Wariga dewasa untuk upacara Pitra Yadnya dapat dibedakan menjadi 3 sebutkan dan jelaskan

Padewasan berasal dari kata “dewasa”  mendapat awalan pa- dan akhiran - an (pa-dewasa-an).  Dewasa artinya  hari pilihan, hari baik. Padewasan berati ilmu tentang hari yang baik. Dewasa Ayu artinya hari yang baik untuk melaksanakan suatu.

Selanjutnya kata “Divesa” (Sansekerta) berasal dari akar kata “div” yang artinya Sinar.  Dari kata div lalu menjadi divesa yang berati sorga, langit, hari. Dari uraian tersebut dapatlah diketahui bahwa kiranya kata divesa itulah mengalami peluluhan pengucapan menjadi kata “dewasa” yang berati  hari pilihan atau hari yang baik.

Kata wariga  dalam bahasa Bali, memiliki hubungan  genetik dengan bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna. Dalam bahasa Sansekerta dikenal sebuah kata ‘vara’ yang artinya terbaik, berharga, terbaik diantara, lebih baik dari pada. Kata vara  dalam bahasa Sansekerta kemuadian menjadi wara  dalam bahasa Jawa Kuna, yang berati pilihan, harapan, anugrah, hadiah, kemurahan hati; terpilih, berharga, bernilai, terbaik paling unggul diantara. Dalam bahasa Jawa Kuna juga dikenal kata wara  yang memakai ā dirgha (panjang) mempunyai arti waktu yang telah ditetap untuk sesuatu.

Jadi berdasarkan beberapa uraian dapat dijelaskan wariga  dalam pengertian bahasa Bali adalah ajaran mengenai sistem kelender/tarikh tradisional Bali, terutama dalam menentukan diwasa/dewasa (baik-buruknya hari) terkait kepentingan masyarakat. Jadi Padewasan dapat ditentukan  dengan menggunkan wariga.

1.      Hakikat dan tujuan Padewasan

Dewasa sebagai suatu kebutuhan dalam pelaksanaan aktifitas hidup umat Hindu bertujuan memberikan rambu-rambu kemungkinan-kemungkinan pengaruh baik-buruk hari terhadap berbagai usaha manusia. Secara hakikat seperti yang dijelaskan pada maksud dan tujuan Wariga dan Dewasa adalah :

1)      Memberi ukuran atau pedoman yang perlu dilakukan oleh orang yang akan melaksanakan suatu pekerjaan berdasarkan ajaran agama Hindu dengan harapan bisa berhasil dengan baik

2)      Untuk memberi penjelasan tentang berbagai kemungkinan akibat yang timbul akibat pemilihan hari yang dipilih sehingga memberikan alternatif lain yang akan di pilih.

3)      Sebagai suplemen dalam mempelajari Veda dan agama Hindu sehingga dalam menjalankan ajarannya bisa dilaksanakan secara tepat sesuai pengaruh waktu dan planet-planet yang berpengaruh pada waktu-waktu tertentu.

2.      Cara-Cara Menentukan Padewasan

Ada lima pokok yang harus dipahami dalam menentukan padewasan yaitu  Wewaran, Wuku, Penanggal Panglong, Sasih dan Dauh.

Wewaran

Wewaran adalah bentuk jamak dari kata wara yang berati hari. Wewaran (Sansekerta) dari akar kata wara (diduplikasikan/dwipura) dan mendapat akhiran – an (we + wara + an) sehingga menjadi wewaran, yang berati istimewa, terpilih, terbaik, tercantik, mashur, utama, hari. Jadi wewaran adalah hari yang  baik atau hari yang utama untuk melakukan suatu hal atau suatu pekerjaan.

a.    Wuku

Wuku memegang peranan penting dalam menentukan padewasan. Wuku atau buku  (bahasa bali) berati ruas, Perhitungan Setiap wuku (1 wuku) lamanya  7 hari, terhitung dari Redite, Coma, Anggara, Buddha, Wraspati, Sukra, dan Saniscara.  Sebulan dalam tahun wuku lamanya 35 hari, didapat dari mengalikan 7 hari dengan 5 wuku. Satu peredaran wuku (30 wuku) lamanya 6 bulan dalam tahun wuku. 1 Tahun wuku terdiri dari 2 kali peredaran wuku, yakni 7 hari x 30 wuku  x 2 = 420 hari.

b.   Penaggal dan Pangglong

Penanggal dan Pangglong perhitungannya berdasarkan peredaran bulan satelit dari bumi. Penanggal (tanggal) disebut pula Suklapaksa yaitu perhitungan hari-harinya dimulai sesudah bulan mati (tilem) sampai dengan purnama (bulan sempurna). Lama penaggal 1 sampai dengan 15 lamanya 15 hari. Penanggal ke 14 atau sehari sebelum purnama disebut Purwani artinya bulan mulai akan sempurna Nampak dari bumi. Sedangkan Penanggal ke 15  disebut purnama artinya bulan sempurna nampak dari bumi. Pada hari Purnama merupakan hari beryoganya Sang Hyang Candra (Wulan).

        Panglong disebut pula Krsnapaksa yaitu  perhitungan hari dimulai  sesudah purnama yang lamanya juga 15 hari dari panglong 1 sampai dengan pangglong 15. Panglong ke 14 sehari sebelum tilem disebut Purwaning Tilem artinya  bulan mulai tidak akan Nampak dari bumi. Sedangkan pangglong 15 disebut tilem artinya bulan sama sekali tidak Nampak dari bumi. Pada hari tilem beryoganya Sang Hyang Surya.

c.       Berdasarkan Sasih

        Sasih disebut masa artinya bulan. Masa/bulan dapat diartikan waktu sehubungan umurnya tahun. Dalam satu tahun terdiri atas 12 masa atau 12 bulan.  Jenis sasih antara lain :

a)      Sasih Wuku adalah sasih yang mengikuti jalannya wuku yaitu 2 x 210 hari lamanya 420 hari. tiap bulan umurnya 35 hari.

b)      Sasih Candra adalah sasih yang mengikuti peredaran bulan mengelilingi  bumi yang lamanya  354/355 hari. Setiap bulan umurnya 29/30 hari tepatnya 29 hari 24 jam 44 menit 9 detik

c)      Sasih Surya adalah  sasih yang mengikuti peredaran  bumi mengelilingi matahari lamanya 355/366 hari. Tepatnya dalam setahun 365 hari 5 jam 43 menit 46 detik. Tiap bulan umurnya berkisar 30/31 hari dan sasih Kawolu berumur 28/29 hari

d)      Sasih Pranatamasa adalah  sasih yang mengikuti peredaran bumi mengelilingi matahari lmanya 365/366 hari. Tepatnya 365 hari 5 jam 48 menit 45 detik. Tiap bulan mempunyai umur tersendiri, sedangkan sasih kawolu umurnya 26/27 hari

d.      Dauh

Padewasan menurut dauh merupakan ketetatap dalam menentukan waktu yang baik dalam sehari guna penyelenggaraan suatu upacara-upacara tertentu. Pentingnya dari dewasa dauh akan sangat diperlukan apabila upacara-upacara yang akan dilakukan sulit mendapatkan hari baik (dewasa ayu).

3.      Padewasan Baik Untuk Upacara dan Pertanian

Agama Hindu tidak bisa di pisahkan dari budaya agraris (pertanian). Demikian pula dalam pelaksanaan aktivitas keagamaan antara Upacara dan pertanian memiliki hubungan yang erat. Upacara sebagai bagian dari tri kerangka dasar agama Hindu, sedangkan  sarana yang dipersembahkan dalam upacara adalah  bersumber dari hasil pertanian. Seperti yang disebutkan dalam  Bhagawad Gita   “Patram puspam phalam toyam yo me bhaktya parayacati, tad aham bhaktyupahitam anami prayatatmanah” Siapapun yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, atau seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan  dari orang yang berhati suci.

a)      Hari Baik untuk Upacara

Dalam konsep  ajaran Agama Hindu setiap kelahiran manusia ke dunia membawa atau memiliki tiga hutang yang disebut tri rna. Seperti disebutkan dalam Menawa Darmasastra bahwa kelepasan baru bisa diujudkan apabila tiga hutang telah di bayar. Hutang kepada Tuhan, Leluhur dan orang tua. Secara umum tri rna menimbulkan pelaksanaan Panca Yadnya, yaitu lima jenis kurban suci yang di tujukan kehadapan Tuhan, para Bhuta, kepada Rsi atau orang suci, kepada orang tua, dan juga kepada sesama manusia. Mempersembahkan upacara merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari Panca yadnya tersebut. Pelaksanaan Kelima jenis yadnya dalam Panca Yadnya , memiliki hari baik (padewasan) yang berbeda-beda sesuai dengan upacara yadnya yang akan dilaksanakan. Di bawah ini akan diuraikan beberapa contoh hari baik untuk melaksanakan upacara yadnya :

a.       Upacara Dewa yadnya

Pelaksanaan upacara Dewa Yadnya secara periode dan berkelanjutan dilaksanakan pada saat pelaksanaan hari suci atau rerainan,  baik itu berdasarkan wuku, sasih, atau gabungan dari wewaran dan wuku. Selain itu padewasan yang sifatnya khusus untuk melaksanakan upacara Dewa yadnya  misalnya sasih yang baik untuk melaksanakan upacara Dewa yajna adalah kapat, kelima, kepitu dan kedasa. Amerta Bhuana : Dewasa Ayu untuk Dewa Yadnya, Pemujaan Tuhan Yang Maha Esa  serta leluhur untuk mendapat kesejahteraan. Amerta Dewa    :  Hari baik melaksanakan dharma, Panca yajna, khususnya dewa yajna, juga hari yang baik digunakan untuk membangun khayangan/tempat-tempat suci. (Lebih lengkap bisa di buku Wariga Padewasan)

b.      Upacara Bhuta Yadnya

Upacara Bhuta yajna yang secara khusus dilakukan apabila alam dalam keadaan tidak simbang, seperti terjadninya bencana. Termasuk pada sasih-sasih tertentu yang diyakini memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap kehidupan manusia. Seperti contoh Sasih baik untuk bhuta yadnya : keenem dan kesanga. Dewa Mentas : Hari yang cocok untuk melaksanakan Bhuta yajna

c.       Upacara Rsi Yadnya

Pelaksanaan Rsi Yadnya seperti melakukan upacara mediksa,  atau medwijati menyucikan diri sebagai orang suci, seperi amerta dewa, amerta masa, ayu nulus, dewa werdhi, dan yang lainnya. Untuk memberikan punya kepada pada orang suci baik dilakukan pada saat Siwa Ratri, atau hari-hari yang lainnya yang  kaitannya tugas dan fungsi orang suci saat muput upacara.

d.       Upacara Pitra Yadnya

      Sasih yang baik untuk memukur (atmawedana) : kedasa

                            Sasih yang baik untuk pitra yadnya : kasa, karo, ketiga

Kala Gotongan  adalah hari yang pantang untuk mengubur, kremasi, ngaben (atiwa-tiwa) karena berakibat kematian berturut-turut. Tapi hari ini baik untuk pekerjaan dengan cara memikul atau bergotong royong.

Was Penganten : pantang untuk mengubur ataupun kremasi, karena bisa berakibat banyak orang sakit atau meninggal

Amerta Akasa : Hari baik untuk pemujaan kepada leluhur guna memperoleh pengetahuan serta berwawasan yang lebih luas

Sedana Tiba : Dewasa Ayu mengadakan upacara terhadap leluhur di sanggah/mrajan

e.       Upacara Manusa Yadnya

Jenis dari pelaksanaan upacara Manusa yajna sangat banyak, yaitu mulai dari janin berada dalam kandungan hingga meninggal. Saat bayi lahir sesungguhnya ia telah mencari hari yang baik bagi kelahirannya. Pada tahap selanjutnya dilakukan rangkaian upacara hingga meningkat Dewasa melalui upacara Rajasewala atau Rajasinga. Pada tahap selanjutnya setelah masa Brahmacari dilanjutkan masa Grhastha Asrama yaitu masa berumah tangga. Memasuki masa berumah tangga didahului dengan proses upacara sarira samskara berupa upacara Pawiwahan. 

  b)  Hari Baik Untuk Pertanian

Bercocok tanam sesuai denganSapta Wara

a.       Redite menanam tanaman yang berbuku (beruas), seperti bambu, tebu, dll

b.      Some menanam tanaman yang berumbi, seperti ketela, bangkuang, kentang, dll

c.       Anggara menanam tanaman yang daunnya bisa dimanfaatkan, seperti sirih, sayuran dll

d.      Budha menanam segala jenis tanaman yang berbunga (yang dimanfaatkan)

e.       Wrhaspati menanam tanaman yang berbiji atau segala biji-bijian

f.       Sukra menanam tanaman yang berbuah

g.       Saniscara menanam tanaman yang hidupnya melilit.

Pantangan Menanam tanaman pada saat : Kala Mereng, Watek Ular

4. Manfaat Padewasan dan akibat baik buruknya

Tradisi Astronomi Nusantara telah memiliki interprestasi khusus atas benda-benda angkasa  seperti misalnya matahari, bulan bintang dan komet. Kemunculan dari benda-benda angkasa ini dipakai oleh masyarakat untuk menentukan berbagai keperluan misalalnya  menentukan hari baik, masa tanam, arah pelayaran dan lain-lain. Selanjutnya dari pertanda alam tersebut Astronomi berkembang menjadi Astrologi dan dipakai untuk memprediksi musim, cuaca, ataupun meramal berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia dan alam sekitarnya. Sehingga pengaruh benda-benda langit menjadi penting dalam kehidupan masyarakat Hindu dalam menentukan padewasan.

Manfaat baik Padewasan

Munculnya rasa mendekatkan diri kepada Tuhan

Munculnya rasa keselarasan dengan alam

Munculnya sifat kehati-hatian dalam melakukan suatu kegiatan

Kegiatan yang akan dilakukan dapat tersusun dan terencana sesuai dengan hari baik.

Sebagai rambu-rambu kemungkinan-kemungkinan pengaruh baik-buruk hari terhadap berbagai usaha manusia.

Melihat cocok atau tidak cocoknya perjodohan oleh karena pembawaan dari pengaruh kelahiran yang membawa sifat tertentu kepada seseorang.

Akibat Buruk Padewasan

Segala sesuatu kegiatan yang akan di lakukan tidak bisa segera diujudkan, karena harus menunggu hari baik.

Munculnya rasa tidak percaya diri atau rasa ketakutan apabila melakukan suatu kegiatan tidak sesuai dengan dewasanya.

Munculnya sikap-sikap yang ingin melawan kodrat alam seperti contoh, saat musim hujan melaksanakan kegiatan, karena kegiatan dipaksakan untuk dilaksanakan akhirnya menggunkan sinar lazer untuk  mengusir awan. Hal ini berdampak pada ketidakseimbangan kondisi alam.

5.      Dampak positif dan negatif dari Padewasan

Dalam melakukan suatu kegiatan, memilih dan menentukan padewasan, memiliki dampak positif dan negatif bagi orang yang melksanakan termasuk juga berpengaruh pada kegiatan dan hasil yang diperoleh. Sehingga secara fsikologis hal ini berdampak pada kehidupan manusia.

Dampak positif dari padewasan adalah akan memunculkan keyakinan yang tinggi (sradhha) dalam melakukan suatu kegiatan. Sehingga dengan berlandaskan keyakinan niscaya suatu kegiatan yang dilakukan akan berhasil dengan baik.


Sedangkan dampak negatif dari padewasan adalah adanya suatu beban psikologis atau rasa ketakutan apabila melakukan suatu kegiatan tidak sesuai dengan dewasa-nya. Sehingga dalam melakukan suatu kegiatan akan muncul suatu keragu-raguaan. Jika demikian halnya akan berdampak pada hasil yang kurang baik.

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA