KEPOINDONESIA.id - Dalam pelajaran bahasa Jawa, nembang salah satu materi yang wajib kita pelajari dari beberapa materi dalam pelajaran ini. Salah satu tembang yang pasti ada atau disarankan oleh Bapak/Ibu Guru ialah tembang Pucung atau Pocung. Tembang Pocung ini pasti menjadi salah satu tembang yang mewakili tembang-tembang yang lainnya. Pelajaran nembang sendiri tidaklah susah, malah sangat menyenangkan. Pucong sendiri merupakan tembang terakhir dalam urutan tembang macapat, yang memiliki makna perjalanan hidup manusia. Pocung ini berasal dari kata "pocong". Pocong sendiri merupakan ritual kematian setelah jasad dimandikan kemudian dibungkus oleh kain kafan yang disebut dipocong. Banyak sekali contoh-contoh tembang mocopat pucung ini, tidak hanya satu saja. Mulai dari yang memiliki makna nasehat, lingkungan, hewan, sampai pendidikan. Tembang ini sangat sederhana sampai-sampai jika kita mendengarkannya 2 sampai 3 kali saja dijamin akan langsung hafal. Tembang ini juga memiliki pesan bahwa ilmu yang baik pasti akan sangat berguna dan bermanfaat untuk diri sendiri ataupun orang lain. Salah satu hal terpenting dalam tembang macapat tidak lain dan tidak bukan yaitu Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan. Berhubung saya baru pertama kali membahas tentang tembang macapat, jadi saya akan sedikit memberikan penjelasan tentang Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan.Guru Gatra : Guru Gatra yaiku cacahing utawi jumlahing gatra ing tembang macapat Artinya: Jumlah baris dalam lagu macapatGuru Wilangan : Guru Wilangan yaiku cacahing wanda ing saben sagatra Artinya: Jumlah suku kata pada setiap barisGuru Lagu : Guru Lagu yaiku tibaning swara ing saben pungkasaning gatra Artinya: Jatuhnya suara vokal di setiap akhir baris. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan ini wajib kalian ketahui arti/pengertianya/tegese, karena sering sekali bahkan pasti muncul di soal-soal pelajaran bahasa Jawa. Jika sudah tau, mari kita lanjut ke pembahasan utamanya yaitu contoh tembang pucung. Jadi tembang pucung ini tidak hanya 1 saja. Karena jika kalian memiliki buku tentang tembang mocopat, buku tersebut sangatlah tebal sekali. Namun yang akan saya tulisnya yang saya tau-tau saja, beserta artinya walaupun tidak semuanya. Dadi uwong kudu sregep sing sinau,Ojo dho sembrana,Ilmu mesti migunani,Kanggo awak dewe bangsa lan negara.Cipteng kalbu lir sengseming wanodyayu,Yuwaneng bawana,Mangkana kancil andhelik,Nir ing kingkin wekasan suka ing driya. Murid iku wajib bekti lan mituhu,Pituturing dwija,Sabarang reh ngati ati, Tata krama empan papan katindakno. Yen sinau, ojo karo tura turu,Atine sing bungah,Supaya ngelmune becik,Lakonono kanggo uripmu kang mulya.Ngelmu iku kalakone kanthi laku,Lekase lawan kas,Tegese kas nyantosani,Setya budya pangekese dur angkara. Angkara gung neng angga anggung gumulung,Gegolonganira,Triloka lekeri kongsi,Yen den umbar ambabar dadi rubeda.Urip iku madep mantep lan mituhu,Jo padha sembrono,Nyembaho marang Kuasa,Manungsa mung ngunduhi wohing pakarti.Dadi bocah kudu sregep lan sinau,Ben ora rekasa,Sinaune ditenani,Yen wis sukses aja lali mring wong tuwa. Ngelmu iku kalakone kanthi laku,Lekase lawan kas,Tegese kas nyantosani,Setya budya pangekese dur angkara. Artinya: Ilmu itu dijalani dengan perbuatan,Dimulai dengan kemauan,Artinya kemauan yang menguatkan,Ketulusan budi pekerti adalah penakluk kejahatan.Angkara gung neng angga anggung gumulung,Gegolonganira,Triloka lekeri kongsi,Yen den umbar ambabar dadi rubeda.Artinya: Kejahatan besar di dalam tubuh kuat menggelora,Menyatu dengan diri sendiri,Menjangkau hingga tiga dunia,Jika dibiarkan akan berkembang menjadi bencana.Nora weruh rosing rasa kang rinuruh,Lumeketing angga,Anggere padha marsudi,Kana kene kaanane nora beda.Artinya: Tidak mendalami hakikat ilmu yang telah dicari,Padahal ilmu sejati telah berada di dalam jati diri,Asal selalu mau berusaha,Di sana maupun di sini ilmunya tidak berbeda.Shalat iku kewajiban ingkang laku,Lekase kat fajar,Ibadah kang pancen wajib,Shalat iku cagakke saka agama.Artinya: Shalat merupakan sebuah kewajiban yang dilakukan dengan sungguh-sungguh,Dimulai dari waktu terbit matahari,Ibadah merupakan sebuah kewajiban,Karena sholat itu adalah tiangnya agama.Untuk Guru Gatra atau jumlah baris/larik tembang Pocung ada 4 larik. Sedangkan untuk Guru Lagunya yaitu u, a, i, a. Dan untuk Guru Wilangannya adalah 12, 6, 8, 12. Nah itu dia sedikit penjelasan tentang tembang Pocung. Mulai dari Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagunya. Selain itu juga ada contoh serta arti dari tembang Pucung ini. Untuk jumlah dari tembang Mocopat ini sebenarnya ada 11 tembang, dan untuk ke-10 tembang lainnya akan saya bahas di postingan selanjutnya. 