Apa penyebab kelebihan cairan dalam tubuh?

Asites adalah penimbunan cairan dalam rongga perut atau peritoneum. Kondisi ini bisa disebabkan oleh penyakit seperti sirosis, kanker, dan gagal ginjal. Bila dibiarkan menumpuk, cairan asites dapat menyebabkan berbagai macam gangguan dalam tubuh.

Penyebab asites atau penumpukan cairan pada rongga perut perlu ditelusuri dengan teliti dan ditangani dengan serius. Hal ini karena asites biasanya menandakan adanya penyakit kronis yang sudah berlangsung cukup lama atau sudah mencapai stadium yang cukup parah.

Secara umum, asites ditandai dengan adanya pembengkakan dan rasa penuh pada perut. Selain itu, penderita asites juga bisa mengalami sesak napas akibat perut yang penuh, mual, muntah, serta pembengkakan pada kaki.

Sederet Kondisi yang Menyebabkan Asites

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya asites, yaitu:

1. Sirosis hati

Sirosis hati adalah rusaknya jaringan hati yang bisa timbul karena berbagai macam kondisi. Beberapa kondisi yang paling sering menyebabkan sirosis di antaranya adalah penyakit hepatitis B dan hepatitis C, perlemakan hati, dan kecanduan alkohol.

Ketika jaringan hati rusak, fungsi dan aliran darahnya juga akan terganggu. Normalnya, hati menerima banyak aliran darah dan salah satunya berasal dari usus. Ketika aliran darah menuju hati terhambat, terjadi bendungan darah di pembuluh darah usus. Akibatnya, cairan di dalam pembuluh darah usus keluar ke rongga perut dan menjadi asites.

Selain itu, jaringan hati yang rusak juga tidak dapat memproduksi albumin dengan efektif. Padahal, albumin adalah protein dalam plasma darah yang berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam pembuluh darah. Jika kadar albumin menurun, cairan dari pembuluh darah bisa bocor ke rongga perut.

2. Gagal ginjal

Salah satu fungsi ginjal yang paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan tubuh secara menyeluruh dan menyaring limbah tubuh untuk dibuang melalui urine.

Pada penyakit gagal ginjal, ginjal tidak bisa berfungsi secara maksimal. Akibatnya, terjadi kelebihan cairan dan penumpukan limbah pada tubuh (uremia). Kedua hal ini dapat membuat cairan lebih mudah bocor ke rongga perut dan menyebabkan asites.

3. Gagal jantung kongestif

Pada keadaan normal, jantung memompa darah ke seluruh tubuh, kemudian menerima kembali darah yang sudah ”dipakai”. Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan terhambatnya aliran balik darah dari tubuh untuk kembali ke jantung, sehingga darah terbendung di pembuluh darah tubuh.

Akibatnya, tekanan di dalam pembuluh darah menjadi tinggi dan mendesak cairan dalam pembuluh darah keluar ke jaringan atau rongga tubuh, termasuk rongga perut. Gejala yang terjadi di antaranya adalah pembengkakan kaki dan asites.

4. Peradangan pankreas (pankreatitis)

Pankreas memiliki tugas untuk memproduksi dan menghasikan enzim juga hormon yang membantu dalam mencerna makanan. Pankreatitis akut ini bisa menyebabkan akumulasi cairan yang merupakan respons dari terjadinya peradangan dan menimbulkan asites.

Sementara pada pankreatitis kronis, enzim pencernaan tidak bekerja dalam waktu yang lama dan menyebabkan pencernaan dan penyerapan makanan jadi tidak maksimal. Lama-kelamaan, tubuh bisa kekurangan protein yang menyebabkan kadar albumin darah menjadi turun hingga berakibat asites.

Selain itu, ada pula asites yang disebabkan oleh kanker. Kondisi ini biasanya muncul sebagai akibat kanker pada organ di rongga perut seperti kanker pankreas, kanker usus, atau kanker lambung. Namun, asites juga bisa terjadi akibat kanker lainnya, seperti limfoma, kanker rahim, atau kanker payudara.

Ini Cara Mengatasi Asites

Asites dan penyebabnya dapat didiagnosis lewat pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan ginjal, elektrolit, serta kadar albumin dalam darah. Pemeriksaan USG atau CT-scan perut juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyebab asites.

Asites ditangani berdasarkan penyebabnya dan keluhan yang disebabkannya. Selain itu, seberapa buruk dampaknya pada pasien dan seberapa sering asites berulang juga perlu diperhatikan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai penanganan asites, yakni:

1. Penghentian konsumsi minuman beralkohol

Untuk meminimalkan kerusakan hati, pasien yang mengalami asites akibat sirosis perlu berhenti mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan tertentu seperti parasetamol.

2. Pembatasan makanan rendah garam

Penderita asites sangat perlu membatasi asupan garam hingga kurang dari 2 gram (< ½ sendok teh) per hari agar penumpukan cairan di perut tidak bertambah parah.

3. Pengobatan dengan obat diuretik

Pengobatan dengan diuretik bersamaan dengan mengonsumsi makanan rendah garam dapat membuang kelebihan cairan dan garam dengan lebih efektif.

4. Penimbangan berat badan secara berkala

Hal ini dilakukan untuk memantau kandungan cairan dalam tubuh. Diharapkan cairan berlebih dalam tubuh bisa berkurang dan menyebabkan berat badan dapat turun mulai dari 0,5 kg hingga sekitar 1 kg per hari. Kecepatan penurunan berat badan bisa berbeda-beda antar pasien dengan asites.

5. Paracentesis

Jika asupan makanan, minuman, dan pengobatan diuretik tidak berhasil, dapat dilakukan paracentesis. Proses ini dilakukan dengan menempatkan jarum ke dalam rongga perut untuk mengeluarkan cairan asites.

Prosedur ini umumnya dilakukan jika cairan terbentuk sangat cepat, mengganggu pernapasan, atau jika asites disebabkan oleh kanker. Risiko yang dapat terjadi pada prosedur ini adalah perdarahan, infeksi, luka pada usus, dan gangguan elektrolit.

6. Prosedur operasi.

Apabila cara-cara lain tidak berhasil, maka dapat dilakukan tindakan pembedahan untuk mengatasi penyebab asites.

Asites adalah kondisi yang harus segera ditangani oleh tenaga medis karena bisa menimbulkan komplikasi dan mengganggu kerja organ-organ di tubuh Anda. Selain itu, asites dapat membuat makan, minum, bergerak, bahkan bernapas menjadi sulit.

Penumpukan cairan di perut ini juga bisa menyebabkan terjadinya infeksi perut yang berbahaya. Oleh karena itu, bila timbul gejala seperti yang telah dipaparkan di atas, jangan tunda untuk memeriksakannya ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.

Kelebihan cairan dalam tubuh atau hipervolemia merupakan suatu kondisi ketika terdapat terlalu banyak cairan di dalam tubuh. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, termasuk kelainan pada jantung, kelainan pada ginjal, sirosis, atau kehamilan [1, 2].

Kelebihan volume cairan dalam tubuh terjadi ketika tubuh tidak dapat membuang kelebihan cairan dan menahan terlalu banyak cairan di dalam tubuh. Masalah yang mendasari kelebihan cairan ini yaitu adanya natrium yang terlalu tinggi di dalam tubuh. Natrium menyebabkan tubuh menjadi retensi pada cairan dan menahan cairan di dalam tubuh [3].

Beberapa gejala yang dapat ditemukan ketika seseorang memiliki kelebihan cairan dalam tubuh, yaitu [1, 4]:

Kelebihan cairan dalam tubuh atau hipervolemia dapat terjadi sebagai akibat dari:

1. Gagal Ginjal

Ginjal merupakan organ ekskresi yang berfungsi untuk Ginjal berperan dalam pembuangan kelebihan cairan dan zat-zat sisa lain dari dalam tubuh. Pada individu dengan gagal ginjal kronis, ginjal kehilangan fungsi jaringannya  [5].

Penurunan atau hilangnya fungsi ginjal sejalan dengan menurunnya fungsi ginjal untuk mengatur cairan dalam tubuh dan homeostasis elektrolit. Masalah ini selanjutnya mengakibatkan adanya  peningkatan volume cairan dalam tubuh [6].

2. Gagal Jantung

Gagal jantung merupakan keadaan ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika kemampuan pompa darah jantung menurun, ginjal merupakan salah satu organ yang terdampak [5].

Organ ginjal menjadi tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Respon yang diberikan oleh ginjal yaitu  dengan meningkatkan produksi renin, yang selanjutnya memicu produksi aldosteron yang lebih tinggi, dan sering kali akan diikuti dengan retensi sodium dan cairan pada tubuh [7].

3. Kerusakan pada Jaringan Hati

Penumpukan cairan pada abdomen merupakan komplikasi yang paling umum terjadi bagi orang dengan komplikasi atau sirosis hati [8]. Hati berperan dalam memproses nutrisi dan menyaring racun yang masuk ke dalam tubuh. Ketika hati tidak dapat bekerja dengan baik, dapat terjadi penumpukan cairan pada perut atau abdomen [4, 9]

4. Pemberian Cairan Intervena (IV)

Cairan intravena (IV) merupakan cairan yang diberikan ketika seseorang mengalami dehidrasi atau ketika tubuh tidak dapat mengkonsumsi cukup cairan, misalnya pada keadaan pasca operasi[10].

Kebanyakan cairan IV mengandung sodium dan air untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan menyeimbangkan kadar sodium dalam tubuh. Terlalu banyak cairan IV yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan hipervolimia, khususnya pada individu dengan masalah kesehatan lain [10].

5. Sindrom nefrotik

Sindrom nefrotik merupakan kelainan pada ginjal yang sering kali disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah kecil di ginjal dan  ditandai dengan adanya kandungan protein dalam urin. Pembuluh darah ini berfungsi untuk menyaring sisa metabolisme dan kelebihan cairan dalam tubuh, ketika pembuluh darah rusak, tubuh menjadi tidak dapat membuang kelebihan cairan dan terjadi kelebihan cairan dalam tubuh [1, 11].

6. Kehamilan

Terdapat peningkatan cairan tubuh sebesar 25-52% selama masa kehamilan. Ketika masa kehamilan, terdapat perubahan hormonal seperti peningkatan level estrogen dan progesteron, peningkatan level plasma aldosteron dan aktivitas renin. perubahan -perubahan tersebut mengakibatkan retensi sodium dan peningkatan volume cairan dalam tubuh [12]. 

7. Obat-oabatan

Obat-obatan yang mengakibatkan perubahan hormonal juga dapat menyebabkan kelebihan cairan dalam tubuh. Pil KB, terapi penggantian hormon, dan pengobatan hormonal sejenisnya dapat menyebabkan tubuh menahan terlalu banyak garam dan cairan [10].

Beberapa jenis obat-obatan antidepresan, obat untuk tekanan darah, dan obat-obatan anti inflamasi non steroid juga dapat memicu hipervolimia ringan [10].

8. Konsumsi Garam Berlebihan

Konsumsi terlalu banyak natrium dapat menyebabkan tubuh retensi terhadap cairan yang lebih lanjut dapat mengakibatkan hipervolemia ringan atau kembung. Mengkonsumsi satu jenis makanan asin atau tinggi natrium tidak akan berdampak besar secara langsung pada individu yang sehat. Kelebihan natrium dalam tubuh terjadi ketika asupan natrium yang dikonsumsi lebih tinggi dari yang diekskresikan  [9, 13].

Ginjal yang normal dan sehat dapat mengekskresikan natrium dalam jumlah yang besar. Kelebihan natrium pada tubuh umumnya menunjukkan adanya gangguan regulasi aliran darah ginjal, gangguan ekskresi natrium, misalnya pada individu dengan masalah kesehatan tertentu atau pada kelompok usia tertentu khususnya pada anak-anak dan lansia[10].

Pada individu dengan gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan hati harus mengkonsumsi diet rendah garam untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kelebihan volume cairan dalam tubuh [10].

Cara Mengatasi Kelebihan Cairan dalam Tubuh

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi kelebihan cairan dalam tubuh yaitu:

Obat-obatan jenis diuretik berfungsi untuk membuang kelebihan cairan di dalam tubuh dengan meningkatkan produksi urin [2, 9].

Dialysis adalah suatu prosedur yang bertujuan untuk membuang produk sisa dari tubuh ketika ginjal sudah tidak mampu melakukan perannya sebagai organ sekresi. Pada proses dialysis, darah disirkulasikan melalui suatu alat untuk membuang produk sisa metabolisme, kelebihan cairan, dan kelebihan garam dalam tubuh [14].

Parasentetis merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk mengeluarkan kelebihan cairan yang berada pada abdomen melalui tabung kecil yang dimasukkan ke dalam tubuh [1, 15].

Diketahui bahwa natrium dalam garam berperan penting sebagai penyebab kelebihan cairan dalam tubuh, sehingga sangat penting untuk membatasi jumlah garam yang dikonsumsi [5].

Pada pasien gagal ginjal yang tengah menjalani dialisis tetap perlu menjaga asupan garam. Terlalu banyak mengkonsumsi garam dapat meningkatkan kemungkinan kelebihan cairan dan membuatnya lebih sulit untuk mengeluarkan cairan ketika proses dialisis [5].

Medical Research & Source ↓ Medical Research & Source ↓

1) Review Dan Brennan, MD. webmd.com. What Is Fluid Overload? 2021
2) Michael Braun, Craig Barstow, dan Natasha Pyzocha. Pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Diagnosis and management of sodium disorders: hyponatremia and hypernatremia. 2015 3) Anonim. Medlineplus.gov. Fluid imbalance. 2022 4) Anonim. Kidney.org. Fluid Overload in a Dialysis Patient. 2022 5) Anonim. Freseniuskidneycare.com. Understanding Hypervolemia and Fluid Overload. 2022 6) Anna Malkina. univadis.co.uk. Chronic Kidney disease. 2019

7) Pierpaolo Pelicori, Kuldeep Kaur, dan Andrew Clark. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Fluid Management in Patients with Chronic Heart Failure. 2015


8) Bruce Runyon. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Introduction to the revised American Association for the Study of Liver Diseases Practice Guideline management of adult patients with ascites due to cirrhosis 2012. 2013 9) Vincent Arroyo. Sciencedirect.com. Pathophysiology, diagnosis and treatment of ascites in cirrhosis. 2002 10) Jennifer Berry. Review Graham Rogers, M.D. medicalnewstoday.com. Hypervolemia: What you need to know about fluid overload. 2017 11) Carolina Tapia dan Khalid Bashir. ncbi.nlm.nih.gov. Nephrotic Syndrome. 2021 12) Marie Baldisseri. medscape.com. Shock and Pregnancy. 2019 13) James Lewis III. Merckmanuals.com. Volume Overload. 2020 14) Anonim. Clevelandclinic.org. Kidney Disease / Chronic Kidney Disease. 2020

15) Anonim. Endoscopycenterofredbank.com. Paracentesis for Ascites.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA