa Pati M.6.8 pada 1890 dengan radius kerusakan sekitar 500 km. Selain itu Sesar Lasem juga pernah memicu terjadinya gempa di Kudus pada tahun 1877 serta gempa Semarang pada tahun 1856, 1958, 1959 dan 1966.
Baca: http://lipi.go.id/lipimedia/gempa-bumi-semenanjung-muria-tak-lazim/10692
Baca juga: https://umk.ac.id/informasi/berita/3033-gunung-muria-bangun-dari-tidur-panjang

Gempa yang terjadi di Semenanjung Muria (timur laut Muria) pada 23-Okt-2015 adalah perulangan di tempat yang sama atau sumber pusatnya dengan tahun 1890. Ini menjadi gambaran bahwa masih banyak hal yang tersembunyi belum terungkap di sini. Sesuatu yang tersembunyi bukan berarti tidak ada, akan tetapi mungkin karena keterbatasan hasil kajian kita. Kita menyadari bahwa masih ada sumber-sumber gempa yang belum terpetakan dengan baik, sehingga belum dimasukkan dalam parameter pembuatan peta gempa di Indonesia.
Baca juga: https://www.kompasiana.com/zulfakriza/56305230557b613107967fd8/yang-tersembunyi-di-semenanjung-muria?page=all

Gunung api dengan tipe ini, Maar seperti ini jika mengalami erupsi akan bersifat eksplosif yang sangat dahsyat sekalidan akan meledakkan serta membuang sebagian puncaknya. Baca: https://kumparan.com/angga-jati-widiatama/gunung-api-ultrapotasik-jawa-1tCqP0Jo0ik/full

Karakter Gunung Muria, memiliki kesamaan dengan Gunung Sinabung. Kelihatannya tidak ada aktivitas, tapi sekali meletus tidak berhenti-berhenti seperti Gunung Sinabung. Dan kondisi ini tidak banyak diketahui masyarakat. Baca: https://metrojateng.com/jika-meletus-gunung-muria-mirip-sinabung/

5. Muria Dulu dan Sekarang: Sama-Sama Dikepung Air

Pulau Muria kuno dulu memang dikepung air laut, Semenanjung Muria jaman modern kini nampak juga dikepung air, tapi air banjir yang meluas dan intensitasnya semakin sering akibat kerusakan daya dukung lingkungannya yang sudah banyak dirambah sebagai pemukiman penduduk. Peta di bawah ini adalah hasil monitoring Google-Map untuk wilayah banjir besar di Jawa pada 14 Feb-2021.

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?
Java Flood 14 Feb 2021, Google Monitoring

Tanggal 9 Feb-2021 ada 42 desa di 6 kecamatan di Kabupaten Pati terredam banjir. Total rumah terdampak banjir ada 3.938 rumah dan yang tergenang ada 2.931 rumah di 6 kecamatan, jumlah jiwa terdampak ada 12.687 orang. Baca: https://www.merdeka.com/jateng/42-desa-di-pati-terendam-banjir-ini-3-faktanya.html; Baca juga: https://www.antaranews.com/berita/1989460/42-desa-di-kabupaten-pati-dilanda-banjir

Banjir di Kudus rendam 10 desa di 3 kecamatan dalam sepekan (Feb-2021)
https://regional.kompas.com/read/2021/02/12/06030041/lebih-dari-sepekan-banjir-masih-rendam-3-kecamatan-di-kudus?page=all

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Banjir di Dukuhseti, Tayu (2018)
Akibat guyuran hujan deras semalam, jalur utama penghubung antar kecamatan Tayu-Dukuhseti di Pati, Kamis (8/2/2018) pagi terendam banjir akibat tanggul jebol. Banjir setinggi 30-50 cm mengakibatkan akses jalur tersebut tertutup dan sulit dilalui. "Tadi saya iseng bolak-balik untuk ngecek. Dan ternyata yang tergenang sekitar 2 kilometer jalan ini. Ketingian rata-rata dari lutut orang dewasa sampai paha.
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3856529/jalanan-terendam-banjir-jalur-tayudukuhseti-lumpuh

Banjir di Jepara, 150 Ha sawah terrendam air dan bakal gagal panen untuk tahun ini.
https://jateng.inews.id/berita/banjir-di-desa-dorang-jepara-150-hektare-tanaman-padi-terancam-gagal-panen
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Banjir terjadi di sejumlah titik di wilayah Kecamatan kota Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah hari ini. Akibatnya ratusan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang, Budi Asmara menyebut, ada dua titik banjir yang cukup parah di Rembang. Dua daerah itu yakni Desa Mondoteko dan Desa Tireman Kecamatan kota Rembang.
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5274699/banjir-di-rembang-ratusan-warga-mengungsi

Ketinggian banjir di Semarang bervariasi 10-150 sentimeter 42 titik lokasi. https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/07/160300965/update-banjir-semarang-dan-42-titik-lokasinya-mana-saja-?page=all.

Jumlah warga terdampak banjir di Demak mencapai 3200 kepala keluarga (KK) atau 10.300 jiwa. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5366043/banjir-di-demak-capai-15-meter-10-ribu-jiwa-terdampak

Data prakiraan banjir Maret-Mei 2021 (BMKG-Klimatologi). https://www.bmkg.go.id/iklim/potensi-banjir.bmkg?p=prakiraan-daerah-potensi-banjir-bulan-maret-mei-2021&tag=&lang=ID
Peta prakiraan banjir pada Bulan Maret 2021 di Jawa Tengah, hanya sebagian kecil wilayah saja yang nampak warna hijau atau banjir dalam intensitas Ringan, sisanya Kuning (intensitas Sedang).
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Prakiraan banjir Bulan Maret 2021 sebagai berikut:
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Halaman selanjutnya untuk banjir menengah dan rendah sbb:
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Prakiraan banjir Bulan April 2021 sbb:
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Prakiraan banjir Bulan Mei 2021 sbb:
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Halaman selanjutnya Prakiraan banjir ringan Bulan Mei 2021 sbb:
Apa penyebab Selat Muria menjadi kering dan berubah menjadi daratan?

Untuk prakiraan banjir secara rinci bisa akses ke situsnya BMKG di atas, termasuk sampai ke tingkat kecamatan.

6. BENCANA SEBAGAI DAMPAK JAMAN ANTHROPOCENE

Sebagai penutup dari tulisan ini sekaligus untuk perenungan Trah Wogsorejo di jaman Anthropocene, berikut ada lirik lagu penyanyi kita:

𝐁𝐞𝐫𝐒𝐭𝐚 𝐊𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐊𝐚𝐰𝐚𝐧 (π„π›π’πžπ­ 𝐆. π€ππž)
Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan, di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan, hati tergetar menampak kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi, gembala kecil menangis sedihoh..ooo..
Kawan coba dengar apa jawabnya, ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya telah lama mati, ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya, kepada karang kepada ombak kepada matahariTetapi semua diam tetapi semua bisu, tinggal aku sendiri terpaku menatap langit,
Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Dengarkan lagunya di: https://www.youtube.com/watch?v=Z9h71V36578

Secara geologis, setelah jaman Pleistocene, masuklah jaman Holosen dimulai 11.700 tahun lalu yaitu sejak zaman es besar mencair sampai tahun 1950 lalu. Sekarang ini disebut Jaman Antroposen (Anthropocene), yaitu periode sejarah geologi yang dipengaruhi oleh ulah manusia dan berdampak sigifikan pada perubahan iklim dan ekosistem planet bumi. Baca juga: Menelusuri-moyang-mbah-wongso.

Istilah Antroposen pertama kali dipopulerkan Paul Crutzen tahun 2000. Memang banyak perdebatan ilmuwan, ada yang menyebutkan Jaman Antroposen sudah mulai sejak jaman revolusi industri (tahun 1800-an) dimana akibat aktivitas manusia, berdampak meluasnya karbon dan metana di bumi. Tapi pendapat itu dibantah, bahwa jaman Antroposen baru mulai 1945 saat bom atom pertama dijatuhkan di Hiroshima & Nagasaki, dimana partikel2 radioaktifnya berdampak meluas ke alam.

Terakhir, kelompok pembahas Antroposen 5 tahun lalu (2016) menyepakati bahwa Jaman Antroposen dimulai tahun 1950, yaitu ketika terjadi akselerasi aktivitas manusia secara besar-besaran yang berdampak signifikan terhadap pengrusakan lingkungan, perubahan iklim, dan ekosistem di bumi.

Dampak signifikan terhadap alam ini telah nyata kita rasakan yang berbalik menyerang manusia dalam bentuk berbagai bencana alam, termasuk bencana yang mengepung Semenanjung Muria akhir-akhir ini, yaitu banjir. Merenungkan dan mengambil hikmah atas intisari tulisan di atas bagi generasi saat ini atau generasi penerus Mbah Wongsorejo adalah sangat disarankan sekali agar keberlanjutan generasi selanjutnya bisa tetap survive.

Link referensi untuk memperdalam pemahaman tentang Anthropocene:
https://en.wikipedia.org/wiki/Anthropocene
https://www.facebook.com/wur.nugroho/posts/10219127926533120
https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/anthropocene/
https://www.anthroencyclopedia.com/entry/anthropocene
https://www.merriam-webster.com/dictionary/Anthropocene
https://www.nhm.ac.uk/discover/what-is-the-anthropocene.html
https://www.smithsonianmag.com/science-nature/what-is-the-anthropocene-and-are-we-in-it-164801414/

Salam Persaudaraan,
Admin/WNS/Feb2021