Adanya kebudayaan islam yang bercorak hindu seperti masjid kudus merupakan contoh

KanalBekasi.com- Menara masjid Kudus merupakan perwujudan bangunan hasil akulturasi antara dua kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam. Budaya Hindu-Jawa sendiri tercermin dari bangunan yang mirip candi. Sedangkan budaya Islam tercermin dari penggunaannya untuk adzan.

Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut dengan Lawang Kembar. Akulturasi sendiri merupakan percampuran dua budaya atau lebih yang tidak menghapus budaya aslinya.

Pada saat Islam masuk ke Nusantara pada sektar abad ke-7, masyarakat Nusatara memang masih sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu dan Buddha. kemudian para penyebar agama Islam di Jawa (Wali Songo), termasuk Sunan Kudus sendiri dalam memperkenalkannya menggunakan strategi percampuran budaya Hindu dan Islam agar masyarakat bisa tertarik dan mudah menerima ajaran agama Islam yang baru saat itu.

Cerminan akulturasi pada Masjid Kudus terlihat sangat kental akan budaya Hindu dan Islam. Menara candi yang begitu khas, yang sekilas mirip bangunan candi, menjadi satu dari cerminan akulturasi yang dimiliki Masjid Kudus. Mungkin sekilas jika orang melihat masjid ini bukanlah seperti masjid, melainkan bagian dari tempat suci agama Hindu. Begitulah, memang sangat kental sekali kultur Hindu di masjid yang dibangun oleh Sunan Kudus yang saat itu bertugas untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Kudus membangun Masjid Kudus sedemikian rupa dengan maksud menarik minat masyarakat agar memeluk agama Islam, karena saat itu kultur Hindus masih lekat di masyarakat.

Akulturasi lain yang tampak pada masjid tersebut adalah jumlah keran pada air wudhu-nya yang berjumlah delapan dengan arca di atasnya. Perlu diketahui, angka delapan sangat kental sekali dalam ajaran Buddha, yaitu delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga. Selain itu, terdapat juga kompleks makam Sunan Kudus dan para pewarisnya di sana yang pasti desain makam tersebut terakulturasi dengan budaya Hindu-Buddha.

Menara Kudus

Menara Kudus memiliki ketinggian 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).[4]

Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug.

Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.

(sgr)

Sebarkan
  • Adanya kebudayaan islam yang bercorak hindu seperti masjid kudus merupakan contoh

Navigasi pos

Pos sebelumnya Berbagi Cerita Manfaat BPJS, Jokowi : Ada yang Dibayarkan Rp 624 Juta
Pos berikutnya Habib Jafar Penuhi Panggilan Panwaslu, Kuasa Hukum : Itu Kriminalisasi Ulama