Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi

Merdeka.com - Marah merupakan salah satu emosi yang bisa dirasakan oleh setiap manusia. Emosi marah ini pun bisa datang kapan saja.

Biasanya, seseorang yang merasakan marah dipicu oleh hal-hal tertentu. Baik disebabkan oleh sikap atau tindakan seseorang, suatu situasi di luar kendali, hingga perasaan marah pada diri sendiri karena tidak mampu melakukan hal sesuai dengan rencana.

Saat merasakan emosi marah, seseorang bisa melampiaskan ke berbagai hal. Mulai dari berbicara dengan lawan menggunakan nada tinggi dan teriak, menangis, hingga melakukan tindakan yang bersifat merusak.

Bahkan kondisi dan situasi bisa semakin memuncak, jika terus menerus menuruti emosi marah dan kesal yang sedang dirasakan. Untuk itu, setiap orang perlu mempunyai cara tertentu untuk meredakan emosi tersebut.

Cara meredakan emosi marah ini bisa dilakukan dengan mengubah cara pandang tentang emosi marah itu sendiri. Bahwa marah merupakan salah satu emosi yang bisa menyesatkan dan membuat keadaan lebih buruk dari sebelumnya.

Bukan hanya itu, emosi marah juga bisa merusak hubungan baik dengan orang lain. Beberapa perspektif ini bisa didapatkan melalui kata-kata bijak tentang marah.

Dengan membaca kata-kata bijak tentang marah, perspektif dan wawasan seseorang menjadi lebih terbuka. Bahkan dengan membaca kata-kata bijak tentang marah, memudahkan seseorang untuk mengontrol emosi lebih baik.

Dilansir dari Brilio.net, berikut kami telah merangkum kata-kata bijak tentang marah yang perlu Anda ketahui.

2 dari 6 halaman

Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi

cnpru.bsd.uchicago.edu

1. "Melepaskan memberi kita kebebasan, dan kebebasan adalah satu-satunya syarat untuk kebahagiaan. Jika, dalam hati kita, kita masih berpegang teguh pada sesuatu; kemarahan, kegelisahan, atau harta benda, kita tidak bisa bebas." - Thich Khat Hang

2. "Pejuang terbaik tidak pernah marah." - Lao Tzu

3. "Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa melepaskan amarah tidak menenangkan kemarahan; itu justru mendorongnya." - Susan Cain

4. "Siapapun yang bisa membuatmu marah, bisa mengendalikanmu." - Lamine Pearl Heart

5. "Dia yang membuatmu marah, menaklukkanmu." - Elizabeth Kenny

6. "Taklukkan musuh yang marah dengan tidak marah, taklukkan yang jahat dengan kebaikan, menaklukkan pelit dengan kemurahan hati, dan pembohong dengan mengatakan yang sebenarnya." - Siddhartha Gautama

7. "Jangan sampai matahari terbenam karena amarahmu. Kemarahan harus dibatasi, baik dalam rasa maupun waktu."

8. "Kemarahan hanya berguna pada titik tertentu. Setelah itu, menjadi amarah, dan amarah akan membuat kamu lalai." - Lauren Oliver

9. "Adalah bijaksana untuk mengarahkan kemarahanmu ke masalah, bukan orang, untuk memfokuskan energimu pada jawaban, bukan alasan." - William Arthur Ward

10. "Berbicaralah saat kamu marah dan kamu akan membuat pidato terbaik yang akan kamu sesali." - Ambrose Bierce

3 dari 6 halaman

Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi
©Pixabay

11. "Tak peduli dia akan membalas senyummu atau tidak, yang terpenting ialah hal ini menunjukkan kalau kamu tidak terpancing emosi akibat ulahnya."

12. "Tenangkan diri karena amarah akan membuat kamu tidak bisa berpikir dengan tenang."

13. "Kemarahan tidak menyelesaikan apa-apa karena hanya meningkatkan tekanan darahmu."

14. "Ketakutan adalah jalan menuju sisi gelap. Ketakutan mengarah pada kemarahan. Kemarahan mengarah pada kebencian. Kebencian mengarah pada penderitaan."

15. "Ketika perasaan sedih, marah, dan depresi muncul, biarkan perasaan itu mengalir dan biarkan dirimu mengekspresikan emosi dengan maksud tidak menyakiti orang lain."

16. "Manusia hebat adalah manusia yang bisa mengendalikan diri saat dikuasai amarah, tenang saat dipermalukan, tersenyum saat diremehkan."

17. "Orang sabar bukanlah orang yang tidak memiliki rasa marah, tetapi orang yang dewasa dan kuat untuk mengendalikan amarahnya."

18. "Jangan cepat marah, berbaik hatilah, memaafkan, bersabar." - Patricia Meyers

19. "Di mana ada kemarahan, selalu ada rasa sakit di bawahnya." - Eckhart Tolle

20. "Marah adalah membalas dendam kesalahan orang lain pada diri kita sendiri." - Alexander Pope

4 dari 6 halaman

Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi
©Shutterstock.com/Minerva Studio

21. "Amarah tidak menyelesaikan permasalahan, justru akan timbul masalah baru jika kamu menghadapi suatu permasalahan dengan emosi yang meluap-luap."

22. "Banyak kerugian yang terjadi akibat ulah orang yang tidak bisa mengontrol diri. Sebenarnya, orang yang selalu marah-marah akan merugi."

23. "Jangan biarkan orang lain membuatmu marah hingga sampai pada titik di mana kamu menjelma menjadi seseorang yang bahkan kamu sendiri tidak mengenalinya." – Abdulbary Yahya.

24. "Jangan mudah terpancing emosi oleh orang lain. Ketika ada seseorang yang ingin memancing emosimu, sebaiknya berilah senyuman kepadanya."

25. "Jangan pernah membuat suatu keputusan ketika sedang marah, karena air yang mendidih tidak bisa digunakan untuk bercermin."

26. "Kemarahan adalah musuhmu. Taklukkan dia, dan jangan biarkan amarah itu mengalahkanmu." – Ali bin Abi Thalib.

27. "Lebih baik menangis daripada marah, karena marah akan menyakiti orang lain, sementara air mata mengalir tanpa suara melalui jiwa dan membersihkan hati."

28. "Menghadapi masalah dengan rasa amarah akan sia-sia. Ketika marah, akan sulit untuk mengontrol diri sendiri."

29. "Orang baik juga bisa marah, akan tetapi mereka menekan amarah itu seperti menelan sesuatu dengan cepat." – Nouman Ali Khan.

30. "Sabar sesaat ketika sedang marah akan menyelamatkanmu dari ribuan penyesalan." – Ali bin Abi Thalib.

5 dari 6 halaman

Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi
©2019 Merdeka.com/Pexels

31. "Betapa jauh lebih menyedihkan akibat dari kemarahan daripada penyebabnya." - Marcus Aurelius

32. "Boleh saja membicarakan masa lalu, asalkan tidak ada kepahitan dan kemarahan. Itu hanya memberimu serangan jantung. Itu tidak akan mengubah masa lalu juga." - Ann Marie Aguilar

33. "Buatlah kemarahanmu begitu mahal sehingga tidak ada yang mampu membelinya, dan buatlah kebahagiaanmu begitu murah sehingga orang hampir bisa mendapatkannya dengan gratis."

34. "Tahan kata-katamu ketika kamu marah karena kadang-kadang kata-kata yang diucapkan dalam kemarahan meninggalkan bekas luka yang tidak pernah bisa disembuhkan."

35. "Hati yang dipenuhi amarah tidak memiliki tempat untuk cinta." - Joan Lunden

36. "Jangan buang waktumu dalam kemarahan, penyesalan, kekhawatiran, dan dendam. Hidup ini terlalu singkat untuk tidak bahagia." - Roy T Bennett

37. "Jangan pernah menanggapi orang yang marah dengan balasan berapi-api, bahkan jika dia layak mendapatkannya. Jangan biarkan amarahnya menjadi amarahmu." - Bohdi Sanders

38. "Jika kamu menendang batu karena marah, kamu akan melukai kakimu." - Pepatah Korea

39. "Jika kamu sabar dalam satu momen kemarahan, kamu akan terhindar dari 100 hari kesedihan." - Pepatah China

40. "Kemarahan adalah asam yang bisa lebih merusak kapal tempat ia disimpan daripada apa pun yang dituangkan." - Mark Twain

6 dari 6 halaman

Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi
©shutterstock.com/Sergej Khakimullin

41. "Kemarahan adalah kependekan dari bahaya." - Eleanor Roosevelt

42. "Kemarahan adalah tanda bahwa sesuatu perlu diubah."

43. "Kemarahan hanyalah kemarahan. Itu tidak baik. Itu tidak buruk. Itu saja. Apa yang kamu lakukan dengannya adalah yang terpenting. Seperti yang lainnya. Kamu dapat menggunakannya untuk membangun atau menghancurkan. Kamu hanya harus membuat pilihan." - Jim Butcher

44. "Kemarahan, kebencian, dan kecemburuan tidak mengubah hati orang lain, itu hanya mengubah dirimu sendiri." - Shannon Alder

45. "Obat terbesar untuk kemarahan adalah penundaan." - Thomas Paine

46. "Saat marah, hitung sampai 10 sebelum kamu berbicara, jika sangat marah, hitung sampai 100." - Thomas Jefferson

47. "Tunda kemarahan hari ini hingga besok." - Pepatah Tagalog

48. "Untuk setiap menit kamu marah, kamu kehilangan ketenangan pikiran 60 detik." - Ralph Waldo Emerson

49. "Kemarahan diawali dengan kegilaan dan akan berakhir dengan penyesalan." – Ali bin Abi Thalib.

50. "Marah adalah sebuah perasaan yang membuat mulut kalian bereaksi lebih cepat daripada pikiran."

Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, ngomong jorok, mencaci habis, bahkan sampai kalimat carai yang membubarkan rumah tangganya.

Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai tindak pembunuhan. Di saat itulah, misi setan untuk merusak menusia tercapai.

Tentu saja, permsalahannya tidak selesai sampai di sini. Masih ada yang namanya balas dendam dari pihak yang dimarahi. Anda bisa bayangkan, betapa banyak kerusakan yang ditimbulkan karena marah.

Menyadari hal ini, islam sangat menekankan kepada umat manusia untuk berhati-hati ketika emosi. Banyak motivasi yang diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar manusia tidak mudah terpancing emosi. Diantaranya, beliau menjanjikan sabdanya yang sangat ringkas,

لا تغضب ولك الجنة

“Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani dan dinyatakan shahih dalam kitab shahih At-Targhib no. 2749)

Allahu akbar, jaminan yang luar biasa. Surga..dihiasi dengan berbagai kenikmatan, bagi mereka yang mampu menahan amarah. Semoga ini bisa memotivasi kita untuk tidak mudah terpancing emosi.

Apa masih disebut islam kalau masih menuruti emosi
Dapatkan Buku 22 Kiat Mengatasi Stres, Syaikh M. Shalih Al-Munajjid, Harga Rp.16.000
Lebih lanjut KLIK GAMBAR

Bagaimana Cara Mengendalikan Diri Ketika Sedang Emosi?

Agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar, ada beberapa cara mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah. Semoga bisa menjadi obat mujarab bagi kita ketika sedang marah.

Pertama, segera memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan, dengan membaca ta’awudz:

أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ

A-‘UDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIIM

Karena sumber marah adalah setan, sehingga godaannya bisa diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah.

Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِني لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ

Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang marah, kemudian membaca: A-‘udzu billah (saya berlindung kepada Allah) maka marahnya akan reda.” (Hadis shahih – silsilah As-Shahihah, no. 1376)

Kedua, DIAM dan jaga lisan

Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).

Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa bagi ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ

Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Di saat kesadaran kita berkurang, di saat nurani kita tertutup nafsu, jaga lisan baik-baik, jangan sampai lidah tak bertulang ini, menjerumuskan anda ke dasar neraka.

Ketiga, mengambil posisi lebih rendah

Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi.. dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.

Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ

Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang meriwayatkan hadis ini, melindungi dirinya ketika marah dengan mengubah posisi lebih rendah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul Aswad Ad-Duali, beliau menceritakan kejadian yang dialami Abu Dzar,

“Suatu hari Abu Dzar mengisi ember beliau. Tiba-tiba datang beberapa orang yang ingin mengerjai Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi Abu Dzar dan mengambil beberapa helai rambutnya?’ tanya salah seorang diantara mereka. “Saya.” Jawab kawannya.

Majulah orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya, dan menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika itu Abu Dzar sedang berdiri. Beliaupun langsung duduk kemudian tidur.

Melihat itu, orang banyak keheranan. ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk, kemudian tidur?’ tanya mereka keheranan.

Abu Dzar kemudian menyampaikan hadis di atas. Subhanallah.., demikianlah semangat sahabat dalam mempraktekkan ajaran nabi mereka.

Mengapa duduk dan tidur?

Al-Khithabi menjelaskan,

القائم متهيئ للحركة والبطش، والقاعد دونه في هذا المعنى، والمضطجع ممنوع منهما، فيشبه أن يكون النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنما أمره بالقعود لئلا تبدر منه في حال قيامه وقعوده بادرة يندم عليها فيما بعدُ

Orang yang berdiri, mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan memukul. Seperti ini apa yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perintah beliau untuk duduk, agar orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya, yang bisa jadi menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu. (Ma’alim As-Sunan, 4/108)

Keempat, Ingatlah hadis ini ketika marah

Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قادرٌ على أنْ يُنفذهُ دعاهُ اللَّهُ سبحانهُ وتعالى على رءوس الخَلائِقِ يَوْمَ القيامةِ حتَّى يُخيرهُ مِنَ الحورِ العين ما شاءَ

“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)

Subhanallah.., siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil oleh Allah di hadapan semua makhluk pada hari kiamat, untuk menerima balasan yang besar? Semua manusia dan jin menyaksikan orang ini, maju di hadapan mereka untuk menerima pahala yang besar dari Allah ta’ala. Tahukah anda, pahala ini Allah berikan kepada orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya. Bisa kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan tidak hanya menahan emosi, tapi juga memaafkan kesalahan orang tersebut dan bahwa membalasnya dengan kebaikan.

Mula Ali Qori mengatakan,

وَهَذَا الثَّنَاءُ الْجَمِيلُ وَالْجَزَاءُ الْجَزِيلُ إِذَا تَرَتَّبَ عَلَى مُجَرَّدِ كَظْمِ الْغَيْظِ فَكَيْفَ إِذَا انْضَمَّ الْعَفْوُ إِلَيْهِ أَوْ زَادَ بِالْإِحْسَانِ عَلَيْهِ

Pujian yang indah dan balasan yang besar ini diberikan karena sebatas menahan emosi. Bagaimana lagi jika ditambahkan dengan sikap memaafkan atau bahkan membalasnya dengan kebaikan. (Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Turmudzi, 6/140).

Satu lagi, yang bisa anda ingat ketika marah, agar bisa meredakan emosi anda:

Hadis dari Ibnu Umar,

من كف غضبه ستر الله عورته ومن كظم غيظه ولو شاء أن يمضيه أمضاه ملأ الله قلبه يوم القيامة رضا

Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang menahan marah, padahal jika dia mau, dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat. (Diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha Al-Hawaij, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Ya, tapi yang sulit bukan hanya itu. Ada satu keadaan yang jauh lebih sulit untuk disuasanakan sebelum itu, yaitu mengkondisikan diri kita ketika marah untuk mengingat balasan besar dalam hadis di atas. Umumnya orang yang emosi lupa segalanya. Sehingga kecil peluang untuk bisa mengingat balasan yang Allah berikan bagi orang yang bisa menahan emosi.

Siapakah kita dibandingkan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Sekalipun demikian, beliau terkadang lupa dengan ayat dan anjuran syariat, ketika sudah terbawa emosi.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa ada seseorang yang minta izin kepada Khalifah Umar untuk bicara. Umarpun mengizinkannya. Ternyata orang ini membabi buta dan mengkritik habis sang Khalifah.

‘Wahai Ibnul Khattab, demi Allah, kamu tidak memberikan pemberian yang banyak kepada kami, dan tidak bersikap adil kepada kami.”

Mendengar ini, Umarpun marah, dan hendak memukul orang ini. Sampai akhirnya Al-Hur bin Qais (salah satu teman Umar) mengingatkan,

‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah berfirman kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya): ‘Berikanlah maaf, perintahkan yang baik, dan jangan hiraukan orang bodoh.’ dan orang ini termasuk orang bodoh.’

Demi Allah, Umar tidak jadi melampiaskan emosinya ketika mendengar ayat ini dibacakan. Dan dia adalah manusia yang paling tunduk terhadap kitab Allah. (HR. Bukhari 4642).

Yang penting, anda jangan berputus asa, karena semua bisa dilatih. Belajarlah untuk mengingat peringatan Allah, dan ikuti serta laksanakan. Bisa juga anda minta bantuan orang di sekitar anda, suami, istri, anak anda, pegawai, dan orang di sekitar anda, agar mereka segera mengingatkan anda dengan janji-janji di atas, ketika anda sedang marah.

Pada kasus sebaliknya, ada orang yang marah di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaupun meminta salah satu sahabat untuk mengingatkannya, agar membaca ta’awudz, A-‘udzu billahi minas syaithanir rajim..

وَقَالَ: له أحد الصحابة «تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ» فَقَالَ: أَتُرَى بِي بَأْسٌ، أَمَجْنُونٌ أَنَا، اذْهَب

“Salah satu temannya mengingatkan orang yang sedang marah ini: ‘Mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan setan!’ Dia malah berkomentar: ‘Apakah kalian sangka saya sedang sakit? Apa saya sudah gila? Pergi sana!’ (HR. Bukhari 6048).

Kelima, Segera berwudhu atau mandi

Marah dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan air yang dingin.

Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu, yang mengatakan,

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784)

Dalam riwayat lain, dari Abu Muslim Al-Khoulani, beliau menceritakan,

Bahwa Amirul Mukminin Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pernah berkhutbah di hadapan masyarakat. Dan ketika itu, gaji pegawai belum diserahkan selama dua atau tiga bulan. Abu Muslim-pun berkata kepada beliau,

‘Hai Muawiyah, sesungguhnya harta itu bukan milikmu, bukan milik bapakmu, bukan pula milik ibumu.’

Mendengar ini, Muawiyah meminta hadirin untuk diam di tempat. Beliau turun dari mimbar, pulang dan mandi, kemudian kembali dan melanjutkan khutbahnya,

‘Wahai manusia, sesungguhnya Abu Muslim menyebutkan bahwa harta ini bukanlah milikku, bukan milik bapakku, bukan pula milik ibuku. Dan Abu Muslim benar. kemudian beliau menyebutkan hadis,

الغضب من الشيطان ، والشيطان من النار ، والماء يطفئ النار ، فإذا غضب أحدكم فليغتسل

Marah itu dari setan, setan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.

Lalu Muawiyah memerintahkan untuk menyerahkan gaji mereka.

(HR. Abu Nuaim dalam Hilyah 2/130, dan Ibnu Asakir 16/365).

Dua hadis ini dinilai lemah oleh para ulama. Hadis pertama dinilai lemah oleh An-Nawawi sebagaimana keterangan beliau dalam Al-Khulashah (1/122). Syuaib Al-Arnauth dalam ta’liq Musnad Ahmad menyebutkan sanadnya lemah. Demikian pula Al-Albani menilai sanadnya lemah dalam Silsilah Ad-Dhaifah no. 581.

Hadis kedua juga statusnya tidak jauh beda. Ulama pakar hadis menilainya lemah. Karena ada perowi yang bernama Abdul Majid bin Abdul Aziz, yang disebut Ibnu Hibban sebagai perawi Matruk (ditinggalkan).

Ada juga ulama yang belum memastikan kelemahan hadis ini. Diantaranya adalah Ibnul Mundzir. Beliau mengatakan,

إن ثبت هذا الحديث فإنما الأمر به ندبا ليسكن الغضب ، ولا أعلم أحدا من أهل العلم يوجب الوضوء منه

Jika hadis ini shahih, perintah yang ada di dalamnya adalah perintah anjuran untuk meredam marah dan saya tidak mengetahui ada ulamayang mewajibkan wudhu ketika marah. (Al-Ausath, 1/189).

Karena itulah, beberapa pakar tetap menganjurkan untuk berwudhu, tanpa diniatkan sebagai sunah. Terapi ini dilakukan hanya dalam rangka meredam panasnya emosi dan marah. Dr. Muhammad Najati mengatakan,

يشير هذا الحديث إلى حقيقة طبية معروفة ، فالماء البارد يهدئ من فورة الدم الناشئة عن الانفعال ، كما يساعد على تخفيف حالة التوتر العضلي والعصبي ، ولذلك كان الاستحمام يستخدم في الماضي في العلاج النفسي

Hadis ini mengisyaratkan rahasia dalam ilmu kedokteran. Air yang dingin, bisa menurunkan darah bergejolak yang muncul ketika emosi. Sebagaimana ini bisa digunakan untuk menurunkan tensi darah tinggi. Karena itulah, di masa silam, terapi mandi digunakan untuk terapi psikologi.

(Hadis Nabawi wa Ilmu An-Nafs, hlm. 122. dinukil dari Fatwa islam, no. 133861)

اَللَّهُمَّ نَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الحَقِّ فِي الرِضَا وَالغَضَبِ

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kalimat haq ketika ridha (sedang) dan marah

[Doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalatnya – shahih Jami’ As-Shaghir no. 3039]

Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

Artikel ini didukung oleh:

Anda juga dapat menjadi sponsor di video dan website dakwah di Yufid.com Network, silakan hubungi: [email protected] untuk menjadi sponsor.

🔍 Menghadapi Suami Pemarah, Hukum Menghajikan Orang Tua, Sejarah Imlek Menurut Islam, Stop Onani, Gosipi, Doa Jenazah