Allah subhanahu wa ta ala adalah tempat meminta seluruh makhluk merupakan makna dari

Kata ash Shamad mempunyai makna sebagai sifat Allah yang agung

Republika/ Nashih Nashrullah

Kata ash Shamad mempunyai makna sebagai sifat Allah yang agung. Surat Al-Ikhlas

Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dari sekian banyak kata dalam Alquran ternyata ada satu kata yang hanya disebutkan sekali dalam Alquran. 

Baca Juga

Apa kata itu? Dan seperti apa rahasia di balik kata itu? Berikut ulasannya sebagaimana dilansir Masrawy pada Sabtu (24/4). 

 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ، اللَّهُ الصَّمَدُ "Katakanlah Dia Yang Maha-Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu." (QS Al Ikhlas 1-2).  

Ayat ini terdapat dalam surat Al Ikhas tepatnya pada ayat 1 dan 2, sebuah surat yang populer di tengah masyarakat. 

Dalam surat Al Ikhlas itu terdapat kata yang penuh rahasia di dalamnya. Kata itu adalah Ash Shamad. 

Pakar studi Alquran dari Arab Saudi, Dr Abdurrahman bin Muad Al Bakri, menjelaskan kata Ash Shamad tidak terulang dalam ayat lainnya di Alquran kecuali di surat Al Ikhlas. 

Artinya kata Ash Shamad hanya ada satu dalam Al Quran. Ash Shamad yaitu adalah kata yang menjelaskan tentang serangkaian dzat Allah SWT. Sebab diturunkannya surat Al Ikhlas adalah karena kaum musrik meminta kepada Nabi Muhammad SAW untuk digambarkan tentang Allah. Maka turunlah surat Al Ikhlas. Sebagaimana disebutkan Imam Ath Thabari dalam tafsirnya tentang perkataan orang kepada Nabi. Maka turunlah ayat :  

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ، اللَّهُ الصَّمَدُ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa (1). Allah tempat meminta segala sesuatu (2). (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (3). Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” 

Imam Ath Thabari menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang lahir kecuali akan mati, dan tidak ada sesuatu yang mati itu kecuali akan ada penerusnya, dan Allah SWT Mahatinggi, tidak mati dan tidak pula ada penerusnya atau beranak. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya. Dan Allah tak ada satu pun yang menyerupainya.   

Al Bakri menjelaskan Allahu Ash Shamad berarti Allah itu Tuan yang kepada-Nya semua makhluk memohon terpenuhi segala hajatnya. Ash Shamad berarti juga yang dimaksud yang dituju. 

Orang Arab jahiliyah biasa memanggil tuannya atau sayidnya yang mulia dengan kata Ash Shamad. Jadi tuannya itu adalah orang yang dituju dalam segala hal. Mereka juga menyebut rumahnya Baitus Shamad yang bermakna rumah yang kokoh. Sebab rumah menjadi tempat yang dituju atau tempat berlindung dari segala keadaan musim. 

Ash Shamad yaitu yang dimaksud. Artinya semua orang datang padanya. Karena Allah SWT yang dimaksudkan semua makhluk dalam doanya dan persoalan-persoalannya. Dengan menyebut diri-Nya dengan Samad.

Selanjutnya Al Bakri dalam penjelasannya tentang makna Ash Shamad mengatakan sebagian mufasir berkata Ash Shamad itu berarti sesuatu yang tidak berlubang, dan di dalam sebagian pendapat kainya berarti tidak makan dan tidak diberi makan. Dan Allah menjelaskan tentang dirinya sesungguhnya Allah itu pemberi makan dan Allah itu tidak makan.  

مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ Al Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.  

Al Bakri berkata keterangan itu merupakan makna lain dari Ash Shamad. Yaitu yang dituju manusia dari setiap hajatnya, dan  dia tidak membutuhkan apapun dari hajat-hajatnya. Makna pokok dari ayat ini adalah Allah itu Sayidul Adzim  yang dituju setiap makhluk dalam hajatnya.   

Seperti apa penjelasan kata Ash Shamad dalam sebagian kitab tafsir? Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (mengutip) apa yang dikatakan Ibnu Abbas dalam tafsir tentang kata Ash Shamad. Sesungguhnya Ash Shamad yaitu Sayid yang benar-benar sempurna dalam kedudukannya, Syarif yang benar-benar sempurna dalam kemuliaannya, yang agung yang benar-benar sempurna dalam keagungannya, penyantun yang benar-benar sempurna dalam penyantunanya, dan berilmu yang benar-benar  sempurna dalam ilmunya, hakim yang benar-benar sempurna dalam menghakiminya, yaitu dia yang benar-benar sempurna dalam kemuliaan dan kedudukannya, yaitu adalah Allah SWT. 

Inilah sifat-Nya, tidak ada kecuali Dia. Tidak ada yang menyaingi-Nya, dan tidak ada yang menyerupainya, Mahasuci Allah dzat Yang Esa, Yang Mahamendundukan.  

Dan menambahkan Al Qurthubi dalam tafsirnya beberapa makna lain kata Ash Shamad, maka dalam tafsirnya dia berkata. Berdasarkan ucapan Ubay bin Kaab, Ash Shamad, Dia yang tidak beranak dan tidak pula di peranakan. Dan tidak ada sesuatu kecuali akan mati, dan tidak ada sesuatu yang mati kecuali akan ada penerusnya.  

Al Qurthubi jiga mengutip tafsir Abu Hurairah tentang kata Ash Shamad, yaitu yang membebaskan atau memenuhi setiap sesuatu, dan yang butuh padanya akan setiap sesuatu.

Sumber: masrawy 

Allah subhanahu wa ta ala adalah tempat meminta seluruh makhluk merupakan makna dari

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Oleh: Yuni Naibaho S Sos

Sebagai makhluk yang penuh kekurangan, manusia pasti lah sangat lemah dihadapan Sang Pencipta Allah Swt. Mulai dari awal manusia telah dilahirkan hingga se­panjang kehidupannya, ia tak memiliki kekuatan sedikitpun selain kekuatan yang diberi oleh Allah Swt.

Dalam kelemahannya, manusia sering sekali kecewa dan kadang putus asa jika mempunyai masalah dalam kehidupan. Beragam tinda­kan untuk memecahkan permasa­lahan yang dihadapi, ada yang men­curahkan perasaan dan uneg-uneg-nya kepada keluarga, teman, atau bahkan kepada benda-benda mati seperti mencurahkan ke media so­sial sehingga semua orang me­nge­tahuinya.

Tapi ada yang paling menye­dihkan, tidak sedikit diantara kaum muslimin yang mengadukan pro­blemnya kepada dukun dan pera­mal untuk mendapatkan jalan ke­luar dari permasalahannya dari sulitnya ekonomi, jodoh, hingga meminta pelaris untuk daga­ngan­nya dan untuk naik jabatan.

Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [Riwayat Imam Ahmad dalam Al Musnad, Al Hakim dalam Al Mustadrak dan menilainya shahih, dan Al Baihaqi].

Cukup semua perkara yang dihadapi seorang muslim hanya dicurhatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Seorang muslim hanya akan menampakkan kelemahannya di hadapan Allah, tidak kepada makhluk yang sama-sama lemah. Sebab, jika kita mengadukan kesedihan kepada manusia, bukan malah meringankan masalah ter­sebut tapi justru menjadi aib sendiri yang diketahui semua orang.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS Al Baqarah: 186].

Dalam ayat ini, begitu dekatnya Allah dengan makhlukNya, maka tidak perlu lagi mencari tempat-tempat curhat dan mengeluhkan problem kepada selain-Nya.

Apakah hanya masalah besar saja manusia itu mengadu kepada Allah?. Tentu tidak, karena segala perkara baik kecil atau besar harus selalu terbiasa mengadukannya kepada Allah. Karena memang Allah Swt lah tempat meminta segala sesuatu.

“Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (2) Dia tidak beranak dan tidak pula dipera­nakkan, (3) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (4) (Al Ikhlas: 1-4).

Manusia harus memiliki keyaki­nan kuat bahwa Allah Swt akan selalu membantu segala urusan umatNya baik dalam hal sekecil pun.

Hasbunallah Wanikmal Wakil, Nikmal Maula Wanikman Nasir. “Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”.

Penyerahan diri manusia kepada sang Khalik ini bisa diungkapkan dalam doa. Karena doa itu memo­hon dan meminta sesuatu kepada Allah Swt karena hanya Allah lahh yang Maha Luas, Maha segala-galanya yang berhak memberikan segala sesuatu untuk hamba-hamba-Nya atau ciptaan-Nya.

Jangan lupa untuk berdoa dan meminta kepada Allah, karena manusia yang tidak pernah berdoa itu merupakan manusia sombong yang merasa bisa melakukan sesuatu tanpa adanya pertolongan dari Sang Maha Kuasa. Padahal semua yang dilakukan manusia, bisa atau tidak, baik atau buruk, berhasil atau gagal, semuanya karena Allah Swt.

Saat menyerahkan semua uru­san kepada Allah Swt, hati akan merasa tenang karena yakin Allah Swt akan memberikan hasil yang terbaik menurut Nya. Seperti saat ini, mendambakan memiliki ketu­runan merupakan impian semua orang yang sudah berumahtangga. Usaha dan doa selalu dilakukan, tapi tetap percaya dan menggan­tungkan diri bahwa Allah Swt pe­nentu terbaik jalan kehidupan se­tiap hambaNya. Karena Allah tem­pat segala meminta, maka manusia tidak pula boleh berputus asa untuk meminta dan berprasang­ka baik lah selalu kepada Allah Swt.

Allah berfirman, “Aku berdasar­kan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berbaik sangka, maka ia akan mendapatkan kebai­kan. Jika berprasangka buruk, maka ia mendapatkan keburukan.” (HR. Ahmad).

Ini berarti jika kita ingin mendapat kebaikan dari Allah SWT, maka hendaklah berbaik sangka kepada-Nya. Jika berbaik sangka kepada Allah, maka kebai­kan akan datang kepada. Namum sebaliknya jika selalu berburuk sangka kepada Allah, menyalahkan semua musibah pada Allah Swt, maka hanya keburukan lah yang akan datang.

Pengharapan total pada Allah adalah amalan batin. Tapi manusia juga harus proporsional dalam bertindak yaitu beikhtiar dan berusaha serta segala hasil usaha hanya Allah Yang Maha Menen­tukan. Kekuasaan Allah Swt meliputi kekuasaan orang-orang yang berkuasa. Kekuatan Allah lah yang akan menolong, karena Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hidup kita, pekerjaan kita, lingkungan di sekitar kita, semua berada dalam pantauan Allah, dan Allah tidak akan pernah mensia-siakan keyaki­nan hamba-Nya yang besandar pada-Nya.

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keada­an yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS ar-Ra’du : 11).

Penulis Anggota Komisi Infokom MUI Kota Medan