Yang dapat dijadikan sumber masalah dalam penelitian adalah

Tidak sedikit permasalahan yang harus dipecahkan oleh para peneliti. Masalah dapat ditemukan dari berbagai sumber menurut Nazir (1988: 140-143), antara lain sebagai berikut:

a.       Pengamatan terhadap alam dan kegiatan manusia

Dengan mengamati kegiatan manusia, peneliti dapat menemukan permasalahannya, misalnya cara kerja di suatu pabrik, tingkat kesehatan di suatu desa, kegiatan belajar mengajar di suatu kelas, dan sebagainya. Demikian juga dalam pengamatan terhadap alam, seperti keadaan tanah, keadaan tanaman, dan sebagainya.

b.      Bacaan

Bacaan disini dapat berupa makalah, atau karya tulis ilmiah. Dalam bacaan tersebut terdapat banyak rekomendasi untuk perbaikan atau perkembangan tindak lanjut dari penelitian yang telah ada. Dari bacaan tersebut akan timbul berbagai permasalahan yang menunggu untuk dipecahakan.

c.       Ulangan serta perluasan penelitian

Masalah juga dapat ditemukan dari kegiatan pengulangan penelitian yang belum membawa hasil yang memuaskan.

d.      Cabang studi yang sedang dikerjakan

Masalah dapat timbul tidak hanya dari bidang studi yang sedang digeluti, tetapi dapat timbul dari cabang ilmu yang timbul kemudian. Contohnya, ketika Pasteur meneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam-ayam percobaannya dengan mikroba kolera, pada suatu hari ia kehabisan ayam-ayam sehat. Ia kemudia terpaksa menggunakan ayam-ayam yang pernah kena kolera. Dilihatnya, ayam-ayam tersebut tidak mati akibat suntikan mikroba kolera. Dari percobaan ini ia tertarik akan ketahanan ayam-ayam tersebut dan ia menemukan masalah yang mendorongnya meneliti tentang prinsip-prinsip kekebalan atau imunisasi.

e.      Pengalaman dan catatan pribadi

Catatan pribadi serta pengalaman pribadi sering merupakan sumber dari masalah penelitian. Dalam penelitian ilmu sosial, pengalaman serta catatan pribadi tentang sejarah sendiri, baik kegiatan pribadi ataupun kegiatan profesional dapat merupakan sumber masalah untuk penelitian.

f.        Praktek serta keinginan masyarakat

Praktek tersebut dapat merupakan tunjuk perasaan, pernyataan-pernyataan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat lokal, daerah maupun nasional.

g.       Bidang spesialisasi

Dari spesialisasi pada bidang ilmunya, terdapat banyak sekali masalah yang perlu dipecahkan.

h.      Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti

Pelajaran yang sedang diikuti dapat merupakan sumber dari masalah penelitian. Diskusi kelas, hubungan antara dosen dengan mahasiswa banyak mempengaruhi mahasiswa dalam memilih masalah untuk penelitian. Pengaruh staf senior serta ajarannya dapat merupakan sumber masalah bagi mahasiswa yang ingin membuat thesis.

i.        Diskusi ilmiah

Masalah penelitian dapat juga bersumber dari diskusi-diskusi ilmiah, seminar, serta pertemuan-pertemuan ilmiah. Dalam diskusi tersebut, seorang dapat menangkap banyak analisa ilmiah, serta argumentasi profesional, yang dapat menjurus pada suatu permasalah baru.

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap tentang produk kami silahkan klik link berikut :

Jasa Pembuatan Tesis

Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Olah Data

Atau menghubungi nomor kontak berikut 0852.2588.7747 (AS) email 

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Proses perumusan masalah dimulai karena adanya problem yang teridentifikasi, penentuan prioritas masalah yang akan diteliti dan analisa untuk menentukan masalah-masalah yang mungkin untuk diteliti.

Ketika ditemukan suatu masalah, tidak selalu masalah tersebut bisa langsung terindentifikasi apalagi dirumuskan menjadi suatu topik penelitian. Hal ini bisa terjadi karena luasnya persoalan yang ditemui maupun kurangnya informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dengan analisa akan menolong untuk mencari kemungkinan-kemungkinan masalahnya dan selanjutnya berdasarkan prioritasnya akan dapat dipilih masalah yang akan ditetapkan untuk diteliti.


Yang dapat dijadikan sumber masalah dalam penelitian adalah
Sumber Masalah dalam Penelitian
(sumber : skripsi-fkip-inggris.blogspot.com)

AWAL SEBUAH PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa yang pertama kali menjadi titik awal perumusan masalah adalah suatu masalah yang teridentifikasi, suatu masalah tersebut dapat bersumber dari :

Adanya keadian atau kenyataan yang janggal, tidak diharapkan atau tidak semestinya.
Contohnya :

Pada waktu melewati jalan di depan Pasar Klewer (Solo), ditemui keruwetan dan kekacauan lalu lintas. Timbul keinginan untuk membuat arus menjadi teratur dan tertib. Kemudian mencoba untuk melihat kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Dari semua kemungkinan, ditetapkan satu atau dua faktor utama untuk diteliti.

Adanya kekurangan informasi.


Contohnya :

Sebuah perusahaan mengeluarkan produk baru yang dikatakan mampu meningkatkan workability beton. Banyak kontraktor yang menggunakannya dan memang terbukti demikian adanya. Namun, produk itu belum diuji efeknya pada properties yang lain: seperti segregasi, porositas, dan lainnya. Maka dirasa perlu untuk mengisi kekosongan informasi ini dengan melakukan penelitian tentang efek penggunaan produk tersebut pada porositas beton misalnya.

Merupakan tindak lanjut dari adanya informasi awal dari hasil penelitian sebelumnya, baik untuk menambahkan apa yang belum tercover dalam penelitian sebelumnya maupun untuk menambahkan informasi yang sudah didapat dari penelitian sebelumnya.

Contohnya :

Hasil laporan dari penelitian tentang pencemaran sungai Bengawan Solo yang diakibatkan oleh pembuangan limbah oleh pabrik-pabrik memberi rekomendasi untuk melakukan penelitian yang sama tapi menggunakan sample air sungai yang diambil di bagian yang lain dari sungai itu, misalnya di daerah hilir.

Adanya informasi yang cukup banyak tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan suatu masalah dan berusaha menghubungkan faktor-faktor tersebut dalam sebuah model.

Contohnya :

Sudah diketahui bahwa susut pada beton dipengaruhi oleh kadar semen dalam campuran, faktor air semen, umur beton, serta temperatur dan kelembaban udara dimana beton tersebut berada. Timbul keinginan untuk mengkuantifikasi semua faktor itu dan menghubungkannya satu dengan yang lain sehingga didapat satu model yang bisa dipakai untuk memprediksi jumlah susut beton pada umur tertentu berdasarkan factor-faktor lain yang diketahui.

Adanya keraguan atas hasil, model, atau teori yang diusulkan oleh peneliti lain.
Contohnya :

Seorang peneliti menjelaskan bahwa penyebab terjadinya banjir yang berulang kali terjadi di kota Solo sejak tahun 2000 adalah karena penebangan pohon di daerah hulu sungai Bengawan Solo. Sekalipun memang ada evidence yang menunjukkan masyarakat daerah hulu sungai memang menebang pohon, tetapi ada faktor lain yang tidak dipertimbangkan oleh peneliti tersebut yaitu padatnya hunian di bantaran sungai.

Adanya pertentangan dalam hasil, model atau teori yang diajukan oleh berbagai peneliti.


Contohnya :

Dari informasi yang diperoleh diberbagai literatur ditemukan adanya perbedaan model yang cukup mencolok untuk memprediksi kekuatan beton pada umur 28 hari antara satu peneliti dengan yang lain. Maka dirasa perlu untuk melakukan experiment untuk memverifikasi model yang tepat.

Demikianlah sedikit mengenai sumber-sumber yang menjadi titik awal sebuah penelitian dilakukan. Dengan adanya masalah maka akan timbul keinginan untuk melakukan penelitian dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

SUMBER REFERENSI :

Kusno AS. ST, PhD dalam Bahan Ajar Mata Kuliah Metode Penelitian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Artikel Terkait "Sumber Masalah dalam Penelitian" :

Masalah Penelitian - Pada umumnya penelitian berangkat dari suatu masalah tertentu, karena penelitian bertujuan memecahkan masalah yang ada. Penelitian yang sistematis dimulai dengan suatu permasalahan atau persoalan. John Dewey mengatakan bahwa langkah pertama pada suatu metode ilmiah adalah pengakuan adanya kesukaran, hambatan atau pun masalah yang membingungkan peneliti (Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1982: 73). Bagaikan sebuah percakapan tanya jawab, masalah merupakan pertanyaannya sedangkan jawaban dari masalah akan dicari pada proses penelitian. Meneliti merupakan usaha untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang sedang dihadapi.

Rasa ingin tahu atau coriusity merupakan sifat alamiah yang dimiliki oleh manusia, sehingga merka selalu mencari tahu tentang apa saja yang tidak diketahu olehnya. Masalah mencerminkan ketidaktahuan seorang manusia. Sedangkan penelitian merupakan suatu cara atau usaha manusia untuk mengatasi ketidaktahuan, sehingga masalah itu bisa berubah menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang telah diperoleh melalui aktivitas penelitian akan mempersempit wilayah ketidaktahuan mereka karena telah menjadi pengetahuan manusia itu sendiri.

Kedudukan masalah di dalam kegiatan penelitian sangatlah penting. Pemecahan masalah separuhnya ditentukan oleh kebenaran dan ketepatan dalam perumusan masalah tersebut. Pemecahan masalah tidak bisa diharapkan dari pertanyaan-pertanyaan masalah yang salah. Pertanyaan masalah nantinya akan menentukan metode penelitian, cara pengumpulan data jenis data dan teknik analisis data yang akan dipakai. Oleh karena itu, bagian ini dibahas mengenai masalah dan perumusan masalah di dalam suatu penelitian.

PENGERTIAN MASALAH

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pada dasarnya penelitian dilaksanakan dengan tujuan agar mendapatkan data, yang antara lain bisa dipakai untuk memecahkan suatu masalah. Oleh sebab itu, setiap penelitian yang hendak dilakukan harus selalu berawal dari masalah. Seperti yang telah dinyatakan oleh Emory (1985), bahwa baik itu penelitian murni maupun terapan, kesemuanya itu berangkat dari masalah, hanya pada penelitian terapan saja yang hasilnya dapat langsung dipakai untuk membuat suatu keputusan.

Jadi, setiap penelitian yang hendak dilaksanakan harus selalu berangkat dari masalah, meskipun banyak yang mengakui bahwa memilih masalah penelitian sering kali menjadi tahap yang paling susah dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Jika dalam penelitian peneliti telah mampu menemukan masalah yang benar - benar masalah, maka sesungguhnya pekerjaan dari penelitian itu telah selesai sebesar 50%. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Sugiyono (2013) yaitu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak gampang, akan tetapi setelah masalah bisa ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera bisa dilaksanakan.

Masalah berkaitan erat dengan kesenjangan (gap) yang harus diisi atau setidaknya kesenjangan tersebut dipersempit. Masalah juga dapat memunculkan suatu celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah dapat disimpulkan sebagai suatu kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara yang seharusnya (what should  be) dengan yang ada (what it is), antara kebutuhan dengan yang tersedia (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menutup kesenjangan (what can be) tersebut.

Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan, untuk menutup kebutuhan itu maka dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang memunculkan kesenjangan tersebut. Kegiatan untuk menutup kesenjangan dilakukan dengan jalan suatu penelitian. Sehingga dapat pula dikatakan, bahwa penelitian suatu kegitan mencari suatu jawaban yang masih belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang masih belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Hal tersebut sejalan dengan pernytaan Purwanto (2010:108-109), bahwa penelitian diharapkan bisa memecahkan masalah atau setidak - tidaknya memperkecil kesenjangan yang ditimbul oleh masalah tersebut.

SUMBER MASALAH

Sumber masalah dalam suatu penelitian bisa berasal dari berbagai sumber. Menurut Mac Millan dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah bisa bersumber dari observasi, hasil deduksi dari suatu teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang saat ini sedang terjadi, situasi praktis dan juga bisa bersumber dari pengalaman pribadi. Masing - masing sumber dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

1)   Observasi

Observasi adalah sumber yang paling kaya akan masalah penelitian. Kebanyakan keputusan praktis didasarkan atas praduga yang tidak didukung oleh data empiris. Masalah penelitian bisa diangkat dari hasil observasi terhadap suatu hubungan tertentu yang masih belum memiliki dasar penjelasan yang memadai dan cara - cara rutin yang di dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas tradisi atau otiritas. Penyelidikan kemungkinan dapat menghasilkan teori yang baru, rekomendasi pemecahan masalah praktis dan mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.

2)   Deduksi dari teori

Teori itu sendiri merupakan konsep - konsep yang masih berupa prinsip - prinsip umum yang penerapannya belum bisa diketahui selama belum dialkukan pengujian secara empiris. Penyelidikan terhadap suatu masalah yang diangkat berasal dari teori bermanfaat untuk memperoleh penjelasan secara empiris praktik tentang teori tersebut.

3)   Kepustakaan

Hasil dari penelitian kemungkinan dapat memberikan rekomendasi akan perlunya dilakukan suatu penelitian ulang (replikasi), baik dengan ataupun tanpa variasi. Replikasi bisa meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan secara lebih luas. Laporan penelitian tidak jarang juga menyampaikan suatu rekomendasi kepada peneliti lain mengenai apa saja yang perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi sumber untuk menentukan masalah yang perlu diangkat untuk dilakukan suatu penelitian.

4)   Masalah sosial

Masalah sosial bisa juga menjadi sumber masalah penelitian. Seperti seringnya terjadi perkelahian siswa antar sekolah, bisa memunculkan pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan agama dan moral serta pembinaan sikap disiplin di lingkungan sekolah. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi juga dapat memunculkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.

5)   Situasi praktis 

Pada tahap pembuatan suatu keputusan tertentu, tidak jarang mendesak untuk dilakukannya suatu penelitian evaluatif. Hasil penelitian ini sangat diperlukan guna dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan yang lebih lanjut.

6)   Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi bisa memunculkan masalah yang membutuhkan jawaban empiris guna mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto, 2010:109-111)

Menurut Suryabrata (1994:61-63), sumber-sumber masalah yang dapat diidentifikasi meliputi:

1)   Bacaan terutama hasil penelitian

Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut bisa menjadi sumber identifikasi masalah penelitian. Pada umumnya tidak pernah ada penelitian yang hingga tuntas. Penelitian selalu menampilkan masalah yang lebih banyak dari pada apa yang dapat dijawabnya, karena itulah ilmu pengetahuan akan selalu berkembang dan mengalami kemajuan.

2)   Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah

Diskusi, seminar dan pertemuan ilmiah bisa menjadi sumber masalah penelitian, karena para peserta bisa melihat hal - hal yang dipersoalkan secara profesional sehingga muncul masalah.

3)   Pernyataan pemegang otoritas (dalam pemerintahan dan ilmu pengetahuan).

Sumber masalah juga dapat berasal dari pernyataan pemegang otoritas, baik itu otoritas pemerintahan maupun ilmu pengetahuan. Contoh pernyataan pemegang otoritas pemerintahan yaitu pernyataan menteri pendidikan mengenai daya serap siswa SMU. Contoh pernyataan otoritas ilmu pengetahuan yaitu pernyataan ahli pendidikan mengenai penjurusan di SMU.

Sumber masalah bisa saja bersumber dari Pengamatan sepintas peneliti sendiri. Seperti halnya, ahli kesehatan menemukan masalah saat melihat dari mana penduduk memperoleh air minumnya.

Pengalaman pribadi sebagai sumber masalah penelitian berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan dengan sejatah perkembangan dan kehidupan pribadi atau profesional. (Purwanto, 2010: 111-112 )

Masalah bisa diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya (harapan) dengan apa yang benar - benar terjadi (kenyataan), antara aturan dan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.Hal tersebut dengan pernyataab Stonner (1982) bahwa masalah - masalah bisadiketahui atau dicari jika ada penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.


a)    Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.

Seluruh apa yang ada di dunia ini selalu berubah dan yang tetap hanya perubahan, akantetapi tidak jarang perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan bisa menimbulkan masalah. Orang yang kesehariannya menjadi seoarang pemimpin di bidang pemerintahan harus beralih ke bidang pendidikan. Hal semacam ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi perubahan?

b)   Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.

Suatu rencana yang sudah ditetapkan tetapi hasilnya berbeda dengan tujuan dari rencana itu, maka tentu saja ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi kenyataan tidak sama sekali, sehingga muncul suatu masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga - harga akan turun, dan ternyata tidak, sehingga timbul masalah baru. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi ternyata belum terlihat. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan menjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.

c)    Adanya pengaduan.

Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang biasanya dimuat di dalam koran ataupun di majalah yang mengadukan kualitas pelayanan atau produk suatu lembaga pendidikan, bisa dilihat sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pendaduan.

d)   Ada kompetisi.

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di Indonesia.

Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.

Pada tabel 2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SDM di Indonesia, yang menduduki rangking 110 dari 179 negara. Ini menjadi masalah karena yang diharapkan SDM yang berkualitas tinggi tetapi kenyataannya SDM yang ada kualitasnya lebih rendah bila dibandingkan dari negara-negara lain.

Human development index asean + 3 negara

Source: UNDP – Human Development Report 2005. (Sugiyono,2012:52-55)

JENIS-JENIS MASALAH

Menurut Purwanto (2010:109), berdasarkan pada jenisnya masalah bisa dikelompokkan menjadi 3. Pertama, masalah deskriptif. Masalah deskriptif merupakan masalah yang mendeskripsikan satu variabel pada satu kelompok tanpa menghubungkan dengan variabel yang lain atau membandingkan dengan kelompok lain. Kedua, masalah korelasi. Masalah korelasi merupakan masalah yang memuat hubungan antara 1 atau lebih variabel dengan 1 atau lebih variabel yang lain. Ketiga, masalah perbandingan. Masalah perbandingan merupakan masalah yang memuat perbandingan 1 atau lebih kelompok dalam 1 variabel.

Menurut Sugiyono (2012), berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi.

1.         Permasalahan deskriptif

Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berhubungan dengan variabel mandiri, baik hanya pada 1 variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.

Contoh permasalahan deskriptif:

1)                  Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum?

2)                  Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?

3)                  Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?

4)                  Seberapa tinggi tingkat produktifitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah kejuruan?

5)                  Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan?

6)                  Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif).

Penelitian yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan; minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.



2.         Permasalahan Komparatif

Permasalahan Komparatif merupakan rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan 1 variabel atau lebih pada 2 atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

1)                  Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)

2)                  Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)

3)                  Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel)

4)                  Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (satu variabel dua sampel)

5)                  Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA. (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)

6)                  Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas.

3.         Permasalahan Asosiatif

Permasalahan Asosiatif merupakan rumusan masalah penelitian sifatnya menanyakan hubungan antara 2 variabel atau  lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.

Hubungan simetris merupakan suatu hubungan antara 2 variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1.                  Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan ke dua adalah kejahatan) Hal ini berarti yang menyebabkan kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin logikanya adalah sebagai berikut. Pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.

2.                  Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?

3.                  Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah ?

4.                  Adakah hubungan antara rumah yang dekat  rel kereta api dengan jumlah anak?

5.                  Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?

Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut.

1.                  Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.

2.                  Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.

3.                  Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah.

4.                  Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.

Hubungan kausal merupakan hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:

a)                  Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).

b)                  Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi penbelajaran di SMA?

c)                  Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen).

d)                 Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).

Contoh judul penelitiannya:

a)                  Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.

b)                  Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak di SD Kabupaten Alengkapura.

c)                  Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah.

3)      Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik

Hubungan interaktif merupakan hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh:

1)                  Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.

2)                  Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyababkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

RUMUSAN MASALAH

Penelitian dapat diibaratkan sebagai sebuah dialog atau tanya jawab. Dalam dialog, jawaban diberikan atas pertanyaan yang telah diajukan. Kualitas jawaban tersebut sangat ditentukan oleh ketepatan pertanyaannya. Pertanyaan itu merupakan masalah yang hendak diusahakan pemecahannya melalui penelitian. Jawaban merupakan pemecahan masalah berdasarkan atas data - data yang dikumpulkan dalam proses penelitian. Oleh karenanya, kualitas pemecahan suatu masalah sangat bergantung pada ketepatan perumusan masalahnya.

Perumusan masalah merupakan kegiatan memformulasikan masalah penelitian ke dalam sautu rumusan kalimat tanya. Perumusan dalam bentuk kalimat tanya dimaksudkan supaya penelitian berada di dalam keadaan yang siap untuk melaksanakan aktivias guna memberikan pemecahan masalah. Perumusan masalah merupakan kegiatan yang tidak sembarangan. Dari pertanyaan yang salah tidak bisa diharapkan jawaban yang benar. Pertanyaan yang berbeda mengarahkan pada kegiatan dan jawaban yang berbeda pula. Kebenaran jawaban setengahnya ditentukan oleh ketepatan formulasi pertanyaan masalah.

Perumusan masalah harus memuat beberapa karakteristik. Menurut Bass, Dunn, Norton, Stewart, dan Tudiver (1972: 20), perumusan masalah harus mengandung empat karakteristik, yaitu: (1) memuat hubungan variabel, (2) dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan, (3) memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan, (4) tidak menyatakan posisi moral atau etik.

Yang dapat dijadikan sumber masalah dalam penelitian adalah


1)   Memuat hubungan variabel.

Perumusan masalah harus dengan jelas memperlihatkan variabel yang hendak ditangani dalam penelitian. Di samping itu, penelitian juga harus menjelaskan apa yang hendak dilakukan atas variabel. Dengan menetapkan variabel dan hubungannya, maka penelitian tidak bersifat eksploratif dan berangkat dari keadaan kosong. Peneliti berada dalam keadaan siap mencari jawaban dan tidak spekulatif. Pertanyaan yang baik tidak sekedar dibuat, tapi juga ditemukan.

2)   Dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan.

Perumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya sehingga harus dirumuskan dala kalimat tanya. Rasa ingin tahu manusia ditandai dengan pengajuan pertanyaan. Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya untuk menunjukkan semangat rasa ingin tahu. Dengan merumuskan masalah dalam bentuk kalimat tanya maka peneliti berada dalam posisi siap untuk melakukan langkah-langkah untuk mencari tahu jawabannya. Pertanyaan masalh mendorong peneliti untuk merancang desain, menentukan metode, memilih teori, merancang alat ukur pengumpulan data, dan merancang teknik yang diperlukan untuk menganalisis data yang dikumpulkan.

3)    Memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan.

Masalah harus dapat diuji secara empiris. Hal itu mengandung implikasi bahwa variabel-variabel yang hendak diuji hubungannya harus memungkinkan pengumpulan data. Kemungkinan pengujian empiris mempunyai implikasi bahwa masalah menyatakan pengujian hubungan dan memungkinkan pengukuran variabel (Kerlinger,1996: 29). Penelitian kuantitatif mengharuskan kesimpulan terbuka untuk diverifikasi. Kesempatan untuk melakukan verifikasi dapat diperoleh bila pengumpulan data dilakukan secara objektif, empiris, dapat diamati dan terukur. Untuk itu masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang melibatkan variabel yang memungkinkan pengumpulan data.

4)   Tidak menyatakan posisi moral atau etik.

Pertanyaan ilmiah haruslah netral. Masalah moral atau etik terkait dengan penilaian baik-buruk, indah-jelek, dan sebagainya, yang sarat dan moralistik. Misalnya: guru yang baik, siswa yang sukses, metode mengajar yang efektif, dan sebagainya. Pertanyaan demikian bukan pertanyaan yang baik prosedur validasinya sukar karena konsensus sulit dicapai dan kriteriannya kontroversial. Ilmu haruslah bebas nilai dan nertal supaya tidak bias. Penelitian kuantitatif mengejar kebenaran yang bersifat positif, objektif, bebas nilai, terukur, dapat diamati, serta dapat diuji. Oleh karenanya masalah yang dirumuskan tidak boleh valuatif dan moralistik. Etika, norma dan moral sangat terikat pada budaya sehingga kriterianya kontroversial. Oleh karena masalah terikat pada budaya maka hukum umum dan universal yang menjadi tujuan penelitian tidak dapat dicapai.

Berikut dicontohkan kegiatan perumusan masalah dalam penelitian berjudul: “Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa SMU di Surakarta Tahun 2007”.

A.    Latar belakang masalah

Latar belakang masalah dapat memuat informasi mengenai:

1.                  Rendahnya prestasi belajar siswa Indonesia di tingkat dunia dan rendahnya indeks sumber daya manusia Indonesia.

2.                  Tingginya angka pengangguran terdididk yang mencerminkan rendahnya pengakuan dunia kerja terhadap lulusan sekolah.

3.                  Masih tingginya angka ketidaklulusan siswa pada Ujian Nasional di Surakarta.

4.                  Rendahnya motivasi belajar melahirkan mental pendidikan yang asal lulus dan rendahnya budaya kompetisi.

Sejumlah masalah yang mempunyai potensi berhubungan dengan prestasi belajar dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1.                  Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.

2.                  Hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar.

3.                  Hubungan antara status sosial ekonomi dengan prestasi belajar.

4.                  Hubungan antara gaya hidup dengan prestasi belajar.

5.                  Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar.

6.                  Hubungan antara sikap terhadap mata pelajaran dengan prestasi belajar.

7.                  Hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar.

Dari sejumlah masalah yang diidentifikasi, penelitian mambatasi pada “hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar”.

Berdasarkan pada masalah yang dibatasi, maka dapat dirumuskan masalah: (1). Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar? Dan (2). Berapa besar sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar?  ( Purwaanto, M. Pd.)

Rumusan masalah adalah salah satu tahap yang penting dalam penetuan tahap-tahap penelitian selanjutnya. Rumusan masalah dikatakan baik bila dapat menjadi petunjuk dalam pengumpulan data dan sinkron dengan tujuan penelitian.

Terdapat tiga macam rumusan masalah, yakni:

1)   Rumusan masalah deskriptif

Rumusan masalah deskriptif merupakan rumusan masalah yang berkenaan dengan pernyataan tergadap keberadaan variabel mandiri. Baik hanya pada satu variabel atau lebih.

Contoh: Berapa lama kemampuan daya tahan dari lampu pijar merek A. Sehingga bisa didapatkan hipotesis deskriptif HO kemampuan daya tahan lampu pijar merek A sama dengan 700 jam. Dan diperoleh Ha kemampuan daya tahan lampu pijar merek A tidak sama dengan 700 jam.

2)   Rumusan masalah komparatif

Rumusan masalah komparatif merupakan rumusan masalah yang dalam penelitiannya membandingkan variabel (satu atau lebih) pada smpel atau waktu yang berbeda. Misalnya, bagaimana perbedaan kedisiplinan PT. X pada departemen A dan departemen B?

3)   Rumusan masalah asosiatif

Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Misalnya, apakah terdapat hubungan imbalan dengan motivasi kerja?

Terdapat beberapa cara dalam merumuskan masalah, antara lain:

1.         Rumusan masalah jelas dan padat.

2.         Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.

3.         Rumusan masalah berisikan implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.

4.         Rumusan masalah merupakan dasar dalam membuat hipotesa.

Senada dengan pendapat tersebut di atas Nazir(1988:143) mengemukakan bahwa:

1.         Rumusan masalah berisikan implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.

2.         Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.

3.         Rumusan masalah hendaknyajelas dan padat.

4.         Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

5.         Rumusan masalah merupakan dasar dalam membuat hipotesa.

Lebih lanjut lagi Nazir (1988:144-145) menyatakan bahwa terdapat 2 cara dalam memformulasikan masalah penelitian. Pertama, dengan cara menurunkan masalah dari teori yang ada. Dan kedua, mengadakan observasi langsung di lapangan. Setelah  masalah tersebut diformulasikan maka langkah selanjutnya yiatu mambuat tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan sebuah pernyataan mengenai apa yang ingin untuk dicari atau yang hendak ditentukan. Tujuan penelitian disini haruslah dinyatakan secara lebih spesifik dari pada perumusan masalah. Jadi masalah merupakan suatu konsep yang masih dalam bentuk abstrak, maka untuk tujuan penelitian harus dalam bentuk yang lebih konkrit.

KESIMPULAN

Masalah adalah suatu celah kosong di wilayah ketidaktahuan manusia. Penelitian dilakukan guna mengisi kekosongan tersebut dan mengubah wilayah itu ketidaktahuan menjadi pengetahuan. Perumusan masalah merupakan aktivitas yang sangat menentukan dalam sebuah penelitian, karena masalah yang dirumuskan akan mengarahkan seluruh aktivitas penelitian. Perumusan masalah ditentukan melalui prosedur yang berurutan berawal dari mendeskripsikan latar belakang masalah penelitian, mengidentifikasi masalah penelitian, membatasi masalah dan juga merumuskan masalah penelitian. Masalah yang dirumuskan harus memenuhi 4 syarat yaitu: dirumuskan menggunakan kalimat tanya, menyatakan hubungan variabel, memungkinkan pengumpulan data dan tidak menyatakan posisi moral atau etik. Judul penelitian ditentukan sesudah peneliti merumuskan masalah penelitiannya. Judul bisa ditentukan terlebih dulu jika peneliti sudah merumuskan dalam pikiran mereka tentang masalah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R dan D). ALFABETA: Bandung

Purwanto, M. Pd . 2010. Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka pelajar: yogyakarta