Umat Hindu menggunakan sanggar sebagai pemujaan kemudian tempat itu diubah namanya menjadi

Bentuk dan jenis tempat Suci Agama Hindu

Pengertian Tempat Suci bagi Umat Hindu

      Setiap agama di dunia ini pasti mempunyai tempat suci untuk beribadah. Banyak tempat beribadah di bangun untuk di buat memuja Tuhan. Pura merupakan tempat suci bagi Umat Hindu. Pada mulanya istilah Pura yang berasal dari kata Sanskerta itu. Sebelum dipergunakan kata Pura untuk manamai tempat suci atau tempat pemujaan dipergunakanlah kata “Kahyangan atau Hyang”. berarti kota atau benteng yang sekarang berubah arti menjadi tempat pemujaan Hyang Widhi

Tempat-tempat yang dianggap suci disebutkan pada bagian awal dari tulisan ini (Tantra Samuccaya I.1.28), yakni di Tìrtha atau Patìrthan, di tepi sungai, tepi danau, tepi pantai, pertemuan dua sungai atau lebih, di muara sungai, dipuncak-puncak gunung atau bukit-bukit, di lereng-lereng pegunungan, dekat pertapaan, di desa-desa, di kota atau pusat-pusat kota dan di tempat-tempat lain yang dapat memberikan suasana bahagia. Untuk itu banyak pura-pura yang di bangun di tempat-tempat yang disebutkan itu sejatinya untuk memperoleh ketenangan pada saat memuja Sang Hyang Widhi Wasa. Istilah Pura pertama kali berasal dari masyarakat Hindu di Bali namun sekarang nama Pura sudah di pakai untuk menamai tempat suci Umat Hindu secara nasional. Konsepsi Pura sebagai tempat pemujaan untuk dewa manifestasi Hyang Widhi di samping juga untuk pemujaan roh leluhur yang disebut Bhatara. Hal ini memberikan salah satu pengertian bahwa Pura adalah simbul Gunung (Mahameru) tempat pemujaan dewa dan bhatara.

Jenis – jenis Tempat Suci Umat Hindu

1.      Pura

            Istilah pura berasal dari kata Pur yang artinya Kola, bening. Pura berarti suatu tempat yang khusus dipakai untuk dunia kesucian. Sebelum Pura diperkenalkan sebagai tempat suci atau tempat pemujaan, dipergunakan Hyang atau Kahyangan untuk tempat pemujaan umat Hindu.

2.      Candi

Candi berasal dari kata Candika Grha artinya Rumah Durga. Dan pengertian ini akhirnya candi dijadikan tempat pemujaan untuk Dewi Durga. Di India candi merupakan sarana pemujaan, dan merupakan simbol gunung Mahameru sebagai tempat para Dewa. Maka itu, candi merupakan tempat pemujaan kepada dewa. Nama lain candi adalah Prasada, Sudarma, Mandira. Menurut Dr. Sukmono mengatakan bahwa fungsi candi seperti:

a.         Candi berfungsi sebagai tempat pemujaan, seperti Candi Dieng, Candi Prambanan, Candi Penataran.

b.         Candi berfungsi sebagai pemujaan roh suci, seperti Candi Kidak, Candi Jago, Candi Singosari, Candi Simpino, Candi Jaui.

c.         Candi berfungsi sebagai tempat semedi, seperti Candi Borobudur, Candi Pauon, Candi Mendut, Candi Sewu, Candi Kalasan, Candi Sari.

3.      Kuil atau Mandir

Kuil (Mandir) adalah tempat suci umat Hindu dari keturunan India Tamil. Fungsi Kuil adalah tempat suci untuk memuja manifestasi Tuhan (Dewa) yang dikagumi.

4.      Balai Antang

Balai Antang adalah tempat suci umat Hindu dari Kaharingan. Balai Antang ini dibuat dari kayu yang dirangkai sehingga bentuknya mirip dengan pelangkiran di Bali. Fungsi Balai Antang adalah sebagai tempat menstanakan roh leluhur yang sudah di sucikan yang bersifat sementara.

5.      Balai Kaharingan

Balai Kaharingan adalah tempat suci umat Hindu dari Kaharingan. Bentuk hampir mirip bangunan rumah, dan di ruangan diletakkan sebuah tiang yang besar sebagai penyangga. Atapnya bersusun tiga, semakin keatas semakin kecil. Fungsi Balai Kaharingan adalah untuk menstanakan Hyang Widhi dengan berbagai manifestasinya. Balai Kaharingan dibangun ditengah-tengah wilayah masyarakat atau pada tempat yang mudah dijangkau oleh umat Hindu Kaharingan untuk melaksanakan persembahyangan.

6.      Sandung

Sandung adalah tempat suci umat Hindu Kaharingan. Sandung terbuat dari kayu dirangkai berbentuk pelinggih rong satu, bentuk atapnya segi tiga sama kaki dan memakai satu tiang sebagai penyangga. Sandung diletakkan diluar rumah atau dipekarangan. Fungsi Sandung adalah sebagai Stana roh leluhur yang telah disucikan.

7.      Inan Kapemalaran Pak Buaran

Adalah tempat suci umat Hindu Tanah Toraja, dengan ciri-cirinya terdapat Lingga/batu besar, Pohon Cendana dan Pohon Andong. Pak Buaran merupakan tempat sembahyang yang digunakan dalam lingkungan satu Desa (di Bali sama dengan Pura Desa).

8.      Inan Kapemalaran Pedatuan

Adalah tempat suci umat Hindu Tanah Toraja. dengan ciri-cirinya, terdapat lingga / batu besar. pohon cendana dan pohon andong. Pedatun ini merupakan tempat sembahyangyang digunakan dalam beberapa lingkungan keluarga (di Bali = Banjar). Pedatuan ini biasanya terleiak dilereng Gunung.

9.      Inan Kapemalaran Pak Pesungan

Adalah tempat sembahyang bagi umat Hindu di Tanah Toraja, yang digunakan dalam lingkungan rumah tangga (di Bali = merajan).

10.  Sanggar

Adalah salah satu bentuk tempat persembahyangan umat Hindu di Jawa. Sanggar ini merupakan tempat suci yang ukuran ruangnya kecil yang berisikan satu buah Padmasana untuk tempat persembahyangan yang bersifat umum.

11.  Pajuh-Pajuhan

Pajuh-pajuhan adalah tempat persembahyangan umat Hindu Batak Karo. Pajuh-pajuhan terbuat dari kayu yang dirangkai berbentuk segi empat. Pajuh-pajuhan biasanya dibangun dekat mata air dan sifatnya umum yaitu tempat sembahyang secara umum. Fungsinya adalah stana roh leluhur yang telah disucikan.

12.  Cubal – cubalan

Adalah tempat sembahyang umat Hindu Batak Karo Cubal-Cubalan bentuknya sejenis pelangkiran yang diletakkan didalam rumah yang Tujuannya untuk melakukan persembahyangan dan yadnya yang ditujukan pada roh leluhur dan Hyang Widhi.

Bentuk – bentuk Tempat Suci Umat Hindu

1.      Prasada

Bentuknya serupa tugu, terdiri dari tiga bagian yaitu Dasar. Badan dan Atap. Atap atau kepalanya memakai gelung mahkota segi empat bertingkat semakin keatas semakin kecil. Denah bangunan bujur sangkar, tinggi bangunannya dapat berkisar setinggi Tugu sampai sekitar 10 meter. Bahan bangunannya dipakai batu alam, batu padas, batu karang dan batu-batu merah. Fungsi Prasada adalah sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi. Bangunan prasada dapat kita saksikan di Pura Prasada desa Kapal kabupaten Badung, Candi Margarana, Pura Maos Pahit Desa Tatasan Badung.

2.      Meru

Pada umumnya atapnya adalah dari ijuk, bagian dasar pada umumnya terbuat dari batu alam dan badan Meru terbuat dari bahan kayu, kecuali beberapa Meru di Pura Besakih di Kabupaten Karangasem bahwa badan meru terbuat dari batu cadas dan ukurannya lebih besar dari pada badan Meru yang terbuat dari kayu. Fungsi Meru adalah tempat memuja Hyang Widhi dengan segala manifestasinya.

3.      Gedong

Gedong juga merupakan salah satu bangunan Tempat suci Hindu di Bah. Bentuk Gedong pada umumnya bujur sangkar atau segi empat. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian yaitu : dasar, badan, dan puncak atau atap. Bagian dasar pada umumnya terbuat dari batu bata atau padas diisi ukiran yang didukung oleh seekor empas (kura-kura) dengan dibelit oleh seekor naga. Bagian badan ada yang terbuat dari batu bata atau batu padas tetapi ada juga yang terbuat dari kayu. Bagian badan dilengkapi dengan relief atau ukiran para dewa. Bagian atas selalu terbuat dari konstruksi kayu, atapnya terbuat dari alang-alang dan bisa juga ijuk dan genteng.

4.      Rong tiga

Bentuk bangunan Rong Tiga pada umumnya sama dengan bangunan gedong yakni empat persegi panjang. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian dasar dibuat dari batu padas, disusun sesuai dengan bentuk bangunan. Bagian badan, letaknya agak ke atas, terbuat dari kayu dengan tiga ruangan menghadap kedepan. Bagian atas terbuat dari konstruksi kayu dengan atap alang-alang ijuk dan bisa juga genteng. Rong Tiga merupakan salah satu bagian bangunan merajan (tempat pemujaan keluarga). Fungsi rong tiga adalah tempat untuk memuja Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Tri Murti dan Roh Leluhur yang sudah disucikan.

5.      Tugu

Bentuk bangunan tugu hampir sama dengan bangunan prasada cuma ukurannya lebih kecil dan fungsinya juga berbeda. Fungsi Tugu adalah untuk tempat bersemayamnya para Bhuta agar tidak mengganggu aktifitas manusia pada saat malaksanakan upacara suci. Bangunan tugu di letakkan di halaman luar Pura. Tidak seperti bangunan Padmasana, Gedong dan Meru yang terletak pada bagian halaman utama Pura.

6.      Padmasana

Istilah Padmasana banyak kita jumpai dalam mantram-mantram untuk menstanakan Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Di Jawa bentuk Padmasana digambarkan dengan bentuk bunga teratai sebagai simbol stana Hyang Widhi, sedangkan di Bali Padmasana diperkenalkan oleh Dang Hyang Nirarta pada abad ke 16 masehi. Jenis-jenis Padmasana dikalangan umat Hindu banyak yang tidak dapat membedakan yang mana disebut Padmasana, Padmasari, Padma Capah maupun Padma Kurung. Menurut lontar Catur Winasari disebutkan bermacam-macam Padmasana berdasarkan atas arah. rong (ruang). pepalihan (tingkatan).

a.       Berdasarkan arah (pengider-ideran)

1.      Padma Kencana di timur menghadap ke barat adalah stana Hyang Iswara.

2.      Padmasana di selatan menghadap ke utara adalah stana Dewa Brahma.

3.      Padmasana sari bertempat di barat menghadap ke timur stana Dewa Maheswara.

4.      Padmasana Lingga di Utara menghadap ke selatan adalah stana Dewa Wisnu.

5.      Padma Saji di timur laut manghadap ke barat daya adalah stana Dewa Sambhu.

6.      Padma Asia Sedana bertempat di tenggara menghadap ke barat laut adalah stana Dewa Mahesora.

7.      Padmanoja di Barat Daya menghadap ke timur laut adalah stana Dewa Mahadewa.

8.      Padmokaro di barat laut menghadap ke tenggara adalah stana Sangkara.

9.      Padma Kurang di Tengah beruang tiga menghadap kearah depan adalah stana Trimurti.

b.      Berdasarkan ruang dan tingkatannya dapat dibedakan, menjadi :

1.      Padmasana Anglayang, beruang tiga mempergunakan Badawang Nala dengan Palih Tujuh.

2.      Padma Agung, beruang tiga dan mempergunakan Bedawang Nala dengan Palih Lima.

3.      Padmasana, beruang satu mempergunakan Bedawang Nala dengan Palih Lima.

4.      Padmasari, bangunan padmasari menyerupai Padmasana.

Perbedaannya adalah sebagai berikut:

Bangunan padmasana menggunakan dasar Bedawang Nala yang dililit oleh naga sedangkan Padmasari tidak menggunakan Bedawang Nala dan naga. Padmasari beruang satu dengan Pali Tiga yaitu Pali Taman (bawah), Palih Sancak (tengah) dan Palihsari (atas).

5.      Padma Capah, bangunan ini mirip Padmasari tetapi lebih rendah, tidak memakai Palih (tingkatan) biasanya tidak lebih tinggi dari mata manusia berdiri. Padma Capah adalah beruang satu dengan Palih Dua yaitu Pali Taman (bawah) dan Palih Capah (atas) tidak mempergunakan Bedawang Nala. Padma Capah adalah stana makhluk alus atau makhluk yang derajatnya lebih rendah dari manusia.

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA