Giandra Arzanka Susindra. Saat ini usianya 20 bulan. Jadi, saya masih ada waktu 4 bulan lagi untuk menuntaskan haknya mendapatkan ASI selama 2 tahun. Saya sudah hampir menyerah bulan lalu, karena produksi ASI semakin sedikit. Sekitar pukul 3 dini hari biasanya jumlah ASI sering tidak memuaskan dahaganya. Target saya, sukses menyusui di usia 40 tahun berada di ujung tanduk. Show
Hal ini terjadi karena saya terlalu lelah merawat bayi dan ibu yang sudah tidak dapat berjalan secara bersamaan, dan secara maraton, pada bulan Juni - Agustus. Nenek dan cucu ini berkompetisi mendapatkan perhatian saya. Bisa dikatakan, ini adalah ekses dari pandemi Covid-19 di Jepara. Mbakyu saya terinfeksi sehingga harus dirawat di Solo selama 2 bulan. Beberapa teori mengatakan kecerobohan rumah sakit, memberi ruang kamar bersama dengan pasien Covid-19 adalah penyebabnya. Tapi saya cukup realistis dengan tidak menebak-nebak. Ini adalah ujian yang harus diselesaikan dengan kewarasan. Jadi saya ambil tugas merawat ibu sendiri di rumah. Memang, hanya saya dan Mbak Sri yang merawat ibu secara bergantian. Biasanya saya hanya dua kali per minggu dari pagi-sore. Bulan lalu full dua bulan. Terbayang, kan, lelahnya? Kelelahan demi kelelahan menumpuk, membuat produksi ASI menurun tajam. Apalagi saya hanya bisa menulis pada malam hari, di atas pukul 21.00. Tak jarang sampai jam 02.00 pagi dan Subuh harus sudah bangun kembali. Tapi saya memegang kalimat Mbak Asri saat kulwap tentang ASI. Sahabat komunitas yang sekaligus konsultan laktasi itu, terus mengatakan bahwa , “MengASIhi itu harus ngeyel.” Jadi meski rasanya sangat sakit saat PD kosong dan tetap dihisap kuat, saya hanya bisa meringis menahannya. Kadang saya memeluk tubuh suami untuk mencari kekuatan, dengan harapan siapa tahu bisa bangun dan menemani seperti biasa. Support suami sangat luar biasa. Dan yang namanya niatan baik itu biasanya ada yang membantu. Bulan Agustus lalu saya berkenalan dengan Pregnancy and Breast-Feeding Gold (PBFG) dari Kalbe Blackmores Nutrition. Saya meminum dua kapsul setiap hari, setelah makan, dan produksi ASI saya perlahan membaik. Proses relaktasi, bisa disebut demikian, berhasil dengan baik. Tentu, bukan relaktasi yang benar-benar relaktasi karena saya masih menyusui tanpa putus, sebelumnya. Ini adalah upaya menambah volume ASI saja. Seperti itulah risalah singkat pengalaman menyusui saya di usia 40 tahun, dan akan saya jabarkan lebih lengkap lagi. Tetap membaca, ya. Karena saya ingin sobat semua mengenal Blackmores Pregnancy and Breast-Feeding Gold (PBFG).... Suplemen dengan kandungan lengkap, 17 Nutrisi Esensial, bantu penuhi nutrisi Ibu sehingga dapat memberikan ASI bernutrisi untuk Buah Hati. Target menyusui sampai 2 tahun masih realistis meski usia sudah 40+Kehadiran Giandra, atau kami memanggilnya Gi, di tengah keluarga seakan menjadi penyempurna pengalaman saya sebagai seorang ibu. Saya punya tekad untuk memperbaiki pola asah, asih, dan asuh anak, agar tak seperti dua kakaknya yang sekarang sudah menjadi remaja. Gi harus mendapatkan haknya akan ASI Berkualitas selama 2 tahun. Saya akan ngeyel , menyemangati diri agar tidak menyerah, apapun kendalanya. Fighting! Mudah menetapkan target, tidak mudah memenuhinya. Usia, aktivitas, dan gaya hidup sangat mempengaruhi kemampuan menyusui. Usia saya 40 tahun saat Gi berusia 6 bulan. Usia yang seharusnya hanya sedikit mempengaruhi kemampuan mengASIhi secara ekslusif. Hanya sebuah kendala kecil yang bisa disiasati. Tapi saya punya aktivitas yang tidak biasa. Saya ibu rumah tangga tanpa asisten rumah tangga (ART) sambil bekerja di rumah sebagai content creator dan memegang 3 online shop. Seabrek kegiatan, yang lebih banyak saya lakukan dengan HP. Saya tak bisa memegang laptop karena Gi anak yang aktif, dan ibu adalah Generasi Pra-Baby Boomer (disebut Generasi Era Depresi). Beliau selalu mengira saya hanya menyiakan waktu dengan ponsel saya, sehingga lebih sering jengkel. Jadi saya harus belajar tata kelola aktivitas, energi, jam istirahat, dan asupan nutrisi. Usia 40 tahun juga berarti memiliki metabolisme tubuh yang lambat, sehingga mudah lelah dan rawan gemuk. Pada kondisi ini saya harus selalu sigap merawat bayi saya yang butuh banyak kedekatan yang tulus. Kecukupan ASI adalah sesuatu yang mutlak jika ingin memberi ASI sampai genap 2 tahun. Usia tidak boleh menjadi alasan untuk mudah menyerah.Menyusui harus ngeyel. Ngeyel terhadap rasa lelah,letih, sakit, dan malas begadang. Yang paling berat adalah ngeyel terhadap kebiasaan minum kopi. Sebelum hamil saya biasa minum kopi 4 gelas per hari, dan saya berhasil membuatnya 0-1 kali per hari. Hanya jika sangat butuh. Dengan kengeyelan berlapis itu, saya berhasil membuktikan bahwa Target menyusui sampai 2 tahun masih realistis meski usia sudah 40+ Mengapa harus memberi ASISebelum ke mana-mana, kita perlu memiliki pemahaman yang sama tentang ASI dan mengapa harus memberi ASI. Karena, saya percaya bahwa ASI bernutrisi untuk ibu dan bayi yang istimewa. Saya adalah ibu istimewa yang melahirkan bayi istimewa yang berhak mendapatkan asupan sehat. ASI adalah cairan istimewa. Cairan hidup karena kandungannya berubah-ubah sesuai kebutuhan bayi. Lidah bayi yang menempel saat menyusu akan mengirim sinyal kebutuhan nutrisinya. Kandungan nutrisi ASI juga menyesuaikan usianya. Contoh paling mudah adalah, pada masa awal, ASI mengandung imunitas yang amat sangat tinggi, dan jumlahnya terus berkurang, namun tetap cukup saat dibutuhkan. Saat Giandra diare yang diakibatkan kesembronoan papanya memberikan semangka pada usia 5 bulan, obatnya hanya ASI dan pantauan ketat. Batas normalnya adalah 6x b.a.b. Di atas itu, saya memantau suhu badan (terutama perut), warna pup, kerewelan, dan warna mata. Saya memastikan jumlah ASI yang diminum harus lebih banyak dari biasanya. Berhasil! Contoh paling mudah adalah penggunaan ASI untuk mengatasi infeksi pada bayi. Saya tidak pernah memberikan obat penurun panas yang diberikan petugas posyandu saat imunisasi. Gencer ASI adalah solusi satu-satunya. Sampai sekarang Gi sehat dan belum pernah minum obat, kecuali vitamin dan obat cacing dari Posyandu. Tak heran jika Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya nutrisi ideal untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupannya, dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan hingga 2 tahun. Tips menyusui lancar menyusui di usia 40 tahun ke atasSaya akan membagikan tips lancar menyusui pada usia 40 tahun berdasarkan pengalaman pribadi. Tips ini juga bisa digunakan oleh ibu menyusui usia 20-40 tahun, dengan beberapa penyesuaian, tergantung kebutuhan dan siapa yang menjadi support system-nya. Saya membaginya dalam 4 garis besar, yaitu tata kelola emosi, tata kelola aktivitas, tata kelola jam tidur, dan tata kelola nutrisi. 1. Tata kelola emosiMood swing atau perubahan emosi secara mendadak adalah hal yang sangat lazim terjadi pada ibu yang menyusui. Sebentar bahagia karena melihat bayi mungil yang seperti malaikat, sebentar sedih/marah karena merasa terlalu lelah dan sakit. Sakit yang paling sering saya alami ada di bahu, leher, dan kepala. Terutama saat menyusui. Untuk mengatasi hal mood swing dan sakit pada area leher, yang biasa saya lakukan adalah:
Mood swing juga sering terjadi pada ibu menyusui usia 40 tahun ke atas. Bahkan bisa lebih berat jika terjadi perimenopause atau masa transisi menuju menopause. Jadi bukan tentang usia dan kemapanan. Gejala perimenopause membuat ibu menyusui lebih cepat tersinggung, lebih cepat marah, dan lebih mudah lelah lagi. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan terapi herbal, akupuntur, atau penambahan suplemen vitamin yang dibutuhkan. Tata kelola aktivitasUsia 40 tahun biasanya sudah punya aktivitas mapan. Punya rutinitas dan target jelas. Beberapa sudah sedemikian bebas karena anak sudah mandiri. Kehadiran bayi di usia ini bisa membuat sebagian besar rutinitas tersebut memerlukan penyesuaian. Beberapa perlu dihilangkan, dan beberapa lagi perlu diubah jadwalnya. Contoh termudah bagi narablog seperti saya adalah mempertimbangkan berhenti menulis dulu atau hanya melakukan aktivitas blogging saat bayi tidur. Contoh yang saya hilangkan adalah aktivitas “manggung” di jagongan komunitas. Ngopi atau Ngolah Pikir pada malam tertentu sudah jadi kegiatan saya yang suka terlibat dalam jagongan lokal. Tata kelola aktivitas juga bisa berarti proses accepting melihat rumah tidak sebersih biasanya, karena aktivitas bersih-bersih cukup melelahkan dan menyita waktu. Pun demikian dengan tugas domestik lainnya yang berkaitan dengan makanan dan baju. Kita harus belajar mendelegasikan pekerjaan rumah pada suami, anak, atau kerabat lainnya. Sebaiknya dimulai sejak hamil agar lebih lancar.
Kita bisa menyebutnya dengan “The art of Delegating”, yaitu:
Satu hal yang harus dipegang dalam the art of delegating yaitu kita tidak berbagi beban. Tata kelola jam tidurKurang tidur adalah kondisi normal perempuan yang punya bayi. Terjaga pada malam hari untuk menyusui juga wajib. Kondisi kurang tidur bisa membuat kita mudah lelah, mengantuk sepanjang waktu, swing mood, dan produksi ASI menurun. Salah satu solusinya adalah melakukan tata kelola jam tidur, yaitu:
Ada perbedaan cukup besar antara ibu menyusui berusia 20+ dengan 40+. Tubuh busui muda akan cepat menyesuaikan dengan jam tidur yang berantakan, sementara tubuh busui usia 40+ tidak dapat terevitalisasi dengan cepat. Jadi, dukungan keluarga teramat sangat dibutuhkan. Tata kelola nutrisiNutrisi itu kunci. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi membuat ASI lancar. Dan, jangan lupa, bahwa ibu menyusui membutuhkan 400-500 kalori di atas kebutuhan normal. Tapi perlu juga dipahami bahwa pada usia 40+, metabolisme tubuh kita sudah melambat. Banyak makanan tidak tercerna atau lama tercerna. Akibatnya, dengan isi piring sama antara busui usia 25 dan 40 tahun, hasilnya beda. Kita akan lebih cepat gemuk, jadinya. Tapi tak perlu risaukan perut yang bertambah lemaknya kadang menyusui dan terlelap dalam kondisi kenyang. Setelah tugas mulia ini selesai, kita bisa menurunkan berat badan seperti yang kita inginkan.
|