Unsur-unsur pokok yang harus dianalisis oleh sutradara dalam naskah lakon teater adalah

Pementasan teater berasal dari naskah lakon. (unsplash/NathanaRebouças)

adjar.id – Ada unsur dan teknik penyusunan naskah lakon, Adjarian.

Naskah lakon atau skrenario merupakan unsur penting dalam sebuah seni teater atau drama. 

Adanya naskah membuat sutradara dan pemain bisa mengetahui jalan cerita, tema, alur, latar, dan penokohan mengenai pementasan yang akan dimainkan.

Nah, kali ini kita akan membahas mengenai naskah lakon yang berupa unsur dan teknik penyusunannya yang menjadi materi seni budaya kelas 10 SMA.

Lakon sendiri diartikan sebagai peran yang menjadi pusat utama dalam suatu pementasan teater.

Lakon dalam pementasan merupakan hasil karya kolektif dari masyarakat dan seniman atau sastrawan yang diwujudkan dalam bentuk naskah lakon.

Sementara naskah lakon menjadi bentuk penuangan ide cerita ke dalam alur cerita dan susunannya.

Berikut ini unsur dan teknik penyusunan naskah lakon. Simak, yuk!

“Lakon dalam pementasan teater menjadi pokok dari keseluruhan bentuk pementasan.”

Baca Juga: Langkah-Langkah Membuat Naskah Lakon

Page 2

Pementasan teater berasal dari naskah lakon. (unsplash/NathanaRebouças)

Unsur Naskah Lakon

Unsur-unsur naskah lakon meliputi:

1. Tema

Unsur pertama dalam naskah lakon adalah tema cerita yang biasanya akan dipilih sesuai topik.

Misalnya topik yang dipilih adalah tentang persahabatan, maka berhubungan dengan kebersamaan.

2. Amanat

Dalam suatu pementasan yang dibawakan, harus bisa menyampaikan suatu pesan moral atau amanat yang bisa menggugah para penonton.

Oleh karena itu, unsur amanat dalam naskah lakon menjadi sangat penting agar pementasan bisa membuahkan hasil bagi penonton.

“Tema dan amanat adalah unsur yang penting dalam naskah lakon.”

Baca Juga: Teknik Menulis Naskah Drama

Page 3

Pementasan teater berasal dari naskah lakon. (unsplash/NathanaRebouças)

3. Plot

Plot atau jalan cerita merupakan unsur naskah lakon yang memiliki dinamika sehingga membawa penonton bisa menikmati pementasan.

Plot dapat berkembang secara bertahap mulai dari eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, dan keputusan.

4. Karakter

Dalam naskah lakon juga terdapat unsur karakter atau perwatakan dari tokoh-tokoh dalam cerita.

Karakter ini dibuat agar dalam pementasan nantinya bisa lebih berwarna dan beragam, misalnya ada tokoh dengan karakter sabar, pemarah, dan lain sebagainya.

5. Dialog

Dialog dalam naskah lakon bertujuan untuk menghidupkan jalan cerita naskah sehingga plot bisa terlihat jelas oleh penonton.

“Jalan cerita sebuah naskah lakon terwujud dari dialog dan gerak para aktor.”

Baca Juga: Unsur Kegiatan dalam Merancang Pementasan Teater

Page 4

Pementasan teater berasal dari naskah lakon. (unsplash/NathanaRebouças)

6. Setting

Unsur naskah lakon lainnya yaitu setting yang memuat tentang latar, waktu, tempat, dan suasana dalam pengadeganan. 

Penataan panggung dan adegan saat pementasan harus sesuai dengan setting yang terdapat di dalam naskah lakon.

7. Interpretasi

Unsur terakhir dalam naskah lakon adalah interpretasi, di mana pementasan yang dilakukan sebisa mungkin sama dengan kehidupan sebenarnya.

Agar penonton saat melihat pementasan bisa merasakan perasaan yang sama seperti di kehidupan nyata.

“Panggung menjadi tempat pementasan teater, sehingga di panggung harus menggambarkan tata setting yang sesuai dengan naskah lakon.”

Teknik Penyusunan Naskah Lakon

Beberapa teknik yang digunakan dalam penyusunan naskah lakon, antara lain:

Baca Juga: Pengertian Diksi, Pernapasan, serta Intonasi dalam Seni Teater

1. Menerjemahkan

Teknik menerjemahkan adalah teknik penyusunan naskah lakon yang bisa dilakukan untuk memenuhi penyediaan lakon teater.

2. Saduran

Saduran adalah teknik penyusunan naskah lakon dengan mengubah sebagian unsur dari karya orang lain menjadi karya sendiri.

