Peristiwa Bandung Lautan Api, Spirit Perlawanan Usir Penjajah
Peristiwa sejarahBandung Lautan Api merupakan kejadian dibumihanguskannya kota Bandung, nyaris setahun setelah diproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bukanlah kebakaran kecil, melainkan seluruh kota.
Dibakarnya Bandung oleh para penduduk bertujuan agar Bandung tidak direbut dan dijadikan markas strategis militer NICA Belanda.
Dibutuhkan waktu sebanyak tujuh jam agar kota Bandung terbakar. Peristiwa tersebut juga membuat sekitar 200 ribu penduduk Bandung mengungsi setelah membakar rumah mereka sendiri.
Disebutkan, para penduduk Bandung banyak mengungsi ke daerah pegunungan di selatan Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api termasuk peristiwa heroik dan ikonis semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Istilah Bandung Lautan Api muncul dalam percakapan Jendral A.H Nasution dalam pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta.
Jenderal Nasution dan Sutan Sjahrir menemukan strategi agar Bandung tidak jatuh ke tangan NICA karena kalah jumlah pasukan dan persenjataan.
Kala itu semua orang yang hadir setuju untuk membuat Bandung menjadi lautan api. Namun bukan api maksud Jendral Nasution, melainkan Lautan Air.
Bandung Lautan Api disematkan oleh seorang wartawan bernama Atje Bastaman yang menyaksikan kobaran api membakar kota Bandung dari Gunung Leutik, Garut.
Setibanya di Tasikmalaya, Atje menulis berita dengan judul Bandung Lautan Api.
Latar Belakang Peristiwa Bandung Lautan Api
Pasukan Inggris AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) tiba di Bandung pada 12 Oktober 1945. Tentara Inggris memberikan ultimatum penyerahan semua senjata api yang dimiliki penduduk.
Inggris saat itu juga memiliki misi membantu tercapainya kepentingan Belanda di Indonesia.
Ultimatum tersebut diabaikan oleh masyarakat Bandung. Rakyat merespons dengan menyerang markas-markas tentara Inggris dan Belanda di Bandung Utara pada 24 November 1945.
Kala itu pasukan sekutu menjadikan Hotel Homan dan Preanger sebagai markas besar sekutu, merujuk RRI.
Kolonel MacDonald kemudian memberikan tekanan dengan memberikan ultimatum terakhir kepada Gubernur Jawa Barat Datuk Djamin yang meminta rakyat dan tentara angkat kaki dari Bandung Utara.
Ultimatum tersebut justru mendorong Tentara Republik Indonesia (TRI) melancarkan operasi bumi hangus lantaran para pejuang tidak sudi Bandung dikuasai oleh NICA dan AFNEI.
Keputusan membakar Bandung terjadi dalam musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan tanggal 23 Maret 1946. Kolonel A.H Nasution selaku Komandan TRI memerintahkan evakuasi segera para penduduk.
Malam itu juga rombongan besar penduduk Bandung beramai-ramai meninggalkan Bandung, sementara para pejuang melakukan pembakaran kota.
Akibat pembakaran, kota memutuskan semua aliran listrik. Pertempuran dengan tentara Inggris tidak terelakkan.
Pertempuran berakhir dengan berhasilnya milisi Barisan Rakyat Indonesia melalui Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan mengebom gudang amunisi milik sekutu dan pos-pos sekutu di daerah lainnya.
Selama itu pula api membakar kota Bandung dan perjuangan melawan sekutu dilanjutkan dengan gerilya. Pada 23 Maret 1946 inlah menjadi peristiwa sejarah Bandung Lautan Api.
(imb/fef)