Anggapan yang menyatakan bahwa matahari menjadi pusat jagat raya (heliosentris) dikemukakan oleh

Jagat raya merupakan ruang angkasa yang terdiri dari benda-benda langit. Foto: Pexels.com

Ada banyak anggapan mengenai jagad raya yang berkembang yang membahas tentang pusat dari tata surya. Namun, ada dua anggapan atau pandangan yang paling terkenal.

Kedua anggapan tersebut adalah pandangan atau paham geosentris dan heliosentris. Kedua paham ini dikemukakan oleh para ahli terdahulu yang membahas perihal pusat tata surya dan berbagai fenomena di alam semesta.

Paham geosentris dan heliosentris sempat diperdebatkan oleh para ahli. Apa yang dimaksud dengan paham geosentris dan heliosentris? Berikut penjelasan mengenai kedua paham ini.

Anggapan Mengenai Jagad Raya

Dikutip dari buku Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta untuk Kelas X yang ditulis oleh Hartono, jagat raya adalah segala sesuatu dalam ruang angkasa tempat tinggal dan pergerakan semua benda langit yang ada. Para ahli terdahulu memiliki paham yang menjelaskan tentang sistem dalam jagat raya.

Dua paham yang terkenal adalah paham geosentris dan paham heliosentris. Kedua paham ini sangatlah terkenal dan saling berkebalikan.

Drs. Kustopo, M.Pd dalam bukunya yang berjudul Geografi Paket C Tingkatan V Modul Tema 3 menyebutkan bahwa paham geosentris adalah paham yang menganggap bahwa yang menjadi pusat benda langit adalah Bumi, sedangkan paham heliosentris menganggap Matahari sebagai pusat peredaran Bumi bersama planet lain.

Salah satu paham atau anggapan mengenai jagad raya yang populer adalah geosentris. Foto: Wikipedia.com

Geosentris adalah sebuah pandangan atau pandangan yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat peredaran benda-benda langit di alam semesta.

Pandangan ini dikemukakan pertama kali oleh para filsuf berkebangsaan Yunani, seperti Anaximander (526 SM), Thales (546 SM), dan Aristoteles (350 SM).

Teori ini kemudian kemudian dikembangkan oleh Ptoleumaeus (140 M). Teori ini berawal dari anggapan bahwa Bumi memiliki keistimewaan di alam semesta ini.

Anggapan tersebut dilihat dari fenomena matahari terbit di sebelah timur, pada tengah hari ada di tengah kepala manusia dan terbenam di sebelah barat. Hal ini berarti matahari mengitari Bumi.

Berawal dari anggapan ini, Ptoleumaeus pun mengemukakan hipotesis geosentris. Dalam mengemukakan pandangan geosentris sudah, ia sudah menguraikan tentang gerak Bulan, planet, dan Matahari, yang berotasi mengelilingi Bumi.

Pandangan geosentris bertahan sangat lama kemudian dipercaya oleh semua orang, bahkan termasuk kalangan gereja dan teokrat pada masa itu.

Anggapan heliosentris mempercayai bahwa Matahari merupakan pusat dari tata surya. Foto: Pixabay.com

Sebelum berkembangnya anggapan heliosentris, masyarakat percaya bahwa paham yang benar adalah paham geosentris, yang mana Bumi merupakan pusat peredaran tata surya.

Akan tetapi, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, alat seperti teleskop pun akhirnya ditemukan. Para ilmuwan dan para astronom mulai lebih mendalam dan jeli dalam mengamati benda-benda langit.

Seorang ilmuwan bernama Nicolaus Copernicus meluncurkan buku dengan judul “De Revolusionibus Orbium Celestium”. Isi dari buku ini ialah menentang segala paham geosentris.

Dalam buku ini, Copernicus menjelaskan bahwa bukan Bumi yang menjadi pusat dari tata surya, melainkan Matahari. Akan tetapi, pandangan heliosentris milik Copernicus ditentang oleh Gereja Katolik saat itu.

Copernicus pun akhirnya mendapatkan hukuman mati dari dewan Gereja akibat pandangan heliosentrisnya yang dianggap sesat pada saat ini.

Setelah meninggalnya Copernicus, konsep heliosentris mulai dipercaya dan banyak yang mempelajari lebih detail, salah satunya adalah adalah Galileo Galilei (1564-1642).

Namun, pandangan heliosentris yang dikemukakan oleh Galileo Galilei tetap saja tak dipercaya oleh masyarakat dan Dewan Gereja. Ia pun dihukum karena dianggap sebagai orang yang Antikitab.

Jakarta -

Teori heliosentris adalah teori yang menyatakan bahwa matahari merupakan pusat dari sistem tata surya dan bumi bergerak mengelilinginya dalam orbit berbentuk lingkaran. Teori inilah yang dianggap sebagai salah satu penemuan terpenting sepanjang masa.

Bahkan dianggap sebagai titik mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern, seperti yang dikutip dari buku bertajuk Manusia dan Sejarah: Sebuah Tinjauan Filosofi karya Yulia Siska.

Untuk masalah orbit, data yang diperoleh Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun, ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak konsentrik.

Teori heliosentris disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutonibus Orbium Coelestium. Namun, teori ini sempat ditolak oleh pandangan gereja dan dianggap berbahaya.

Menurut buku Pendidikan Mental Menuju Karakter Bangsa karya Imam Sibaweh, tulisan Copernicus juga dilarang untuk dipublikasikan hingga tahun 1543 atau bertepatan dengan tahun kematiannya.

Teori ini ditolak pihak gereja karena dianggap bertentangan dengan pandangan sebelumnya yang diungkapkan oleh filsuf terkenal, Aristoteles, pendukung teori geosentris.

Ilmuwan Galileo Galilei yang tertarik dengan teori heliosentris pun ikut membuktikan teori tersebut. Melalui bukunya yang berjudul Dialog Astronomi, Galileo membuat pembaca percaya bahwa matahari adalah pusat tata surya.

Dikutip dari Sang-wook Park dalam bukunya bertajuk Why? Scientific Events, Galileo telah membuktikannya dengan penelitian teleskop. Alasan dari pernyataannya adalah karena ia melihat adanya perubahan pada bintik hitam (black spot) pada matahari, satelit (bulan) yang mengorbit Jupiter, dan perubahan fasa Venus yang seperti rembulan.

Perubahan fasa venus ini ditunjukkan dengan Venus yang terlihat semakin kecil ketika mendekati bentuk bulat. Sebab Venus berada dalam jarak terjauh dengan bumi ketika Venus, matahari, dan Bumi berada dalam satu garis lurus.

Sebaliknya, Venus terlihat paling besar saat berbentuk sabit. Perubahan fasa Venus yang telah diteliti membuktikan bahwa Venus berada di depan bumi dan bersama juga mengelilingi matahari. Hingga pada akhirnya, teori bahwa matahari adalah pusat tata surya inilah yang digunakan hingga sekarang.

Teori Geosentris

Sebelum muncul teori heliosentris, teori awal yang muncul terkait dengan sistem tata surya kita adalah teori geosentris.

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli dari Yunani bernama Claudius Ptolomeus. Teori geosentris menyatakan bahwa semua objek dalam tata surya kita bergerak relatif terhadap bumi.

Dengan kata lain, menurut teori geosentris, bumi merupakan pusat tata surya. Teori ini bahkan dipercaya selama hampir 1400 tahun lamanya. Sebab, jika kita memperhatikan benda-benda langit di sekitar kita, benda-benda tersebut tampak tengah bergerak mengelilingi bumi.

Sebab itulah teori ini juga didukung oleh para ilmuwan lain seperti, Socrates, Plato, Aristoteles, Tales, Anaximander, dan Phytagoras.

Hingga kemudian ditemukan kelemahan dalam teori geosentris, yaitu teori ini tidak dapat menjelaskan matahari dan bulan yang bergerak dalam jejak lingkaran mengelilingi bumi, tetapi planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur.

Nah, detikers sekarang sudah paham perbedaan antara teori heliosentris dan geosentris, bukan?

Simak Video "Ilmuwan Dapatkan Visual Lubang Hitam di Pusat Galaksi Bima Sakti"



(pal/pal)