5 mengapa negara mesir termasuk negara yang lebih maju daripada negara lain di eropa

Jika kerusuhan di Mesir berubah menjadi revolusi, dampaknya bagi dunia Arab --dan bagi kebijakan Barat di Timur Tengah-- akan sangat besar.

Mesir menjadi sangat penting dibandingkan Tunsia yang kecil, yang telah menjadi pemicu gelombang protes saat ini.

Mesir, negara berpenduduk terbesar di Arab, bisa menentukan arah kebijakan Arab --yaitu apakah ke arah Israel atau Iran, ataukan akan menjadi proses panjang untuk mencapai konsensus Arab dalam hal-hal yang penting bagi mereka.

Di atas semua itu, negara Mesir sejak lama memiliki kekuatan dan kekukuhan yang tidak terbayangkan kalau bisa tumbang.

Pada saat sekarang ini, dengan situasi yang sangat tak menentu, negara dan prasarana pokoknya mungkin bisa bertahan --dengan atau tanpa Hosni Mubarak yang selama 30 tahun ini berkuasan dengan cara otoriter.

Kartu radikal

Andaikata terjadi kevakuman, siapa yang paling mungkin mengisinya?

Apakah militer yang sangat kuat itu akan turun tangan untuk memulihkan stabilitas?

Kalau mereka melakukan itu, apakah para pengunjuk rasa akan menerima skenario ini --atau apakah mereka, seperti halnya rakyat Tunisia, akan terus melakukan tekanan bagi perubahan radikal?

Dan, bagaimana dengan kartu radikal yang dipegang oleh Ikhwanul Muslimin (IM)? Akankah kelompok yang akan mengganggu keinginan Barat itu bisa memanfaatkan aksi protes untuk naik ke kursi kekuasaan?

Pada saat ini, skenario itu masih jauh. IM mencoba naik ke gerbong gerakan protes kalangan muda yang tidak memiliki pemimpin itu.

IM tidak berada di garis depan, tetapi mereka mencoba maju.

Namun, situasi yang ada begitu cair, cepat berubah. Para tokoh baru, baik itu nasioanlis atau kelompok Islam, civil atau militer bisa muncul jika negara itu dilanda kekacauan.

Dampak kawasan

Jika rezim Mubarak tumbang --yang masih berupa "kemungkinan"-- maka keruntuhan itu akan berdampak terhadap semua negara besar di kawasan dan terhadap semua isu penting.

Bagi para otokrat Arab, kejatuhan Mubarak akan memberikan pesan yang lebih dramatis dari kejatuhan rezin Ben Ali di Tunisia.

Bagi para pngunjuk rasa Arab, kejatuhan Mubarak akan menjadi dorongan besar yang akan menggelorakan keyakinan bahwa kawasan Timur Tengah telah memasuki era baru "kekuatan rakyat".

Kejatuhan ini akan menjadi pukulan keras terhadap proses perdamaian Timur Tengah yang memang dalam kondisi lemah. Mesir adalah negara Arab pertama yang menandatangani perjajian damai dengan Israel di tahun 1970-an. Perubahan rezim akan menggelisahkan para pemimpin Israel dan akan memperkeras "mentalitas terkepung" di kalangan banyak orang Israel.

Kejatuhan Mubarak akan mempengaruhi kepercayaan bisnis, regional maupun gbolbal, khususnya bisa harga minyak meroket.

Akhinya, kejatuhan itu akan melahirkan dilema yang pahit bagi para penyusun kebijakan di Barat yang selama ini lebih suka reformasi bertahap di Timur Tengah, karena takut alternatifnya adalah kehancuran stabilitas dan kebangkitan ekstremisme.

Pada saat ini, para penguasa Arab dan warga Arab terpaku di depan layar TV, komputer dan telepon selular untuk mengikuti jalannya peristiwa.

Masih perlu waktu sebelum kepulan asap dan gas air mata menghilang, dan wajah baru kawasan yang bergolak itu mulai terlihat.