Apa kesulitan atau tantangan yang dihadapi selama melakukan budidaya satwa harapan jangkrik

Apa kesulitan atau tantangan yang dihadapi selama melakukan budidaya satwa harapan jangkrik
Dewasa ini pada masa krisis ekonomi di Indonesia, budidaya jangkrik (Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar

yang diadakan dibanyak kota. Kegiatan ini banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2 – 4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2- 3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantan kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telur. Penyebaran jangkrik di Indonesia adalah merata, namun untuk kota-kota besar yang banyak penggemar burung dan ikan, pada awalnya sangat tergantung untuk mengkonsumsi jangkrik yang berasal dari alam, lama kelamaan dengan berkurangnya jangkrik yang ditangkap dari alam maka mulailah dicoba untuk membudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan secara intensif dan usaha ini banyak dilakukan dikota-kota di pulau jawa.

Usaha budidaya jangkrik memang bisa menjadi peluang bisnis yang sangat menguntungkan, baik sebagai usaha sampingan maupun usaha berskala besar. Apalagi setelah ditemukan adanya kandungan zat-zat penting yang sangat bermanfaat. Tidak hanya sebagai pakan burung kicauan dan ikan, tetapi juga sebagai bahan baku industri. Di samping itu, beternak jangkrik bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan. Semua orang bisa dengan mudah belajar beternak jangkrik.

4.2. Sentra peternakan
Telah diutarakan didepan bahwa untuk sementara ini, sentra peternakan jangkrik adalah dikota-kota besar dipulau jawa karena kebutuhan dari jangkrik sangat banyak. Sedangkan diluar pulau jawa sementara ini masih banyak didapatkan dari alam, sehingga belum banyak peternakan-peternakan jangkrik.

4.3. Jenis
Ada lebih dari 100 jenis jangkrik yang terdapat di Indonesia. Jenis yang banyak dibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus Mitratus dan Gryllus testaclus, untuk pakan ikan dan burung. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, dimana Gryllus Mitratus wipositor-nya lebih pendek disamping itu Gryllus Mitratus mempunyai garis putih pada pinggir sayap punggung, serta penampilannya yang tenang.

4.4. Manfaat
Jangkrik segar yang sudah diketahui baik untuk pakan burung berkicau seperti poksay, kacer dan hwambie serta untuk pakan ikan, baik juga untuk pertumbuhan udang dan lele dalam bentuk tepung.

4.5. Persyaratan lokasi Lokasi budidaya harus tenang, teduh dan mendapat sirkulasi udara yang baik. Lokasi jauh dari sumber-sumber kebisingan seperti pasar, jalan raya dsb.

Tidak terkena sinar matahari secara langsung atau berlebihan

4.6. Pedoman Teknis Budidaya
Menurut Farry, 1999, ternak jangkrik merupakan jenis usaha yang jika tidak direncanakan dengan matang, akan sangat merugikan usaha. Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam merencanakan usaha ternak jangkrik, yaitu penyusunan jadwal kegiatan, menentukan struktur organisasi, menentukan spesifikasi pekerjaan, menetap kan fasilitas fisik, merencanakan metoda pendekatan pasar, menyiapkan anggaran, mencari sumber dana dan melaksanakan usaha ternak jangkrik.

(1)  Penyiapan Sarana dan Peralatan Karena jangkrik biasa melakukan kegiatan diwaktu malam hari, maka kandang jangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan ditempat yang teduh dan gelap. Sebaiknya dihindarkan dari lalu lalang orang lewat terlebih lagi untuk kandang peneluran. Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya, maka dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daun-daun kering seperti daun pisang, daun timbul, daun sukun dan daun-daun lainnya untuk tempat persembunyian disamping untuk menghindari dari sifat kanibalisme dari jangkrik. Dinding atas kandang bagian dalam sebaiknya dilapisi lakban keliling agar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang. Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup kasa untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapan kandang. Untuk ukuran kotak pemeliharaan jangkrik, tidak ada ukuran yang baku. Yang penting sesuai dengan kebutuhan untuk jumlah populasi jangkrik tiap kandang. Menurut hasil pemantauan dilapangan dan pengalaman peternak, bentuk kandang biasanya berbentuk persegi panjang dengan ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm.

Kotak (kandang) dapat dibuat dari kayu dengan rangka kaso, namun untuk mengirit biaya, maka dinding kandang dapat dibuat dari triplek. Kandang biasanya dibuat bersusun, dan kandang paling bawah mempunyai minimal empat kaki penyangga. Untuk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak dan serangga lainnya, maka keempat kaki kandang dialasi mangkuk yang berisi air, minyak tanah atau juga vaseline (gemuk) yang dilumurkan ditiap kaki penyangga.

(2)  Peyiapan Bibit
(a)  Pemilihan Bibit Calon Induk Bibit yang diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak sakit, tidak cacat (sungut atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari. Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas, karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalaupun induk betina tidak dapat dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dapat dibeli dari peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif.

Adapun ciri-ciri indukan, induk betina, dan induk jantan yang adalah sebagai berikut:

1)  Indukan :

  • Sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap.
  • Kedua kaki belakangnya masih lengkap.
  • Bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat.
  • Badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap.
  • Pilihlah induk yang besar.
  • Jangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.

2)  Induk Jantan

  • selalu mengeluarkan suara mengerik.
  • permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang.
  • tidak mempunyai ovipositor di ekor.
  • Induk betina:
  • tidak mengerik.
  • permukaan punggung atau sayap halus.
  • ada ovipositor dibawah ekor untuk mengeluarkan telur.

(b)  Perawatan Bibit dan Calon Induk
Perawatan jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol makanannya, karena pertumbuhan nya sangat pesat. Sehingga kalau makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang pengganggu, yaitu, semut, tikus, cicak, kecoa dan laba-laba. Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik, maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yang biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan serta diberikan bergantian setiap hari.

(3)  Sistem Pemuliabiakan
Sampai saat ini pembiakan Jangkrik yang dikenal adalah dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk bertelur ada yang alami dan ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan cara caesar induk betinanya besar kemungkinannya mati dan telur yang diperoleh tidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah

(4)  Reproduksi dan Perkawinan Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuanramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalkun dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin. Disamping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam bebas, dinding kandang diolesi tanah liat, semen putih dan lem kayu, dan diberi daun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu dan serutan kayu.

Jangkrik biasanya meletakkan telurnya dipasir atau tanah. Jadi didalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan dipiring kecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya kemudian kandang bagian dalam disemprot dengan larutan antibiotik (cotrymoxale).Selain peneluran secara alami, dapat juga dilakukan peneluran secara caesar. Akan tetapi kekurangannya ialah telur tidak merata matangnya (daya tetas).

(5)  Proses Kelahiran
Sebelum penetasan telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang lembut. Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimana satu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dan telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.

(6)  Pemberian Pakan Anakan umur 1-10 hari diberikan Voor (makanan ayam) yang dibuat darikacang kedelai, beras merah dan jagung kering yang dihaluskan. Setelah vase ini, anakan dapat mulai diberi pakan sayur-sayuran disamping jagung muda dan gambas.

Sedangkan untuk jangkrik yang sedang dijodohkan, diberi pakan antara lain : sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah, daun singkong serta ketimun karena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga yang menambah pakan untuk ternak yang dijodohkan anatar lain : bekatul jagung, tepung ikan, ketan hitam, kuning telur bebek, kalk dan beberapa vitamin yang dihaluskan dan dicampur menjadi satu.

(7)  Pemeliharaan Kandang
Air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti setiap 2 hari sekali dan kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan agar bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang

(8)  Perawatan Ternak
Perawatan jangkrik disamping kondisi kandang yang harus diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka yang tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan (kanibal).

(9)  Sanitasi dan Tindakan Preventif
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam pengelolaan peternakan jangkrik ini sanitasi merupakan masalah yang sangat penting. Untuk menghindari adanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang, maka sebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi lumpur sawah. Untuk mencegah gangguan hama, maka kandang diberi kaki dan setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yang berisi air.

(10)  Pengontrolan Penyakit
Untuk pembesaran jangkrikn dipilih jangkrik yang sehat dan dipisahkan dari yang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai ada yang berjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga agar tetap lembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

4.7. Hama dan Penyakit
(1)  Penyakit, Hama dan Penyebabnya
Sampai sekarang belum ditemukan penyakit yang serius menyerang jangkrik. Biasanya penyakit itu timbul karena jamur yang menempel di daun. Sedangkan hama yang sering mengganggu jangkrik adalah semut atau serangga kecil, tikus, cicak, katak dan ular.

(2)  Pencegahan Serangan Hama dan Penyakit
Untuk menghindari infeksi oleh jamur, maka makanan dan daun tempat berlindung yang tercemar jamur harus dibuang. Hama pengganggu jangkrik dapat diatasi dengan membuat dengan membuat kaleng yang berisi air, minyak tanah atau mengoleskan gemuk pada kaki kandang.

(3)  Pemberian Vaksinasi dan Obat
Untuk saat ini karena hama dan penyakit dapat diatasi secara prefentif, maka penyakit jangkrik dapat ditekan seminimum mungkin. Jadi pemberian obat dan vaksinasi tidak diperlukan.

4.8.  Panen

a.Hasil Utama Peternak jangkrik dapat memperoleh 2 (dua) hasil utama yang nilai ekonomisnya sama besar, yaitu: telur yang dapat dijual untuk peternak lainnya dan jangkrik dewasa untuk pakan burung dan ikan serta untuk tepung jangkrik.

b. Hasil Tambahan

Telur yang sudah diletakkan oleh induknya pada media pasir atau tanah, disaring dan ditempatkan pada media kain yang basah. Untuk setiap lipatan kain basah dapat ditempatkan 1 sendok teh telur yang kemudian untuk diperjual belikan.

Sedangkan untuk jangkrik dewasa umur 40-55 hari atau 55-70 hari dimana tubuhnya baru mulai tumbuh sayap, ditangkap dengan menggunakan tangan dan dimasukkan ketempat penampungan untuk dijual.

4.9. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan kisi-kisi analisis usaha ternak Jangkrik adalah sebagai berikut

1. Komponen Biaya produksi


a. Biaya Tidak Tetap
Indukan
  • Induk Jantan
  • Induk Betina

Makanan dan Vitamin

  • Sayuran
  • Konsentrat
  • Vitamin

Tenaga Kerja 60 HOK
b. Biaya Tetap

  • Bunga modal Investasi 20 %/ th
  • Bunga biaya tidak tetap 20 %/ th
  • Penyusutan kotak
  • Penyusutan alat
  • Pemeliharaan kotak + alat 5 %/ th
  • Sewa Lokasi
  • Listrik

Jumlah biaya produksi
2. Pendapatan  (Penjualan)
3. Keuntungan
4. Parameter kelayakan usaha

4.10. Gambaran Peluang Agribisnis Penggunaan pestisida yang selama ini didapati pada lahan-lahan pertanian merupakan salah satu penyebab berkurangnya populasi jangkrik, demikian juga penangkapan jangkrik dialam yang dilakukan selama ini membuat penurunan drastis jumlah populasinya. Dengan alasan-alasan tersebut dan naiknya permintaan jangkrik, maka peternak tidak membiarkan begitu saja kesempatan untuk memperoleh keuntungan dengan membudidayakan jangkrik dengan intensif karena dengan waktu yang relatif singkat untuk memelihara jangkrik sudah mendapat keuntungan yang berlipat ganda.

Dengan semakin banyaknya peternak-peternak jangkrik ini, permintaan untuk telur jangkrik semakin besar juga, jadi banyak peternak yang hanya memproduksi telur jangkrik karena resikonya lebih kecil dan lebih cepat lagi mendapatkan laba untuk sekitar 25-30 hari, dibandingkan proses pembesaran sampai dengan 3 bulan.

Apa kesulitan atau tantangan yang dihadapi selama melakukan budidaya satwa harapan jangkrik

MATERI TAMBAHAN
LANGKAH – LANGKAH BUDI DAYA JANGKRIK KALUNG Jenis jangkrik yang dibudidayakan adalah jangkrik kalung. Jangkrik kalung mengandung protein, asam amino (sistein untuk antioksidan), asam lemak (omega 3 dan omega 6), hormon (progesteron, estrogen, testosteron) dan kolagen dibanding jenis lainnya. Karenanya, jangkrik kalung banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi, obat, kosmetik, atau pakan burung dan bahkan makanan manusia.

Berikut ini langkah-langkah budidaya jangrik

1.MEMBUAT KANDANG

Apa kesulitan atau tantangan yang dihadapi selama melakukan budidaya satwa harapan jangkrik
Beberapa faktor yang harus diketahui oleh para calon pembudidaya jangkrik adalah bahan dasar untuk membuat sangkar jangkrik adalah kayu sengon atau triplek tebal atau kardus tebal. Ukuran (p x l x t) sangkar bervariasi, tergantung oleh skala produksi yang akan dilakukan dan sangkar dibentuk menjadi persegi panjang.

  1. Kandang terbuat dari kayu tripleks atau kardus bekas berukuran 100cm x 60cm x 30cm bisa menampung 4.000 ekor jangkrik. Dan kotak ini bisa digunakan 4-5 kali. Atap kandang dilapisi koran atau daun kelapa/daun pisang/daun jati/daun tebu/serabut kelapa.
  2. Bahan yang dibutuhkan: lakban licin coklat 4 buah, lem kertas putih 4 buah, serbuk gergaji 2 plastik dan Lis kayu/bambu 40+40
  3. Pendukung pertumbuhan atau rumah jangkrik adalah tempat merambat dan nangkring jangkrik berupa empat lengkungan baik besar dan delapan lenkungan kecil yang dibentuk seperti kerangka besi sebuah payung.

Catatan lainnya :

  1. Bagian atas kotak dibuat terbuka, dengan mempertimbangkan bahwa fungsional atap diambil alih oleh kotak kedua (fungsi utama sebagai tempat perawatan induk pra bertelur).
  2. Kotak atas diberi penutup berupa papan kayu atau tripleks tipis agar pada malam harinya jangkrik tidak melarikan diri.
  3. Sangkar diletakkan ditempat yang teduh untuk menjaga kelembaban udara.
  4. Untuk melindungi jangkrik dari serangan semut, pada kaki – kaki sangkar dialasi dengan mangkok yang berisikan air.

2.KANDANG JANGKRIK IDEAL
Ukuran kandang jangkrik untuk telur sebanya 1 kg biasanya ukurannya adalah panjang = 1,5 m ; lebar = 1 m ; dan tinggi sekitar 0,5 cm dengan gambar sebagai berikut :

Keterangan dari warna gambar kandang diatas adalah yang merah adalah kandang harus diberi lapisan kardus supaya jangkrik nyaman dengan tinggi 20 cm, yang berwarna hijau lapisan pelapah pisang kering ataupun daun jati sedangakan yang berwarna krem sekitar ukuran 3 cm adalah disisinya harus diberi plastik perekat (lakban) dengan ukuran sekitar 10 cm.

3.PENGADAAN INDUKAN
Induk jangkrik diperoleh dengan cara menangkap dari alam. Persyaratan umum dalam memilih calon indukan :

  1. Induk berusia kurang lebih 60 – 70 hari.
  2. Mempunyai panjang tubuh 3 cm.
  3. Antena (sungut) harus dalam kondisi tidak putus.

Induk jantan :

  1. Tekstur sayapnya kasar.
  2. Berwarna gelap kehitaman.

Induk betina :

  1. Bulunya halus.
  2. Berwarna coklat muda.
  3. Mempunyai ekor jarum yang runcing.

  4. PROSES PERKAWINAN
Perbandingan jumlah antara induk jantan dengan induk betina yang akan dikawinkan adalah 1 jantan : 10 betina.

  1. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan 300 – 500 telur.
  2. Dalam usahanya untuk menarik perhatian induk betina, induk jantan akan menggesek – gesekkan sayapnya hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.
  3. Jika keduanya sudah saling tertarik, maka proses perkawinan akan terjadi dengan posisi induk betina berada diatas induk jantan.
  4. Untuk mempercepat terjadinya proses perkawinan, proses perkawinan dilakukan di kandang yang untuk setiap sisinya telah dilapisi dengan tanah lempung.
  5. Ciri – ciri induk betina yang sudah siap bertelur adalah bentuk perutnya membesar dan berjalan dengan lambat.
  6. Telur jangkrik mempunyai bentuk yang bulat memanjang dan berwarna putih kecoklatan.
  7. Induk betina yang sudah akan bertelur segera dipindahkan ke dalam ruang bertelur yang sudah dilapisi dengan plastik dan dialasi dengan pasir.
  8. 8.  Pemanenan terhadap telur dapat dilakukan 4 hari sekali dimana induk betina yang sudah bertelur harus segera dipindahkan ke sangkarnya kembali.

5.PENETASAN TELUR Telur harus dijaga kelembabannya dengan cara diselimuti dengan kain halus. Selain itu, telur harus diletakkan ke dalam sebuah ruangan yang bersuhu kamar selam kurang lebih 2 hari.

Telur dapat dimasukkan ke dalam ruang inkubator yang berwujud stoples setelah telur menjadi kering. Selama berada didalam ruang inkubator, telur jangkrik harus dirawat dengan cara dibolak – balikkan dan disemprot dengan air.


Untuk mempercepat proses penetasan telur jangkrik, ruang inkubasi harus diletakkan didalam ruangan yang dekat dengan cahaya. Dalam kurun waktu 4-6 hari setelah telur diinkubasi, telur akan menetas secara serempak. Untuk itu, sebelum telur – telurnya menetas, telur jangkrik harus dipindahkan ke dalam ruang pembesaran. (sumber : www.astrik.org)
Langkah-langkah proses penetasan telur Jangkrik Kalung.
  1. Telur jangkrik dimasukkan ke dalam kain lembab. Telur akan menetas 4-6 hari kemudian. Setiap 400 gram telur akan menghasilkan 80 kg jangkrik umur 35 hari (1 kg jangkrik kurang lebih 1.000 ekor).
  2. Bahan yang dibutuhkan:  Kain tetas 2 buah/dus atau per kandang, Nampan 2 buah/ dus atau per kandang, Pasir, Sprayer, Kertas koran bekas dan Paket telur jangkrik yang berisi telur 400 gram/paket
  3. Cara menetaskan:
  • Taruh 20 gram telur (1-2 sendok/dus atau per kandang)
  • Telur diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar 1/2 jam
  • Cuci pasir dengan air panas dan letakkan di atas nampan
  • Nampan diisi pasir (lembab)
  • Siapkan kain tetas dan lembabkan dengan percikan air
  • Taruh kain tetas di atas nampan
  • Taburkan telur merata di kain tetas
  • Tutup telur dengan melipat kain tetas
  • Tutup kain tetas dengan kertas koran lembab
  • Jaga kelembaban kain tetas (disemprot tiap hari)

Perbedaan jangkrik jantan dan betina
Didalam suatu jenis binatang pasti ada yang membedakan antara betina dan jantannya misalnya bisa dilihat dari jenis kelaminnya yang jika kelihatan untuk jenis binatang yang besar kalau untuk binatang yang kecil seperti jangkrik ini sulit membedakan antara jangkrik jantan dan jangkrik betina. Ataupun dengan melihat dari tampang untuk yang ahli ataupun untuk yang sudah kenal karakteristik dari binatang yang sudah seseorang pelihara dan untuk hal ini pula sangat sulit membedakan antara jangkrik jantan dan betina. Oleh karena itu saya akan menjelaskan sedikit perbedaan antara jangkrik jantan dan betina bahwa jangkrik jantan dan betina itu terletak pada ekornya.

Apa kesulitan atau tantangan yang dihadapi selama melakukan budidaya satwa harapan jangkrik

Jika jangkrik itu jantan bisa dilihat dari ekornya ditandakan dengan ekor yang berjumlah dua. Sedangkan untuk jangkrik betina berjumlah ekornya adalah 3 dengan penjelasan ekor yang satu adalah yang menonjol ditengah adalah alat untuk mengeluarkan telur.

6. PEMELIHARAAN DAN PEMBESARAN

  1. Pada proses pembesaran, jangkrik diberi pakan yang cukup baik yaitu pakan pelet buatan Astrik dan sayuran (wortel, gambas, daun katuk, daun pepaya, sawi, dan lainnya).
  2. Pemberian sayuran mengikuti ketentuan berikut masa pertumbuhan hari ke-1 sampai ke-10 sebanyak 2 kali/ hari, hari ke-11 sampai ke-30 (1 kali/ 2 hari) dan masa pertumbuhan lebih dari 30 hari tidak diberi pakan sayur.
  3. Tahapan pemberian pakan sayuran:
  • Cuci dan tiriskan sayuran
  • Iris tipis sayuran yang sudah tiris
  • Angin-anginkan sekitar lima menit
  • Pakai alas lebih baik ketika menganginkan
  • Buang sisa sayuran yang tidak dimakan sebelum diganti sebaiknya sore hari

4. Sedangkan untuk minuman diberikan dalam pasir basah

7. BAHAN PAKAN DAN MINUM
(a) Pakan

  • Dibutuhkan 6 kg pakan per dus/kandang sampai panen
  • Berikan sesuai kebutuhan
  • Pakan hendaknya habis tiap hari
  • Pemberian pakan dua kali sehari
  • Pakan diletakkan di tengah kotak
  • Pakai alas lebih baik
  • Di atap rumah jangkrik (semprot terlebih dahulu)
  • Pakan buatan Astrik diletakkan tipis merata (tidak menggunung)

(b) Minum
Masa Pertumbuhan 1-10 hari minuman diberikan di:

  • Spon/busa dibasahi dalam wadah/nampan beralas pasir atau kain di tengah kotak
  • Semprot atap rumah jangkrik
  • Kontrol pakan dua kali sehari

Masa Pertumbuhan lebih dari 10 hari minuman diberikan di:

  • Nampan penetasan yang diisi kerikil dan air
  • Tambah air kalau kurang

8.  LAIN-LAIN
A. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jangkrik kalung:

  1. Jangkrik tumbuh kerdil karena bibitnya buruk atau suhu kandang lebih dari 30  0C
  2. Kanibalisme atau saling memakan antarjangkrik disebabkan kurang makanan/sayur, kurang minum, atau kurang rumah/persembunyian
  3. Jangkrik mencret diakibatkan makanan tak teratur dan suhu yang kurang baik.
  4. Hati-hati terhadap perangkap yang menyebabkan jangkrik meloloskan diri dan tidak nyaman seperti lakban terbuka, ada lubang lakban, air tergenang, lubang pinggir dinding, dan lubang kecil untuk kabur
  5. Penting membersihkan kandang sebelum digunakan kembali dengan kuas/sikat gigi bekas, semprot dengan larutan sirih atau desinfektan, lalu jemur di sinar matahari langsung selama dua hari

B. Tahap panen dan pemasaran
Jangkrik bisa dipanen pada umur 35 hari yaitu ketika sudah bersayap. Panenan jangkrik (yang sehat, tidak ada luka atau anggota badan lepas)

C. Tinjauan ekonomi
Dengan modal awal Rp 1,4 juta, petani bisa memulai usaha beternak jangkrik. Modal awal tersebut digunakan untuk kandang, telur, pakan, dan biaya persiapan lainnya (Belum termasuk biaya pengangkutan dan pendampingan):

  • Kotak (20 buah)                  Rp   200.000
  • Telur 400 gr                        Rp   240.000
  • Pakan 120 kg                     Rp   900.000
  • Beban oven                        Rp     50.000
  • Biaya administrasi              Rp     10.000
  • Total                                    Rp 1.400.000

Penghitungan keuntungan per 80 kg jangkrik
hasil panenan yang dijual Rp 30.000 per kilogram:

  • Penjualan 80 kg jangkrik                Rp 2.400.000
  • Modal                                              Rp 1.400.000
  • Biaya pengangkutan satu paket     Rp    100.000
  • Keuntungan                                  Rp    900.000

D. Kesimpulan.
Teknik budidaya jangkrik meliputi beberapa tahap.

  1. Tahap pertama adalah persiapan kandang. Untuk beternak jangkrik kotak yang paling efisien dan mudah diperoleh adalah kotak kardus berukuran 200x80x40 cm, yang bisa digunakan untuk memelihara 10-15 kg jangkrik. Perlu diperhatikan, kotak tersebut harus disterilkan dari kuman dan kotoran sebelum digunakan untuk memelihara jangkrik.
  2. Tahap kedua adalah penetasan. Dalam proses penetasan, telur yang sudah dicampur dengan pasir halus dan dimasukkan ke dalam kain kaos, harus terus dijaga kelembabannya. Telur jangkrik biasanya akan menetas selama 4-7 hari.
  3. Tahap ketiga adalah pembesaran. Pada tahap ini, pola pemberian makanan dan minuman pada jangkrik harus benar-benar diperhatikan, sehingga dapat memberikan kesehatan pada jangkrik dan membuat jangkrik berkualitas sebagai bahan baku industri. Salah dalam pemberian pakan, misalnya memberikan makanan yang mengandung protein hewani, akan membuat jangkrik mengandung histidin, sejenis asam amino yang menghasilkan histamin yang dapat menyebabkan gatal-gatal di kulit.

Pakan yang diberikan pada jangkrik sebaiknya adalah pakan khusus, ditambah sayur-sayuran seperti daun pepaya, daun ketela, wortel, kacang panjang, atau jagung muda yang telah dicuci bersih. Sementara untuk pemberian minum bisa dilakukan dengan membasahi kain/spon, atau bisa juga dengan pasir basah dalam nampan plastik.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan terkait pola pemberian pakan pada jangkrik adalah sifat kanibalisme dari jangkrik itu sendiri. Itu bisa diatasi dengan pemberian pakan yang tidak pernah putus, serta dengan memaksimalkan media persembunyian dalam kandang

4.12. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Bisnis Telur Jangkrik, Info Peluang No. 33, Edisi 1 Juli 1999 ———-, Beternak Jangkrik Ala Samin, Info Agribisnis Trubus No.354, Edisi Mei 1999 ———-, Jangkrik Peliha Untuk Tangkar, Info Agribisnis Trubus No. 355, Edisi Juni – 1999. ———-, Langkah Demi Langkah Beternak Jangkrik Produktif, Info Agribisnis Trubus-No. 356, Edisi Juli 1999 Adihendro, Rahasia Beternak Jangkrik, Ardy Agency, Jakarta, 1999 Arnett, Russ H., Jr. and Richard L. Jacques., Jr, Guide To Insects ( New York : Simon – and Schuster Inc., 1981) Borror, Donald J., Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi 6, terjemahan Soetiyono Partosoedjono ( Yagyakarta; Universitas-Gajah Mada Press, 1992 ).

Paimin B. Farry dan Pudjastuti L.E, Sukses Beternak Jangkrik, Penebar Swadaya, Jakarta, 1999