Tuliskan ayat yang menjelaskan bahwa rasul Allah SWT memiliki tugas menunjukkan jalan yang lurus

فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ ۗ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

20. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.

 PETUNJUK JALAN YANG LURUS

Oleh : Deddy Juniawan

Surat Al-Fatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Makkah, terdiri dari 7 ayat adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an dan termasuk golongan Surat Makiyah.

Disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan di mulainya Al-Qur’an. Al-Fatihah dinamakan pula sebgai Ummul Qur’an yang berarti induk Al-Qur’an atau Ummul Kitaab (induk Al-Kitaab) karena Al-Fatihah merupakan induk bagi semua isi Al-Qur’an serta menjadi intisari dari kandungan Al-Qur’an, dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap sholat.

1.    Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang;

2.    Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam;

3.    Maha Pengasih lagi Maha Penyayang;

4.    Yang menguasai hari pembalasan;

5.    Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan;

6.    Tunjukilah kami jalan yang lurus;

7.    (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Disebutkan Surat Al-Fatihah ini termasuk dalam kategori sebagai ayat tujuh dan terbagi menjadi dua bagian. Ayat-ayat awal menjadi bagian milik Rasulullah Muhammad SAW dan ayat-ayat terakhir menjadi milik Allah.

Pada ayat-ayat awal kita melakukan pujian kepada Allah, hingga pada ayat kelima. Kemudian pada ayat-ayat terakhir barulah kita wujudkan dengan pamrih dari pujian yang kita lakukan pada ayat-ayat awal.

Kenapa demikian? Kita melakukan puja dan puji kepada Allah, karena kita berharap dan akan memohon ke jalan yang lurus.

Kata ‘ihdina’ berasal dari kata hidayah yang berarti petunjuk. Memohon hidayah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seorang manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Karena hanya Allah yang dapat memberikan hidayah. Manusia seperti Guru, ustadz, mubaligh, para ulama, kyai, bahkan nabi dan rasul itu hanyalah perantara belaka. Semua itu tidak akan dapat memberikan petunjuk atau hidayah kepada orang yang dikehendaki olehnya. Hanya atas ijin Allah SWT semata yang dapat memberikan petunjuk kepada yang DIA kehendaki.

Kita bisa lihat sejarah, saat paman Nabi yaitu Abi Tholib. Beliau begitu menyayangi keponakannya, ia menjadi pelindung Rasulullah dari pihak kafir Quraisy yang selalu dan akan berbuat dzolim pada Nabi Muhammad bin Abdullah, apalagi setelah kakeknya Abdul Mutholib wafat.

Pada waktu paman yang sangat dekat dengan Nabi akan wafat, Nabi Muhammad SAW merasa sedih akan kehilangan paman yang sangat menyayanginya, karena Nabi-pun sangat mencintainya. Nabi mengajarkan syahadatain kepada pamannya tersebut.

Paling tidak naluri kemanusiaannya atau sifat manusiawinya mengharapkan sebagai paman yang begitu baik dan sayang terhadap beliau, Abi Tholib mengakhiri hidupnya dengan mengucapkan syahadatain.

Diriiwayatkan oleh Ibn Hiban, Muslim dan lainnya yang berujung kepada Sahabat Abu Hurairah menyebutkan: bahwa Rasulullah SAW berkata kepada pamannya Abu Thalib, “Ucapkanlah, Tiada Tuhan kecuali Allah! (Laa ilaaha illallaah), niscaya dengan itu kelak aku akan menjadi saksi pada hari kiamat bahwa engkau telah beriman.” Abu Thalib (pamannya) menimpali, “Wahai putra saudaraku, andaisaja Kaum Quraisy tak mencelaku dan mencelaku dengan menyatakan bahwa aku beriman karena terpaksa, pasti aku menyejukkan hatimu dengan itu (mengucapkan kalimat tauhid)”.

Allah menghendaki lain. Hidayah bukan datang dari manusia bahkan seorang Nabi sekalipun. Hidayah bukan wewenang Muhammad Rasulullaah SAW, tetapi merupakan hak preogratif Allah.

Karena Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maka turunlah ayat ini (al-Qashash: 56) yang menegaskan bahwa hanya Allah yang bisa memberikan hidayah :

“Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepadasiapapun yang dikehendaki oleh-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

Hidayah bukanlah sesuatu yang dapat diberikan begitu saja secara cuma-cuma oleh Allah SWT. Akan tetapi hidayah merupakan sesuatu yang harus diusahakan dan diperjuangkan secara maksimal dengan berbagai upaya.

Untuk memperoleh hidayah dari Allah SWT selain beribadah sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW,  kita pun sebagai hamba Allah sudah selayaknya meminta dan bermohon agar memperoleh hidayah-Nya.

Dalam hal hidayah, Allah SWT tidak akan memberikan kepada hamba yang hanya meminta tanpa usaha dan kita juga harus mempunyai niat yang tulus.