Hal ini dilakukan tanpa merusak dan menghilangkan unsur-unsur pokok lakon dari pengarang sebelumnya.

3. Adaptasi

Teknik adaptasi adalah teknik penyesuaian yang dilakukan terhadap naskah lakon sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pada proses pementasan.

Adaptasi ini biasanya dilakukan dengan mengubah sedikit beberapa bagian dalam naskah agar bisa sesuai dengan pemain.

Nah, itulah Adjarian, unsur dan teknik penyusunan naskah lakon dalam sebuah seni pertunjukan teater.

Baca Juga: Teater Tradisional: Jenis, Ciri, dan Unsur di Dalamnya

Yuk, sekarang jawab pertanyaan berikut ini!

Pertanyaan

Mengapa terdapat unsur karakter dalam naskah lakon?

Petunjuk: Cek halaman 3.

Tonton juga video ini, ya!

Analisis dasar adalah telaah unsur-unsur pokok yang membentuk lakon. Dalam proses analisis ini, sutradara memepelajari seluruh isi lakon dan menangkap gambaran lengkap lakon seperti apa yang tertulis. Jadi, dalam tahap ini sutradara hanya membaca kehendak pengarang melalui lakonnya. Unsur-unsur pokok yang harus dianalisis oleh sutradara adalah senagai berikut.

x Pesan Lakon. Merupakan bahan komunikasi utama yang hendak disampaikan kepada penonton. Berhasil atau tidaknya sebuah pertunjukan teater diukur dari sampai tidaknya pesan lakon kepada penonton. Oleh karena itu, sutradara wajib menemukan pesan utama dari lakon yang telah ditentukan. Apa yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui naskah lakon disebut pesan. Romeo and Juliet karya Shakespeare mengandung pesan bahwa seseorang yang telah menemukan cinta sejati tidak takut terhadap risiko apapun termasuk mati. Pesan ini ingin disampaikan oleh pengarang dengan akhir yang tragis dimana tokoh Romeo dan Juliet akhirnya mati bersama. Dinamika percintaan Romeo dan Juliet yang berakhir dengan kematian inilah yang harus ditekankan oleh sutradara kepada penonton.

x Konflik dan Penyelesaian. Penting mengetahui dasar persoalan (konflik) dalam sebuah lakon karena hal tersebut akan membawa laku aksi para tokohnya. Di bagian mana konflik itu muncul dan bagaimana aksi dan reaksi para tokohnya, pada bagian mana konflik itu memuncak, dan pada akhirnya bagaimana konflik itu diselesaikan. Semua ini akan memberi sudut pandang bagi sutradara dalam melihat, menilai, dan memahami konflik lakon. Selain itu sudut pandang pengarang dalam menyelesaikan konflik dapat menegaskan pesan yang hendak disampaikan.

x Karakter Tokoh. Analisis karakter tokoh sangat penting dan harus dilakukan secara mendetil agar sutradara mendapatkan gambaran watak sejelas-jelasnya. Karena tidak banyak arahan dan keterangan yang dituliskan mengenai karakter tokoh dalam sebuah lakon, maka sutradara harus menggalinya melalui kalimat-kalimat dialog. Perjalanan sebuah karakter terkadang tidak mengalami perubahan yang berarti tetapi beberapa tokoh dalam lakon (biasanya protagonis dan antagonis) bisa saja mengalami perubahan. Oleh karena itu analisis karakter ini harus dilakukan dengan

teliti dan hati-hati sehingga setiap perubahan karakter yang dialami oleh tokoh tidak lepas dari pengamatan sutradara. x Latar Cerita. Gambaran tempat kejadian, peristiwa, dan waktu

kejadian harus diungkapkan dengan jelas karena hal ini berkaitan dengan tata artistik. Untuk mewujudkan keadaan peristiwa seperti dikehendaki lakon di atas panggung maka informasi yang jelas mengenai latar cerita harus didapatkan. Misalnya, gambaran tempat kejadian persitiwa adalah di sebuah gedung maka harus dijelaskan apakah terjadi di sebuah gedung megah, sederhana atau mewah. Apakah gedung tersebut merupakan gedung pertemuan, dewan kota, museum, atau gedung pertunjukan. Di gedung tersebut cerita terjadi di ruang aula, teras gedung, dapur umum, atau di salah satu ruang khusus. Arsitektur gedung itu apakah menggunakan arsitektur kolonial, gaya spanyol, atau ciri khas daerah tertentu. Intinya informasi sekecil apapun harus didapatkan. Hal ini berlaku juga untuk latar peristiwa dan waktu. Semua informasi dikumpulkan dan diseleksi untuk kemudian diwujudkan dalam pementasan. Dengan demikian penonton akan mendapatkan gambaran yang jelas latar cerita yang dimainkan.

2.2 Interpretasi

Setelah menganalisis lakon dan mendapatkan informasi lengkap mengenai lakon, maka sutradara perlu melakukan tafsir atau interpretasi. Berdasarkan hasil analisis, sutradara memberi sentuhan dan atau penyesuaian artistik terhadap lakon yang akan dipentaskan. Proses ini bisa disebut sebagai proses asimilasi (perpaduan) antara gagasan sutradara dan pengarang. Seorang sutradara sebetulnya boleh tidak melakukan interpretasi terhadap lakon, artinya, ia hanya sekedar melakukan apa yang dikehendaki oleh lakon apa adanya sesuai dengan hasil analisis. Akan tetapi sangat mungkin seorang sutradara memiliki gagasan astistik tertentu yang akan ditampilkan dalam pementasan setelah menganalisa sebuah lakon. Proses interpretasi biasanya menyangkut unsur latar, pesan, dan penokohan.

x Latar. Adaptasi terhadap tempat kejadian peristiwa sering dilakukan oleh sutradara. Secara teknis hal ini berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki. Misalnya, dalam lakon mengehendaki tempat kejadian di sebuah apartemen yang mewah, tetapi karena ketersediaan sumber daya yang kurang memadahi maka bentuk penampilan apartemen mewah disesuaikan. Secara artistik, sutradara dapat menafsirkan tempat kejadian secara simbolis. Misalnya, apartemen mewah disimbolkan sebagai pusat kekuasaan maka tata panggungnya disesuaikan dengan simbolisasi tersebut. Ketika

adaptasi ini dilakukan maka unsur-unsur lain pun seperti tata rias dan busana akan ikut terkait dan mengalamu penyesuaian. Penyesuaian inipun berkaitan langsung dengan latar waktu dan peristiwa. Jika apartemen disimbolkan sebagai pusat kekuasaan maka peristiwa yang terjadi di dalamnya juga harus mengikuti simbolisasi ini sedangkan latar waktunya bisa ditarik ke masa lalu atau masa kini seperti yang dikehendaki oleh sutradara. Oleh karena itulah pentas teater dengan lakon-lakon yang sudah berusia lama seperti Oedipus, Antigone,

Romeo and Juliet masih aktual dipentaskan sekarang ini.

x Pesan. Hal yang paling menarik mengenai penyampaian pesan kepada penonton adalah caranya. Cara menyampaikan pesan antara sutradara satu dengan yang lain bisa berbeda meskipun lakon yang dipentaskan sama. Cara menyampaikan pesan ini menjadi titik tafsir lakon yang penting karena pesan inilah inti dari keseluruhan lakon. Untuk menekankan pesan yang dimaksud ada sutradara yang memberi penonjolan pada tata artistik, misalnya warna-warna yang digunakan di atas panggung. Ada juga sutradara yang menonjolkan laku aksi aktor di atas pentas sehingga adegan dibuat dan dikerjakan secara detil. Masing-masing cara penonjolan pesan ini mempengaruhi unsur-unsur lain dalam pementasan. Dengan demikian sutradara harus benar-benar memikirkan cara menyampaikan pesan lakon dengan mempertimbangkan unsur-unsur lakon dan sumber daya yang dimiliki.

x Penokohan. Tafsir ulang terhadap tokoh lakon paling sering dilakukan. Hal ini biasanya berkaitan dengan isu atau topik yang sedang hangat terjadi di masyarakat. Tafsir ulang tokoh tidak hanya sekedar mengubah nama dan menyesuaikan bentuk penampilan fisik, tetapi juga mental, emosi, dan keseluruhan watak tokoh. Misalnya, sebuah lakon yang tokoh-tokohnya memiliki latar belakang budaya Eropa hendak diadaptasi ke dalam budaya Indonesia. Banyak hal yang harus dilakukan selain mengganti nama dan penampilan fisik, yaitu cara berbicara, gaya berjalan, tata krama, pandangan hidup, takaran emosi dan cara berpikir. Semuanya memliki keterkaitan. Misalnya, dalam budaya Eropa orang bepikir secara bebas sementara orang Indonesia cenderung mempertimbangkan hal-hali lain (tata krama, pranata sosial) di luar hal utama yang dipikirkan. Hal ini mempengaruhi hasil pemikiran dan cara mengungkapkan hasil pikiran tersebut. Dengan demikian cara pandang sutradara terhadap keseluruhan lakon pun harus diubah atau mengalami penyesuaian.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA