Percobaan Miller-Urey Show Percobaan Miller–Urey[1] (atau percobaan Urey–Miller)[2] adalah percobaan yang menyimulasikan kondisi Bumi purba dan menguji terjadinya abiogenesis. Lebih akuratnya, percobaan ini menguji hipotesis Alexander Oparin dan J. B. S. Haldane bahwa kondisi Bumi purba mendukung reaksi kimia yang dapat menyintesis senyawa organik yang lebih kompleks dari pendahulu organik yang sederhana. Percobaan yang dianggap untuk percobaan klasik dalam abiogenesis eksperimental ini diterapkan pada tahun 1953[3] oleh Stanley Miller dan Harold Urey di Universitas Chicago dan nantinya Universitas California, San Diego. Hasilnya diterbitkan satu tahun belakang.[4][5][6] Setelah kematian Miller pada tahun 2007, ilmuwan memeriksa botol kecil yang dipergunakan oleh Miller dan menemukan bahwa benar lebih dari 20 macam asam amino yang dihasilkan dalam percobaan ini. Banyak tersebut jauh lebih akbar dari yang dilaporkan oleh Miller, dan lebih dari 20 di selangnya muncul secara alami dalam kehidupan.[7] Lebih lagi, beberapa bukti menunjukkan bahwa atmosfer Bumi purba mungkin mempunyai komposisi yang selisih dari gas yang dipergunakan dalam percobaan Miller-Urey. Bukti-bukti menunjukkan terjadinya letusan vulkanik 4 miliar tahun yang lalu, yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), hidrogen sulfida (H2S), dan sulfur dioksida (SO2) ke atmosfer. Percobaan yang mempergunakan gas-gas tersebut dan gas dalam percobaan Miller-Urey sukses memproduksi molekul yang lebih beragam.[8] Catatan kaki
Pranala luaredunitas.com Page 2Percobaan Miller-Urey Percobaan Miller–Urey[1] (atau percobaan Urey–Miller)[2] adalah percobaan yang menyimulasikan kondisi Bumi purba dan menguji terjadinya abiogenesis. Lebih akuratnya, percobaan ini menguji hipotesis Alexander Oparin dan J. B. S. Haldane bahwa kondisi Bumi purba mendukung reaksi kimia yang dapat menyintesis senyawa organik yang lebih kompleks dari pendahulu organik yang sederhana. Percobaan yang dianggap untuk percobaan klasik dalam abiogenesis eksperimental ini diterapkan pada tahun 1953[3] oleh Stanley Miller dan Harold Urey di Universitas Chicago dan nantinya Universitas California, San Diego. Hasilnya diterbitkan satu tahun belakang.[4][5][6] Setelah kematian Miller pada tahun 2007, ilmuwan memeriksa botol kecil yang dipergunakan oleh Miller dan menemukan bahwa benar lebih dari 20 macam asam amino yang dihasilkan dalam percobaan ini. Banyak tersebut jauh lebih akbar dari yang dilaporkan oleh Miller, dan lebih dari 20 di selangnya muncul secara alami dalam kehidupan.[7] Lebih lagi, beberapa bukti menunjukkan bahwa atmosfer Bumi purba mungkin mempunyai komposisi yang selisih dari gas yang dipergunakan dalam percobaan Miller-Urey. Bukti-bukti menunjukkan terjadinya letusan vulkanik 4 miliar tahun yang lalu, yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), hidrogen sulfida (H2S), dan sulfur dioksida (SO2) ke atmosfer. Percobaan yang mempergunakan gas-gas tersebut dan gas dalam percobaan Miller-Urey sukses memproduksi molekul yang lebih beragam.[8] Catatan kaki
Pranala luaredunitas.com Page 3Percobaan Miller-Urey Percobaan Miller–Urey[1] (atau percobaan Urey–Miller)[2] adalah percobaan yang menyimulasikan kondisi Bumi purba dan menguji terjadinya abiogenesis. Lebih akuratnya, percobaan ini menguji hipotesis Alexander Oparin dan J. B. S. Haldane bahwa kondisi Bumi purba mendukung reaksi kimia yang dapat menyintesis senyawa organik yang lebih kompleks dari pendahulu organik yang sederhana. Percobaan yang dianggap untuk percobaan klasik dalam abiogenesis eksperimental ini diterapkan pada tahun 1953[3] oleh Stanley Miller dan Harold Urey di Universitas Chicago dan nantinya Universitas California, San Diego. Hasilnya diterbitkan satu tahun belakang.[4][5][6] Setelah kematian Miller pada tahun 2007, ilmuwan memeriksa botol kecil yang dipergunakan oleh Miller dan menemukan bahwa benar lebih dari 20 macam asam amino yang dihasilkan dalam percobaan ini. Banyak tersebut jauh lebih akbar dari yang dilaporkan oleh Miller, dan lebih dari 20 di selangnya muncul secara alami dalam kehidupan.[7] Lebih lagi, beberapa bukti menunjukkan bahwa atmosfer Bumi purba mungkin mempunyai komposisi yang selisih dari gas yang dipergunakan dalam percobaan Miller-Urey. Bukti-bukti menunjukkan terjadinya letusan vulkanik 4 miliar tahun yang lalu, yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), hidrogen sulfida (H2S), dan sulfur dioksida (SO2) ke atmosfer. Percobaan yang mempergunakan gas-gas tersebut dan gas dalam percobaan Miller-Urey sukses memproduksi molekul yang lebih beragam.[8] Catatan kaki
Pranala luaredunitas.com Page 4Percobaan Miller-Urey Percobaan Miller–Urey[1] (atau percobaan Urey–Miller)[2] adalah percobaan yang menyimulasikan kondisi Bumi purba dan menguji terjadinya abiogenesis. Lebih akuratnya, percobaan ini menguji hipotesis Alexander Oparin dan J. B. S. Haldane bahwa kondisi Bumi purba mendukung reaksi kimia yang dapat menyintesis senyawa organik yang lebih kompleks dari pendahulu organik yang sederhana. Percobaan yang dianggap untuk percobaan klasik dalam abiogenesis eksperimental ini diterapkan pada tahun 1953[3] oleh Stanley Miller dan Harold Urey di Universitas Chicago dan nantinya Universitas California, San Diego. Hasilnya diterbitkan satu tahun belakang.[4][5][6] Setelah kematian Miller pada tahun 2007, ilmuwan memeriksa botol kecil yang dipergunakan oleh Miller dan menemukan bahwa benar lebih dari 20 macam asam amino yang dihasilkan dalam percobaan ini. Banyak tersebut jauh lebih akbar dari yang dilaporkan oleh Miller, dan lebih dari 20 di selangnya muncul secara alami dalam kehidupan.[7] Lebih lagi, beberapa bukti menunjukkan bahwa atmosfer Bumi purba mungkin mempunyai komposisi yang selisih dari gas yang dipergunakan dalam percobaan Miller-Urey. Bukti-bukti menunjukkan terjadinya letusan vulkanik 4 miliar tahun yang lalu, yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), hidrogen sulfida (H2S), dan sulfur dioksida (SO2) ke atmosfer. Percobaan yang mempergunakan gas-gas tersebut dan gas dalam percobaan Miller-Urey sukses memproduksi molekul yang lebih beragam.[8] Catatan kaki
Pranala luaredunitas.com Page 5Percobaan Rosenhan adalah sebuah percobaan yang diterapkan oleh psikolog David Rosenhan pada 1973.[1] Percobaan ini diterapkan sebagai mengetahui apakah psikiater dapat membedakan sela pasien yang benar-benar menderita gangguan jiwa dengan yang tidak.[2] Keyakinan yang dianut sebelumnya adalah bahwa pasien akan memperlihatkan gejala-gejala dan gejala tersebut dapat dikategorikan sehingga orang yang waras dapat dibedakan dengan orang yang sakit jiwa.[1] Ide ini mulai dipertanyakan karena diagnosa psikis diproduksi berdasarkan pemikiran dari si pengamat dan bukan merupakan karakteristik yang sahih yang diperlihatkan oleh pasien.[1] CaraPercobaan ini terdiri dari dua babak.[2] Pada babak pertama, delapan orang yang waras mencoba masuk ke rumah sakit jiwa dengan berpura-pura mendengar suara-suara asing.[2] Para pasien palsu ini merupakan orang biasa yang berprofesi sela lain sebagai mahasiswa psikologi, psikolog, dokter anak, psikiater, pelukis, dan ibu rumah tangga.[1] Diantara para pasien palsu tersebut, tiga orang adalah wanita dan lima orang adalah lelaki.[1] Mereka memakai nama samaran dan mengaku mempunyai profesi yang tidak sama ketika bicara dengan agen dari rumah sakit jiwa.[2] Setelah sukses masuk ke rumah sakit tersebut, mereka berjalan normal, melakukan observasi terhadap situasi di rumah sakit, dan menunggu dikeluarkan.[2] Namun, yang terjadi adalah semua pasien palsu tersebut tidak diasumsikan waras oleh para staff rumah sakit sebaliknya mereka didiagnosa mengalami schizophrenia.[2] Para pasien palsu akibatnya harus telah tersedia di rumah sakit selama 7 sampai 52 hari sedangkan rata-rata mereka telah tersedia di sana selama 19 hari.[2] Walaupun para staff tidak dapat membedakan mereka, 35 dari 118 pasien sesungguhnya di rumah sakit tersebut menyuarakan kecurigaan mereka terhadap pasien palsu.[2] Pada babak yang kedua, staff dari sebuah rumah sakit yang mengetahui tentang percobaan ini diberitahu bahwa selama tiga bulan kedepan akan telah tersedia pasien palsu yang berusaha masuk ke sana walaupun sebenarnya tidak.[2] Para staff dimohon sebagai menilai probabilitas seorang pasien yang datang adalah pasien palsu.[2] Akibatnya dari 193 pasien, 41 orang dengan yakin diberitahukan sebagai pasien palsu oleh setidaknya seorang staff.[2] Secara rata-rata, sekitar 10 persen dari pasien yang datang tiap harinya diasumsikan sebagai pasien palsu.[2] Melewati percobaan ini Rosenhan menyimpulkan bahwa psikiater tidak dapat dengan dipercaya dalam membedakan orang yang waras dan tidak.[2] Babak pertama dari percobaan ini menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kewarasan sedangkan yang kedua menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kegilaan.[2] Referensiedunitas.com Page 6Percobaan Rosenhan adalah sebuah percobaan yang diterapkan oleh psikolog David Rosenhan pada 1973.[1] Percobaan ini diterapkan sebagai mengetahui apakah psikiater dapat membedakan sela pasien yang benar-benar menderita gangguan jiwa dengan yang tidak.[2] Keyakinan yang dianut sebelumnya adalah bahwa pasien akan memperlihatkan gejala-gejala dan gejala tersebut dapat dikategorikan sehingga orang yang waras dapat dibedakan dengan orang yang sakit jiwa.[1] Ide ini mulai dipertanyakan karena diagnosa psikis diproduksi berdasarkan pemikiran dari si pengamat dan bukan merupakan karakteristik yang sahih yang diperlihatkan oleh pasien.[1] CaraPercobaan ini terdiri dari dua babak.[2] Pada babak pertama, delapan orang yang waras mencoba masuk ke rumah sakit jiwa dengan berpura-pura mendengar suara-suara asing.[2] Para pasien palsu ini merupakan orang biasa yang berprofesi sela lain sebagai mahasiswa psikologi, psikolog, dokter anak, psikiater, pelukis, dan ibu rumah tangga.[1] Diantara para pasien palsu tersebut, tiga orang adalah wanita dan lima orang adalah lelaki.[1] Mereka memakai nama samaran dan mengaku mempunyai profesi yang tidak sama ketika bicara dengan agen dari rumah sakit jiwa.[2] Setelah sukses masuk ke rumah sakit tersebut, mereka berjalan normal, melakukan observasi terhadap situasi di rumah sakit, dan menunggu dikeluarkan.[2] Namun, yang terjadi adalah semua pasien palsu tersebut tidak diasumsikan waras oleh para staff rumah sakit sebaliknya mereka didiagnosa mengalami schizophrenia.[2] Para pasien palsu akibatnya harus telah tersedia di rumah sakit selama 7 sampai 52 hari sedangkan rata-rata mereka telah tersedia di sana selama 19 hari.[2] Walaupun para staff tidak dapat membedakan mereka, 35 dari 118 pasien sesungguhnya di rumah sakit tersebut menyuarakan kecurigaan mereka terhadap pasien palsu.[2] Pada babak yang kedua, staff dari sebuah rumah sakit yang mengetahui tentang percobaan ini diberitahu bahwa selama tiga bulan kedepan akan telah tersedia pasien palsu yang berusaha masuk ke sana walaupun sebenarnya tidak.[2] Para staff dimohon sebagai menilai probabilitas seorang pasien yang datang adalah pasien palsu.[2] Akibatnya dari 193 pasien, 41 orang dengan yakin diberitahukan sebagai pasien palsu oleh setidaknya seorang staff.[2] Secara rata-rata, sekitar 10 persen dari pasien yang datang tiap harinya diasumsikan sebagai pasien palsu.[2] Melewati percobaan ini Rosenhan menyimpulkan bahwa psikiater tidak dapat dengan dipercaya dalam membedakan orang yang waras dan tidak.[2] Babak pertama dari percobaan ini menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kewarasan sedangkan yang kedua menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kegilaan.[2] Referensiedunitas.com Page 7Percobaan Rosenhan adalah sebuah percobaan yang diterapkan oleh psikolog David Rosenhan pada 1973.[1] Percobaan ini diterapkan sebagai mengetahui apakah psikiater dapat membedakan sela pasien yang benar-benar menderita gangguan jiwa dengan yang tidak.[2] Keyakinan yang dianut sebelumnya adalah bahwa pasien akan memperlihatkan gejala-gejala dan gejala tersebut dapat dikategorikan sehingga orang yang waras dapat dibedakan dengan orang yang sakit jiwa.[1] Ide ini mulai dipertanyakan karena diagnosa psikis diproduksi berdasarkan pemikiran dari si pengamat dan bukan merupakan karakteristik yang sahih yang diperlihatkan oleh pasien.[1] CaraPercobaan ini terdiri dari dua babak.[2] Pada babak pertama, delapan orang yang waras mencoba masuk ke rumah sakit jiwa dengan berpura-pura mendengar suara-suara asing.[2] Para pasien palsu ini merupakan orang biasa yang berprofesi sela lain sebagai mahasiswa psikologi, psikolog, dokter anak, psikiater, pelukis, dan ibu rumah tangga.[1] Diantara para pasien palsu tersebut, tiga orang adalah wanita dan lima orang adalah lelaki.[1] Mereka memakai nama samaran dan mengaku mempunyai profesi yang tidak sama ketika bicara dengan agen dari rumah sakit jiwa.[2] Setelah sukses masuk ke rumah sakit tersebut, mereka berjalan normal, melakukan observasi terhadap situasi di rumah sakit, dan menunggu dikeluarkan.[2] Namun, yang terjadi adalah semua pasien palsu tersebut tidak diasumsikan waras oleh para staff rumah sakit sebaliknya mereka didiagnosa mengalami schizophrenia.[2] Para pasien palsu akibatnya harus telah tersedia di rumah sakit selama 7 sampai 52 hari sedangkan rata-rata mereka telah tersedia di sana selama 19 hari.[2] Walaupun para staff tidak dapat membedakan mereka, 35 dari 118 pasien sesungguhnya di rumah sakit tersebut menyuarakan kecurigaan mereka terhadap pasien palsu.[2] Pada babak yang kedua, staff dari sebuah rumah sakit yang mengetahui tentang percobaan ini diberitahu bahwa selama tiga bulan kedepan akan telah tersedia pasien palsu yang berusaha masuk ke sana walaupun sebenarnya tidak.[2] Para staff dimohon sebagai menilai probabilitas seorang pasien yang datang adalah pasien palsu.[2] Akibatnya dari 193 pasien, 41 orang dengan yakin diberitahukan sebagai pasien palsu oleh setidaknya seorang staff.[2] Secara rata-rata, sekitar 10 persen dari pasien yang datang tiap harinya diasumsikan sebagai pasien palsu.[2] Melewati percobaan ini Rosenhan menyimpulkan bahwa psikiater tidak dapat dengan dipercaya dalam membedakan orang yang waras dan tidak.[2] Babak pertama dari percobaan ini menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kewarasan sedangkan yang kedua menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kegilaan.[2] Referensiedunitas.com Page 8Percobaan Rosenhan adalah sebuah percobaan yang diterapkan oleh psikolog David Rosenhan pada 1973.[1] Percobaan ini diterapkan sebagai mengetahui apakah psikiater dapat membedakan sela pasien yang benar-benar menderita gangguan jiwa dengan yang tidak.[2] Keyakinan yang dianut sebelumnya adalah bahwa pasien akan memperlihatkan gejala-gejala dan gejala tersebut dapat dikategorikan sehingga orang yang waras dapat dibedakan dengan orang yang sakit jiwa.[1] Ide ini mulai dipertanyakan karena diagnosa psikis diproduksi berdasarkan pemikiran dari si pengamat dan bukan merupakan karakteristik yang sahih yang diperlihatkan oleh pasien.[1] CaraPercobaan ini terdiri dari dua babak.[2] Pada babak pertama, delapan orang yang waras mencoba masuk ke rumah sakit jiwa dengan berpura-pura mendengar suara-suara asing.[2] Para pasien palsu ini merupakan orang biasa yang berprofesi sela lain sebagai mahasiswa psikologi, psikolog, dokter anak, psikiater, pelukis, dan ibu rumah tangga.[1] Diantara para pasien palsu tersebut, tiga orang adalah wanita dan lima orang adalah lelaki.[1] Mereka memakai nama samaran dan mengaku mempunyai profesi yang tidak sama ketika bicara dengan agen dari rumah sakit jiwa.[2] Setelah sukses masuk ke rumah sakit tersebut, mereka berjalan normal, melakukan observasi terhadap situasi di rumah sakit, dan menunggu dikeluarkan.[2] Namun, yang terjadi adalah semua pasien palsu tersebut tidak diasumsikan waras oleh para staff rumah sakit sebaliknya mereka didiagnosa mengalami schizophrenia.[2] Para pasien palsu akibatnya harus telah tersedia di rumah sakit selama 7 sampai 52 hari sedangkan rata-rata mereka telah tersedia di sana selama 19 hari.[2] Walaupun para staff tidak dapat membedakan mereka, 35 dari 118 pasien sesungguhnya di rumah sakit tersebut menyuarakan kecurigaan mereka terhadap pasien palsu.[2] Pada babak yang kedua, staff dari sebuah rumah sakit yang mengetahui tentang percobaan ini diberitahu bahwa selama tiga bulan kedepan akan telah tersedia pasien palsu yang berusaha masuk ke sana walaupun sebenarnya tidak.[2] Para staff dimohon sebagai menilai probabilitas seorang pasien yang datang adalah pasien palsu.[2] Akibatnya dari 193 pasien, 41 orang dengan yakin diberitahukan sebagai pasien palsu oleh setidaknya seorang staff.[2] Secara rata-rata, sekitar 10 persen dari pasien yang datang tiap harinya diasumsikan sebagai pasien palsu.[2] Melewati percobaan ini Rosenhan menyimpulkan bahwa psikiater tidak dapat dengan dipercaya dalam membedakan orang yang waras dan tidak.[2] Babak pertama dari percobaan ini menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kewarasan sedangkan yang kedua menunjukkan kegagalan dalam mendeteksi kegilaan.[2] Referensiedunitas.com Page 9Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 2, 2 Lacertae, 2 Letters of John, 2 Maret, 2 Mei, 2005 UEFA Champions League Final, 2005 UEFA Super Cup, 2006, 2006 African Cup, 2013 Qatar motorcycle Grand Prix, 2013-14 UEFA Women 's Champions League, 2014, 2014 (film), 2181, 2182, 2183, 2184, 2340, 2341, 2342, 2343 Page 10Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 2, 2 Lacertae, 2 Letters of John, 2 Maret, 2 Mei, 2005 UEFA Champions League Final, 2005 UEFA Super Cup, 2006, 2006 African Cup, 2013 Qatar motorcycle Grand Prix, 2013-14 UEFA Women 's Champions League, 2014, 2014 (film), 2181, 2182, 2183, 2184, 2340, 2341, 2342, 2343 Page 11Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan Page 12Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan Page 13Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus Page 14Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus Page 15Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero Page 16Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero Page 17Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur Page 18Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur Page 19Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) I, I Got a Boy, I Got a Boy (lagu), I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, Ibrahim al-Imam, Ibrahim al-Jaafari, Ibrahim al-Maimuni, Ibrahim al-Marhumi, Ie Mirah, Pasie Raja, Aceh Selatan, Ie Relop, Pegasing, Aceh Tengah, Ie Rhob Babah Lueng, Simpang Mamplam, Bireuen, Ie Rhob Barat, Simpang Mamplam, Bireuen, Ikatan non kovalen, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Pencak Silat Indonesia, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Ilyas, Ilyas Karim, Ilyas Ruhiat, Ilyas Ya'kub Page 20Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) I, I Got a Boy, I Got a Boy (lagu), I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, Ibrahim al-Imam, Ibrahim al-Jaafari, Ibrahim al-Maimuni, Ibrahim al-Marhumi, Ie Mirah, Pasie Raja, Aceh Selatan, Ie Relop, Pegasing, Aceh Tengah, Ie Rhob Babah Lueng, Simpang Mamplam, Bireuen, Ie Rhob Barat, Simpang Mamplam, Bireuen, Ikatan non kovalen, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Pencak Silat Indonesia, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Ilyas, Ilyas Karim, Ilyas Ruhiat, Ilyas Ya'kub Page 21Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) J, J. Willard Marriott, J.A.K.Q. Dengekitai, J.A.K.Q. Dengekitai vs. Goranger, J.B. Jeyaretnam, Jagson Airlines, Jaguar, Jaguar (perusahaan otomotif), Jaguar Cars, Jalan Dago, Jalan dan Jembatan, Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan, Jalan di Kota Surakarta, Jalur kereta api di Indonesia, Jalur kereta api di Sydney, Jalur kereta api Duri-Tanahabang, Jalur kereta api Eritrea, Jambu Kulon, Ceper, Klaten, Jambu Luwuk, Ciawi, Bogor, Jambu mawar, Jambu mede Page 22Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) J, J. Willard Marriott, J.A.K.Q. Dengekitai, J.A.K.Q. Dengekitai vs. Goranger, J.B. Jeyaretnam, Jagson Airlines, Jaguar, Jaguar (perusahaan otomotif), Jaguar Cars, Jalan Dago, Jalan dan Jembatan, Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan, Jalan di Kota Surakarta, Jalur kereta api di Indonesia, Jalur kereta api di Sydney, Jalur kereta api Duri-Tanahabang, Jalur kereta api Eritrea, Jambu Kulon, Ceper, Klaten, Jambu Luwuk, Ciawi, Bogor, Jambu mawar, Jambu mede Page 23Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta Page 24Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta Page 25Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) P, Pa Padi, Krayan, Nunukan, Pa Pala, Krayan, Nunukan, Pa' Amai, Krayan Selatan, Nunukan, Pa' Dalan, Krayan Selatan, Nunukan, Padang Barat, Bintauna, Bolaang Mongondow Utara, Padang Barat, Padang, Padang Baru, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Padang Baru, Merapi Selatan, Lahat, Padi (band), Padi (disambiguasi), Padi (grup musik), Padi emas, Pahae Julu, Pahae Julu, Tapanuli Utara, Pahala, Pahala Tambunan, Pakpahan, Onan Runggu, Samosir, Pakpahan, Pangaribuan, Tapanuli Utara, Pakpak, Pakpak Bharat Page 26Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) P, Pa Padi, Krayan, Nunukan, Pa Pala, Krayan, Nunukan, Pa' Amai, Krayan Selatan, Nunukan, Pa' Dalan, Krayan Selatan, Nunukan, Padang Barat, Bintauna, Bolaang Mongondow Utara, Padang Barat, Padang, Padang Baru, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Padang Baru, Merapi Selatan, Lahat, Padi (band), Padi (disambiguasi), Padi (grup musik), Padi emas, Pahae Julu, Pahae Julu, Tapanuli Utara, Pahala, Pahala Tambunan, Pakpahan, Onan Runggu, Samosir, Pakpahan, Pangaribuan, Tapanuli Utara, Pakpak, Pakpak Bharat |