Karena Allah memberikan petunjuk (hidayah) kepada siapa yang Dia kehendaki, melalui penilaian Allah. Terhadap siapa Allah memberikan hidayah dapat kita pelajari dari Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Dalam ayat ke enam pada surat Al-Fatehah tersebut, hidayah, bimbingan, atau petunjuk yang kita minta adalah (khusus) menuju jalan yang lurus. Bukan sekedar hidayah tanpa makna. Tetapi sudah kita pilih hidayah/petunjuk ke jalan yang lurus. Karena tidak semua orang beriman memperoleh hidayah ke jalan yang lurus.

Banyak orang yang sudah memperoleh hidayah berupa Iman-Islam, namun tidak memperoleh tuntunan ke jalan yang lurus. Akibatnya, jalan yang ditempuhnya beragam jalan, yang terkadang (mungkin) menyesatkan.

Terkadang seseorang diliputi perasaan sombong. Merasa sudah beriman Islam, bershodaqoh, berpuasa, umroh, bahkan haji berkali-kali.

Namun apa yang sudah diusahakannya itu menjadi nyaris tak membekas dalam perilaku sehari-harinya. Masih saja apa yang dilakukannya dalam hidup di dunia penuh dengan katagori maksiat..Na’uudzubillahi min dzaalik.

Jadi, pada ayat tersebut dalam Surat Al-Fatihah bahwa hidayah bukan saja berharap mendapat petunjuk ke suatu jalan yang benar, tetapi juga taufiq.

Oleh karenanya dalam meyakini Allah SWT sebagai Penguasa Alam, Maha Pengasih dan Penyayang, dan Raja di hari kemudian, kita minta dan mohon kepada Allah agar selalu diberikan petunjuk ke jalan yang lurus.

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB UNIDA GONTOR

Rasulullah saw merupakan manusia pilihan yang dipilih oleh Allah swt sebagai Nabi dan RasulNya, untuk mengajarkan wahyu Allah swt kepada seluruh umat manusia. Di dalam Al Qur’an, terdapat beberapa ayat yang menyinggung tentang kemulian dan tugas beliau sebagai Rasul Allah atau utusan Allah bagi seluruh ummat manusia.

Ayat-ayat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَإِذَا كَانُوا۟ مَعَهُۥ عَلَىٰٓ أَمْرٍ جَامِعٍ لَّمْ يَذْهَبُوا۟ حَتَّىٰ يَسْتَـْٔذِنُوهُ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَـْٔذِنُونَكَ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ فَإِذَا ٱسْتَـْٔذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَن لِّمَن شِئْتَ مِنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمُ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٦٢﴾

Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan ( Rasulullah ) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2. QS. Al Munafiqun (63) : 7

هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُوا۟ عَلَىٰ مَنْ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّوا۟ وَلِلَّهِ خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ ﴿٧﴾

Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah )”. Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.

3. QS. At Taubah (9) : 61

وَمِنْهُمُ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلنَّبِىَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَّكُمْ يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٦١﴾

Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.

4. QS. At Taubah (9) : 81

فَرِحَ ٱلْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَٰفَ رَسُولِ ٱللَّهِ وَكَرِهُوٓا۟ أَن يُجَٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَقَالُوا۟ لَا تَنفِرُوا۟ فِى ٱلْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَّوْ كَانُوا۟ يَفْقَهُونَ ﴿٨١﴾

Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah , dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini”. Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui.

5. QS. At Taubah (9) : 120

مَا كَانَ لِأَهْلِ ٱلْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُم مِّنَ ٱلْأَعْرَابِ أَن يَتَخَلَّفُوا۟ عَن رَّسُولِ ٱللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا۟ بِأَنفُسِهِمْ عَن نَّفْسِهِۦ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَطَـُٔونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ ٱلْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُم بِهِۦ عَمَلٌ صَٰلِحٌ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴿١٢٠﴾

Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.

6. QS. Al Ahzab (33) : 21

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

7. QS. Al Ahzab (33) : 40

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا ﴿٤٠﴾

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

8. QS. Al Ahzab (33) : 53

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتَ ٱلنَّبِىِّ إِلَّآ أَن يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَٰظِرِينَ إِنَىٰهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَٱدْخُلُوا۟ فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَٱنتَشِرُوا۟ وَلَا مُسْتَـْٔنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى ٱلنَّبِىَّ فَيَسْتَحْىِۦ مِنكُمْ وَٱللَّهُ لَا يَسْتَحْىِۦ مِنَ ٱلْحَقِّ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَٰعًا فَسْـَٔلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَن تُؤْذُوا۟ رَسُولَ ٱللَّهِ وَلَآ أَن تَنكِحُوٓا۟ أَزْوَٰجَهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦٓ أَبَدًا إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمًا ﴿٥٣﴾

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.

9. QS. Al Hujurat (49) : 3

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَٰتَهُمْ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱمْتَحَنَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٣﴾

Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.

10. QS. Al Hujurat (49) : 7

وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ ٱللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِى كَثِيرٍ مِّنَ ٱلْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ ﴿٧﴾

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah . Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.

11. QS. Al Munafiqun (63) : 5

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا۟ يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوْا۟ رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ ﴿٥﴾

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.

Tim Review Artikel:Dr. H. Imam Kamaluddin, Lc, M.HumAndini Rachmawati, M.CLSunan Autad, L.c, M.H

Achmad Arif, B. Sh, M.A

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA