Untuk siapa Allah menciptakan dunia dan seisinya?

Opini

Kenapa Allah Menciptakan Alam Semesta?

Foto: Ilustrasi

Oleh Rumail Abbas

Dahulu kala, saat alam semesta belum menjadi apa-apa, dan waktu belum ada, Allah sudah duduk di singgasana-Nya. Dia sudah memiliki seluruh keagungan, pujian, dan kesempurnaan. Setelah alam tercipta, hingga semodern sekarang, banyak manusia tidak ambil pusing untuk bertanya: Urusan apa Dia menciptakan hal ini semua? Untuk apa Dia menciptakan surga dan neraka jika Dia mengetahui manusia akan beriman atau tidak beriman?

Tentang surga dan neraka, jika keduanya tidak diciptakan, mungkin tata hidup manusia akan lebih kacau. Untuk menguatkan logika, coba kita memakai jalan pemikiran ini: jika suami yang Anda cintai dibunuh orang, apakah Anda menerimanya? Jika harta Anda dicuri orang, apakah Anda menerimanya? Jika anak gadis Anda diperkosa orang, apakah Anda menerimanya? Jika anak balita Anda dijual orang, apakah Anda menerimanya? Jika anggota tubuh Anda, kaki misalnya, dipotong dan dicincang-cincang orang, apakah Anda menerimanya?

Jika Anda tidak bermasalah dengan kemaksiatan seperti itu, maka di dunia ini akan terjadi pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, penelantaran anak-anak, dan jual beli manusia, mutilasi, dan semua hal itu akan berjalan biasa-biasa saja. Jika surga-neraka tidak ada, manusia akan diuntungkan untuk melakukan kejahatan. Karena ketika manusia membunuh, mencuri, memerkosa, dan menjual anak, semua hal itu tidak akan diperhitungkan di akhirat, tidak akan dimasukkan ke neraka, apalagi dimasukkan ke surga.

Masih ada surga-neraka saja masih banyak kejahatan, bagaimana jika tidak diciptakan? Jadi surga-neraka sebenarnya diciptakan untuk kebaikan hidup kita sendiri di dunia. Lantas kenapa Allah masih saja menciptakan manusia jika mereka akan tetap melakukan kejahatan?

Tentang manusia sendiri saja, sudah berapa cabang ilmu yang lahir hanya dengan mempelajarinya? Antropologi, ilmu tentang manusia, terpecah menjadi antropologi biologis dan antropologi sosial budaya. Dan antropologis biologis masih dapat dipecah menjadi cabang-cabang ilmu lain seperti palaeoantropologi, somatologi, bioarkeologi, ekologi, paleopatologi, dan lain sebagainya. Biologi, ilmu tentang kehidupan, yang lahir pada masa sebelum masehi, hingga sekarang berkembang secara luar biasa dan melahirkan ilmu anatomi, fisologi , botani, teori-teori sel dan genetika, dan seterusnya. Biologi pun terpecah menjadi ranah-ranah yang lebih spesifik seperti: aerobiologi, agrikultur, bioinformatika, epidemiologi, hingga bioteknologi yang masih kontroversial karena mempelajari manipulasi materi hidup dan modifikasi genetik.

Harus diketahui lebih awal bahwa Allah tidak memerlukan alasan untuk menciptakan sesuatu, atau tidak menciptakannya. Apa yang sudah disebutkan di atas tadi, tentang ilmu antropologi dan ilmu biologi, sama sekali Allah tidak memerlukan alasan untuk menciptakan manusia sehingga lahir ilmu-ilmu itu. Namun Allah tidak membiarkan manusia begitu saja, dan oleh karena itu Dia menitipkan akal kepada manusia untuk berpikir. Sudah jamak diketahui bahwa kian hari kian banyak ilmuan dari segala bidang ilmu pengetahuan, dan hal ini adalah titik awal untuk mengetahui maksud Dia menciptakan alam semesta.

Kesimpulannya, makin hari makin muncul para ilmuwan dalam bidang-bidangnya, dan hasil akhirnya adalah: alam semesta diciptakan dengan ketelitian, lengkap dengan segala keteraturan di dalamnya yang amat sempurna. Jika terdapat satu saja hal yang tidak teliti di dalam alam semesta, niscaya ia tidak akan bekerja/berfungsi secara benar. Jadi, adakah yang masih menanyakan bahwa alam semesta ini diciptakan atas hal yang sia-sia? Jika alam saja diciptakan tanpa hal yang sia-sia, lantas adakah manusia diciptakan atas hal yang sia-sia?

Rumail Abbas, Gusdurian Jepara, peneliti di Komunitas Rumah Kartini, dapat ditemui di twitter: @Stakof

Tags:

Opini Lainnya

  • Langkah Gus Dur Membangun Kemandirian Ekonomi

    Ahad, 30 Jan 2022

  • Korelasi Islam dengan Ideologi Lain (1): Kapitalisme

    Sabtu, 29 Jan 2022

  • Sel-sel NII (7): Modernis Radikal, Tradisionalis Radikal

    Jumat, 28 Jan 2022

  • Ketika Nusantara Jadi Tujuan Penjelajahan Saudagar

    Rabu, 19 Jan 2022

  • Munas dan Muktamar NU Lampung: Simbol Penguatan Metodologi Akademik

    Ahad, 9 Jan 2022

  • Kelompok Ahlussunnah dan Keharmonisan Sebuah Bangsa

    Ahad, 2 Jan 2022

  • Menghindari Sikap Sektarian dalam Beragama

    Jumat, 31 Des 2021

  • Ketika Sandal Muktamirin Tertinggal: Catatan Peserta tentang Muktamar NU

    Sabtu, 25 Des 2021

  • Masa Depan (Muktamar) Nahdlatul Ulama

    Selasa, 21 Des 2021

  • NU di Pusaran Megatren

    Selasa, 21 Des 2021

Terpopuler

  • 1

    Di Balik Supremasi Syuriyah Mutlak KH Miftachul Akhyar

  • 2

    Sel-sel NII (7): Modernis Radikal, Tradisionalis Radikal

  • 3

    Ketika Nusantara Jadi Tujuan Penjelajahan Saudagar

  • 4

    Korelasi Islam dengan Ideologi Lain (1): Kapitalisme

  • 5

    Islam dan Korelasinya dengan Ideologi lain (2): Sosialisme

  • 6

    Harapan Baru Menuju Abad Kedua Nahdlatul Ulama

  • 7

    Langkah Gus Dur Membangun Kemandirian Ekonomi

Beranda Tentang NU Redaksi Kontak Kami Download English

© 2022 NU Online | Nahdlatul Ulama

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA