Alat tukar yang digunakan pada masa daulah ayyubiyah adalah

Dinasti (Daulah) Ayyubiyah adalah sebuah pemerintahan yang sukses merebut kembali wilayah-wilayah Islam yang telah direbut oleh tentara Kristen. Dinasti Ayyubiyah memainkan peranan yang penting dalam mengembalikan kejayaan Islam, khususnya penguasaan terhadap wilayah Yerusalem yang menjadi simbol 3 agama (Yahudi, Kristen dan Islam).

Selain itu, Dinasti Ayyubiyah juga menyumbangkan berbagai prestasi di berbagai bidang, antara lain:

A. EKONOMI

Meskipun Dinasti Ayyubiyah terlibat sengketa dengan Pasukan Salib, namun pada kenyataannya perdagangan yang dilakukan oleh Dinasti Ayyubiyah dan para pedagang Eropa semakin ramai. Dalam perdagangan hasil pertanian, Dinasti Ayyubiyah mengekspor wijen, kharub, aprikot, dan milet. Selain hasil pertanian Dinasti Ayyubiyah juga mengekspor kerajinan berupa kaca, tembikar dan emas. Selain mengekspor barang, Dinasti Ayyubiyah juga berhasil membangun industri pembuatan kincir, karpet, kain dan gelas.

Dimasa Dinasti Ayyubiyah, selain penggunaan mata uang dinar (emas) dan dirham (perak) digunakan pula mata uang fulus yang terbuat dari tembaga sejak pemerintahan Sultan Muhammad Al-Kamil bin Al-Adil. Fulus digunakan sebagai alat tukar barang yang nilainya kecil. 1 dirham setara dengan 48 fulus. 1 dinar emas memiliki berat 4,25 gram emas 22 karat. Sedangkan 1 dirham perak murni dan memiliki berat 3,11 gram.

B. PENDIDIKAN

Dinasti Ayyubiyah berakidah ahlussunnah wal jamaah dan bermadzhab Syafi’iyah. Dinasti ini banyak sekali membangun madrasah di berbagai kota antara lain di Aleppo, Yerussalam, Kairo dan Iskandariyah (Alexandria). Selain membangun madrasah yang mngajarkan madzhab Syafi’iyah Dinasti Ayyubiyah juga membangun madrasah untuk kaum muslimin yang bermadzhab Malikiyah, Hanafiyah dan Hanabilah. Selain madrasah, Dinasti Ayyubiyah juga membangun dua rumah sakit sekaligus sekolah kedokteran di Kairo yang mengadopsi model Rumas Sakit An-Nuri di Damaskus. Di masa Dinasti Ayyubiyah, seorang guru mendapatkan kedudukan terhormat dan mendapat jaminan kesejahteraan dari pemerintah.

C. KESEHATAN

Dinasti Ayyubiyah berhasil meluaskan pengaruhnya hingga ke Damaskus, Suriah yang dulunya adalah wilayah kekuasaan Nuruddin Zanki, orang yang pernah mengutus Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin melakukan ekspedisi ke Mesir. Setelah Nuruddin wafat, Shalahuddin menikahi janda Nuruddin bernama Ishmatuddin Khatun demi menyatukan Suriah dan Mesir dan menggalang kekuatan Islam melawan tentara salib.

Secara tidak langsung Shalahuddin mewarisi aset berupa 2 rumah sakit yang dahulu didirikan oleh Nuruddin, yakni Rumah Sakit Al-Walid dan Rumah Sakit An-Nuri. Dengan berjalannya waktu, Dinasti Ayyubiyah juga melakukan penyempurnaan dalam bangunan fisik dan sitemnya.

Selain 2 rumah sakit di Damaskus, Shalahuddin juga mendirikan 2 rumah sekaligus sekolah kedokteran di Kairo, Mesir. Terdapat 2 dokter yang sangat masyhur di masa Dinasti Ayyubiyah, yakni Musha bin Maimun (Ibnu Maimun) dan Ibnu Al-Baithar. Bahkan Ibnu Maimun adalah seorang dokter beragama Yahudi yang menjadi dokter pribadi Shalahuddin Al-Ayyubi.

D. ARSITEKTUR DAN KALIGRAFI

Pembangunan tembok kota yang melindungi Kota Kairo merupakan karya arsitektur yang menjadi ciri Dinasti Ayyubiyah. Pembangunan Masjid Al-Firdaus di Aleppo tahun 1236 M adalah mahakarya dari dinasti ini.

Dalam bidang kaligrafi, Dinasti Ayyubiyah melahirkan kaligrafi Arab bergaya Kufi dan terus diperbaharui hingga menjadi gaya kaligrafi Naskhi. Ada pula karya berupa prasasti yang menarik minat para ahli paleografi (ilmu yang meneliti perkembangan bentuk tulisan kuno) Arab untuk mengkajinya.

E. MILITER DAN SISTEM PERTAHANAN

Selama masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi, kekuatan militer Dinasti Ayyubiyah hampir tidak terkalahkan. Selain itu telah menciptakan alat-alat perang paling canggih di zamannya bahkan menggunakan burung elang sebagai mata-mata dalam peperangan.

Shalahuddin Al-Ayyubi juga mendirikan Benteng Qal’atul Jabal atau lebih dikenal dengan Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi yang berdiri di atas Bukit Al-Muqattam pada tahun 1183 M. Benteng ini memiliki 4 pintu utama yaitu Fath, Nasr, Khalk dan Luq.

F. ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN

Shalahuddin Al-Ayyubi menutup Universitas Al-Azhar berikut juga melarang Masjid Al-Azhar digunakan untuk mendirikan shalat Jumat karena saat itu Universitas dan Masjid Al-Azhar digunakan sebagai basis propaganda ajaran Syiah. Sejak saat itu hingga 100 ke depan Masjid dan Universitas Al-Azhar tidak difungsikan sebagai lembaga pendidikan dan tempat shalat Jumat.

Penutupan Al-Azhar bukan berarti Dinasti Ayyubiyah tidak memperhatikan bidang pendidikan. Dinasti Ayyubiyah mendirikan banyak madrasah-mdrasah dan juga perguruan tinggi. Tidak kurang dari 25 perguruan tinggi yang didirikan, yang terkenal diantaranya adalah Manazilul Izza, Al-Kulliyatul ‘Adiliyyah, Al-Kulliyatul Arsufiyah, Al-Kulliyatul Fadhiliyyah, Al-Kulliyatul Azkasyiyah dan Al-Kulliyatul ‘Asuriyah.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi maulid Nabi Muhammad dimulai pada masa kekuasaan Shalahuddin Al-Ayyubi (beberapa sumber lain menyebutkan pada masa Dinasti Fathimiyah). Peringatan maulid Nabi pertama kali diselenggarakan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, atas inisiatif Muzaffar Ad-Din Gokbori. Muzaffar sendiri adalah ipar dari Shalahuddin yang ditunjuk sebagai amir (gubernur) di Irbil, Irak. Perayaan maulid Nabi Muhammad. Perayaan itu dimulai pada tahun 1183 M. Pada tahun berikutnya, 1184 M, diadakan sayembara penulisan riwayat Nabi serta puji-pujian kepada beliau. Dan terpilihlah kitab Iqd Al-Jawahir (Kalung Permata) yang disusun oleh Syaikh Ja’far bin Hasan Al-Barzanji. Kitab ini di Indonesia sebagai Kitab Barzanji yang biasa dibacakan saat perayaan Maulid Nabi. Adanya perayaan Maulid Nabi sendiri bertujuan untuk membangkitkan semangat juang kaum muslimin yang telah kendor dalam menghadapi pasukan salib hingga puncak perjuangan kaum muslimin berhasil merebut Yerusalem pada tahun 1187 M.

Alat tukar yang digunakan pada masa daulah ayyubiyah adalah

Alat tukar yang digunakan pada masa daulah ayyubiyah adalah
Lihat Foto

New World Encyclopedia

Fransiskus dari Assisi di hadapan Sultan Al-Kamil dari Dinasti Ayyubiyah.

KOMPAS.com - Dinasti Ayyubiyah atau Bani Ayyubiyah adalah dinasti Muslim Sunni keturunan etnis Kurdi yang pernah berkuasa sejak abad ke-12.

Pada masa jayanya, dinasti yang pusat pemerintahannya berada di Mesir ini pernah menguasai hampir seluruh wilayah Timur Tengah.

Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah Salahuddin Al-Ayubi, yang sebelumnya menjadi wazir (setara perdana menteri) di Mesir, di bawah Dinasti Fatimiyah.

Dinasti Ayyubiyah berkuasa selama kurang lebih satu abad, hingga pertengahan abad ke-13.

Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Sejarah berdirinya

Sejarah berdirinya Daulah Ayyubiyah dapat ditelusuri sejak melemahnya Dinasti Fatimiyah (909-1172).

Pada pertengahan abad ke-12, Dinasti Fatimiyah semakin melemah karena beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh permasalahan internal, khususnya perebutan posisi Wazir.

Wazir adalah seorang penasihat atau menteri berkedudukan tinggi, yang biasanya ditemukan dalam sistem monarki Islam.

Selain itu, serangan pasukan Salib ke Mesir juga menjadi salah satu penyebab melemahnya Dinasti Fatimiyah.

Pada 1164, Salahuddin Al-Ayyubi dan pamannya, Syirkuh, dikirim oleh penguasa Damaskus, Nuruddin Zanki, ke Mesir untuk membantu Fatimiyah melawan serangan pasukan Salib.

Dalam pertempuran itu, pasukan Salahuddin dan Syirkuh berhasil mempertahankan Mesir setelah mengalahkan pasukan Salib.

Masa Kejayaan Dinasti Ayyubiyah terjadi pada masa pemerintahan Shalahuddin al-Ayyubi, Dinasti Ayyubiyah mengalami kemajuan dalam bidang kebudayaan dan peradaban Islam. Hal ini ditandai dengan berdirinya lembaga ilmu pengetahuan yang bernama Al Azhar. Dalam bidang industri dan perdagangan pada masa dinasti ayyubiyah menggunakan mata uang sebagai alat perdagangan yang terbuat dari emas dan perak ( dinar dan dirham ) termasuk pengenalan mata uang tembaga yang di sebut fulus, fulus di sediakan Sebagai alat tukar untuk barang yang nilainya kecil.

Alat tukar yang digunakan pada masa daulah ayyubiyah adalah
Dinasti Ayyubiyah memiliki peran penting dalam peradaban Islam selama ia berdiri. Selain penyebaran ajaran Islam Sunni di Timur Tengah dan Asia Tengah, kemajuan Dinasti Ayyubiyah juga terjadi di bidang-bidang lain, seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan, ekonomi dan arsitektur.

Kejayaan dinasti ini memang terjadi begitu gemilang pada masa Shalahuddin al-Ayyubi, setelahnya kejayaan Dinasti Fatimiyah mulai runtuh karena keturunannya disibukkan dengan perebutan tahta dan mempertahankan wilayah. Ekspansi besar-besaran pun memang hanya terjadi pada masa Sholahuddin, Ia dikenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan disegani, juga seorang yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan. Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan dalam bidang perdagangan dan perindustrian.

Masa Kejayaan Dinasti Ayyubiyah

Dinasti Ayyubiyah pada masanya mencapai puncak kejayaan dalam berbagai bidang antara lain :

Bidang Pendidikan

Pemerintahan Dinasti Ayyubiyah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan, terutama pada masa kekuasaan Nuruddin dan Salahuddin. Damaskus, ibu kota Suriah, masih menyimpan jejak arsitektur dan pendidikan yang dikembangkan kedua tokoh tersebut.

Nuruddin berhasil merenovasi dinding-dinding pertahanan kota, menambahkan beberapa pintu gerbang dan menara, membangun gedung-gedung pemerintahan yang masih bias digunakan hingga kini, juga mendirikan madrasah pertama di Damaskus terutama untuk pengembangan Ilmu Hadis. Madrasah ini terus berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok Suriah.

Baca Juga  Wilayah Kekuasaan Dinasti Ayyubiyah

Madrasah yang didirikan Nuruddin di Aleppo (Halb), Emessa, Hamah, dan Ba’labak mengikuti mazhab Syafi’i. Madrsah tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masjid atau disebut sekolah masjid. Namun demikian, madrasah ini secara formal, yaitu menerima murid-murid dan mengikuti model madrasah yang dikembangkan masa Dinastu Nizamiyah.

Nuruddin juga membangun rumah sakit yang terkenal dengan memakai namanya sendiri, yaitu Rumah Sakit al-Nuri. Ini menjadi rumah sakit kedua di Damaskus setelah Rumah Sakit al-Walid. Fungsinya pun tidak hanya sebagai tempat pengobatan, tetapi juga sebagai sekolah kedokteran.

Pada bangunan monumen-monumen, Nuruddin menorehkan seni menulis indah (kaligrafi). Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik para ahli paleografi (ilmu tulisan kuno) Arab. Sejak saat itu, diperkirakan seni kaligrafi Arab bergaya Kufi muncul dan berkembang. Kaligrafi gaya Kufi kemudian diperbaharui dan melahirkan gaya kaligrafi Naskhi.

Salah satu Prasasti yang masih biasa dilihat dan dibaca sampai saat ini terdapat ddi menara Benteng Aleppo. Menurut catatan orang Suriah dan Hittiyah, benteng pertahanan tersebut merupakan mahakarya arsitektur Arab kuno. Berkat jasa Nuruddin, keberadaannya terus dipertahankan, dipelihara, dan direnovasi hingga sekarang. Makam Nuruddin sendiri yang terletak di akademi Damaskus al-Nuriyah, hingga kini juga masih dihormati dan diziarahi.

Pada masa Nuruddin, fungsi masjid dikembangkan sebagai lembaga pendidikan atau sekolah di Suriah. Bahkan pada pemerintahan selanjutnya, lahir suatu tradisi baru yaitu pemakaman para pendiri sekolah masjid di bawah kubah kuburan yang mereka dirikan, baik masa Dinasti Ayyubiah maupun masa Pemerintahan Dinasti Mamluk.

Salahuddin al-Ayyubi juga mencurahkan perhatian pada bidang pendidikan dan arsitektur. Ia memperkenalkan pendidikan madrasah ke berbagai wilayah yang dikuasainya, seperti ke Yerusalem, Mesir dan lain-lain. Ibnu Jubayr (1145-1217 M), seorang ahli geografi menyebutkan bahwa terdapat beberapa madrasah di kota Iskandariah. Madrasah terkemuka dan terbesar berada di Kairo yang memakai namanya sendiri, yaitu Madrasah al-Salahiyah.

Baca Juga  Siapakah Pendiri Dinasti Ayyubiyah

Hanya saja, madrasah bersejarah tersebut tidak bisa ditemukan lagi saat ini, namun sisa-sisa arsitekturnya masih bisa dilihat. Pada tahun-tahun berikutnya, gaya arsitektur Arab ini melahirkan beberapa monumen bersejarah di Mesir. Salah satunya yang terindah adalah Madrsah Sultan Hasan di Kairo.

Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi juga membangun dua rumah sakit di Kairo. Rancangan bangunannya mengikuti model Rumah Sakit Nuriyah di Damaskus. Ciri khasnya adalah tempat pengobatan yang sekaligus dijadikan sekolah kedokteran. Salah seorang dokter terkenal yang menjadi dokter pribadi Salahuddin bernama Ibnu Maymun, meskipun ia beragama Yahudi.

Pada masa Salahuddin Al-Ayyubi, umat Islam mulai mengenal perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw. Di Indonseia, perayaan tersebut dikenal dengan istilah Maulid Nabi.

Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Dalam hal perekonomian, Dinasti Ayyubiah bekerja sama dengan penguasa Muslim di wilayah lain, membangun perdagangan dengan kota-kota di Laut Tengah dan Laut Hindia, juga menyempurnakan sistem perpajakan. Saat itu, jalur perdagangan Islam dengan dunia internasional semakin ramai, baik melalui jalur darat maupun jalur laut. Hal itu juga membawa pengaruh bagi negara Eropa dan negara-negara yang dikuasainya.

Selain itu, dunia perdagangan sudah menggunakan mata uang yang terbuat dari emas dan perak (dinar dan dirham), termasuk pengenalan mata uang dari tembaga yang disebut fulus. Percetakan fulus dimulai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad al-Kamil bin al-‘Adil al-Ayyubi. Fulus disediakan sebagai alat tukar untuk barang yang nilainya kecil. Ketika itu, setiap 1 dirham setara dengan 48 fulus.

Dalam bidang industri, masa Ayyubiyah sudah membuat kincir hasil ciptaan orang Syiria. Kincir tersebut lebih canggih dibanding buatan orang Barat saat itu. Di zaman Ayyubiyah juga sudah dibangun pabrik karpet, pabrik kain, dan pabrik gelas.

Baca Juga  Latar Belakang Berdirinya Dinasti Ayyubiyah

Bidang Militer dan Sistem Pertahanan

Pada masa pemerintahan Salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya bahkan diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki, dan Afrika. Mereka sudah menciptakan alat-alat perang, pasukan berkuda, pedang, dan panah. Dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai mata-mata dalam peperangan.

Salahuddin telah membangun monumen berupa tembok kota di Kairo dan Muqattam, yaitu Benteng Qal’al Jabal atau lebih dikenal dengan Benteng Salahuddin al-Ayyubi, yang sampai hari ini masih berdiri dengan megahnya. Benteng ini terletak disekitar Bukit Muqattam, berdekatan dengan Medan Saiyyidah Aisyah. Ide pembangunan benteng merupakan hasil pemikirannya sendiri yang terwujud tahun 1183 M. Bahkan untuk pondasi benteng diambilkan dari bebatuan pada Piramid di Giza. Benteng ini bahkan dikelilingi pagar yang tinggi dan kokoh.

Benteng Qa’al Jabal memiliki beberapa pintu utama, diantaranya pintu Fath, pintu Nasr, pintu Khalk, dan pintu Luq. Di benteng ini terdapat pula saluran air yang berasal dari sungai Nil. Saluran air itu pernah menjadi tempat minum para tentara. Di bagian utara benteng terdapat Masjid Muhammad Ali Pasha yang terbuat dari marmar dan granit.

Dalam kawasan benteng, terdapat juga Muzium Polis, Qasrul Jawhara (Muzium permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja Mesir. Sementara itu, Mathaf al-Fan al-Islami (Muzium Kesenian Islam) yang terletak di pintu Khalk, menyimpan ribuan barang yang melambangkan kesenian Islam semenjak zaman Nabi Muhammad Saw, termasuk surat Rasulullah Saw kepada penguasa Mesir bernama Maqauqis untuk memeluk Islam.