1. Maskumambang2. Mijil3. Kinanthi4. Sinom5. Asmarandana6. Gambuh7. Dhandhanggula8. Durma9. Pangkur10. Megatruh11. PucungSelain itu saya juga pernah membahas tentang bahasa Jawa, yaitu diantaranya kumpulan wewaler serta contoh iklan bahasa Jawa Ngoko dan Jawa Alus. Jadi kalian bisa langsung simak dan baca saja. Semoga bermanfaat dan kalian terbantu. Tembang Macapat yaiku puisi bertembang karena pembacaannya ditembangkan. Jadi, pembacaan harus sesuai dengan susunan titilaras atau notasi yang sama dengan pakemnya. Bagi masyarakat jawa, tembang macapat yaiku salah sawijining tembang kang ngrembaka ing tlatah Jawa kang nduweni sawehening paugeran. Terdapat 11 jenis tembang macapat yang dikenal oleh masyarakat Jawa. Setiap tembang macapat memiliki aturan masing-masing, tembang macapat juga memiliki arti dan watak yang berbeda. Aturan-aturan dalam Tembang Macapat yakni adanya guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra. Guru lagu yakni merupakan persamaan bunyi sajak pada akhir kata dalam setiap baris, bunyi lagu pada setiap akhir baris yakni (a,i,u,e,o) disebut dong dinge swara. Sementara guru wilangan adalah jumlah suku kata pada setiap baris, dan guru gatra sendiri adalah cacahing larik utawa baris saben bait, jadi guru gatra adalah jumlah baris dalam setiap lagu. Contohnya misalnya dalam tembang Pucung yang memiliki aturan guru gatra 4 dan guru wilangan 12,6,8,12 dan dengan guru lagu u, a, i, a. jadi tembang Pucung terdiri dari 4 baris dengan aturan dibaris pertama 12 suku kata dengan akhiran u, 6 suku kata dengan akhiran a, 8 suku kata dengan akhiran I, 12 suku kata dengan akhiran a, jika diimplementasikan jadi seperti ini contohnya. Ngelmu niku kelakone kanthi laku Lekasse lawan kas Tegese kas nyantosani Setya budaya pangekese dur angkara Sementara itu ada 11 jenis tembang Macapat. 11 jenis Tembang Macapat itu adalah Maskumambang berasal dari dua kata, yakni mas dan kumambang yang dalam bahasa Indonesia artinya emas terapung. Tembang macapat maskumbang menceritakan tahap pertama dalam perjalanan hidup manusia. Maskumambang melambangkan anak yang masih dalam kandungan. Tembang macapat maskumambang banyak berisi nasehat kepada seorang anak agar selalu berbakti kepada orang tua. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Maskumambang yakni 12i, 6a, 8i, 8a. contoh tembang Maskumambang adalah Wong tan manut pitutur wong tuwo ugi… Ha nemu durhaka… Ing dunyo tumekeng akhir… Tan wurung kasurang-surang… Mijil berasal dari kata bahasa Jawa wijil yang bermakna keluar. Tembang mijil memiliki makna saat anak manusia terlahir ke dunia dari rahim ibunya. Tembang mijil ini sering digunakan untuk memberi nasihat dan ajaran kepada manusia agar selalu kuat serta tabah dalam menjalani kehidupan. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Mijil yakni 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u Contohnya Wulang estri kang wus palakrami Lamun pinitados Amengkoni mring balewismane Among putra marusentanabdi Den angati-ati Ing sadurungipun Sinom berarti daun yang muda. Sinom juga berarti isih enom (masih muda). Tembang macapat sinom melukiskan masa muda, masa yang indah, serta masa penuh dengan harapan dan angan-angan. Tembang macapat sinom berisi nasihat, rasa persahabatan, dan keramahtahamahan. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Sinom yakni 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a Contohnya Pangéran kang sipat murah Njurungi kajating dasih Ingkang temen tinemenan Pan iku ujaring dalil Nyatané ana ugi Iya Kiyageng ing Tarub Wiwitané nenedha Tan pedhot tumekèng siwi Wayah buyut canggah warèngé kang tampa Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun ‘bimbing’ yang berarti bahwa kita membutuhkan tuntunan atau bimbingan. Tembang kinanti mengisahkan kehidupan seorang anak yang membutuhkan tuntunan untuk menuju jalan yang benar. Tembang kinanti digunakan untuk menyampaikan suatu cerita yang berisi nasihat yang baik serta kasih sayang. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Kinanthi yakni 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i Contohnya Pangasahe sepi samun… Aywa esah ing salami… Samangsa wis kawistara… Lalandhepe mingis mingis… Pasa wukir reksamuka… Kekes srabedaning budi… Tembang asmarandana berasal dari kata asmara ‘asmara’ dan dahana ‘api’ yang berarti ‘api asmara’ atau ‘cinta kasih’. Tembang ini mengisahkan perjalanan hidup manusia yang berada pada tahap memadu cinta kasih dengan pasangan hidupnya. Tembang asmarandana menggambarkan perasaan hati yang berbahagia atau rasa pilu dan sedih karena dirundung cinta. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Asmaradana yakni 8i, 8a, 8e/o, 8a, 7a, 8u, 8a Contohnya Sang dyah sukune mung siji Atenggak datanpa sirah Ciri bengkah pranajane Tinalenan jangganira Sinendhal ngasta kiwa Ngaru ara denya muwus Sarwi kekejek kekitrang Gambuh memiliki arti cocok atau jodoh. Tembang gambuh ini menceritakan seseorang yang telah bertemu pasangan hidupnya. Gambuh digunakan untuk menyampaikan cerita dan nasihat kehidupan, seperti rasa persaudaraan, toleransi, dan kebersamaan. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Gambuh yakni 7u, 10u, 12i, 8u, 8o Contohnya Aja kakehan sanggup Durung weruh tuture agupruk Tutur nempil panganggepe wruh pribadi Pangrasane keh kang nggunggung Kang wus weruh amalengos. Kata dhandhanggula berasal dari kata ‘dhangdhang ‘berharap’ atau ‘mengharapkan’, tetapi ada pula yang mengatakan berasal dari kata gegadhangan yang berarti ‘cita-cita’, ‘angan-angan’, atau ‘harapan’. Kata gula menggambarkan rasa manis, indah, atau bahagia. Dengan demikian, tembang macapat dhandhanggula memiliki makna ‘berharap sesuatu yang manis’ atau ‘mengharapkan yang indah’. Tembang ini digunakan sebagai tembang pembuka yang menjabarkan berbagai ajaran kebaikan serta ungkapan rasa cinta dan kebahagiaan. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Dhandhanggula yakni 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a Contohnya Dha makarya kanthi ikhlas ati Bebarengan saha tangga-tangga Saha sanak sadulure Mengko dadi sadulur Seneng yen padha kerja bakti Atine ora susah Iku gugur gunung Mugia tansah ngrembaka Ora oncat saka ati sanubari Muga bisa piguna Tembang macapat durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah, berontak, dan nafsu untuk berperang. Tembang ini menunjukkan watak manusia yang sombong, angkuh, serakah, suka mengumbar hawa nafsu, mudah emosi, dan berbuat semena-mena terhadap sesamanya. Dalam istilah Jawa keadaan semacam itu disebut dengan munduring tata karma (durma) ‘berkurangnya atau hilangnya tata krama’. Tembang durma sering berisi nasehat agar berhati-hati dalam meniti kehidupan. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Durma yakni 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i Contohnya Paman-paman, apa wartane ing dalan, ing dalan akeh pepati mati kena apa mati pinedhang ligan ing jaja terusing gigir akari raga badan kari gluminting Pangkur bisa disamakan dengan kata mungkur yang artinya ‘undur diri’. Tembang pangkur menggambarkan manusia yang sudah tua dan sudah mulai banyak kemunduran dalam fisiknya. Badannya mulai lemah dan tidak sekuat pada saat usia muda. Tembang pangkur sering digunakan oleh orang Jawa sebagai pitutur (nasehat) yang disampaikan dengan kasih sayang. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Pangkur yakni 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i Contohnya Sekar Pangkur kang Winarna, Lelabuhan kang kangge wong aurip, Ala lan becik punika, Prayoga kawruhana, Adat waton punika dipun kadulu, Miwah ingkang tatakrama, Den kaesthi siyang ratri Kata megatruh berasal dari kata megat ‘pisah’ dan ruh ‘nyawa’ sehingga megatruh dapat diartikan ‘berpisahnya ruh dari tubuh manusia’. Makna yang terkandung dalam tembang megatruh adalah saat manusia mengalami kematian. Tembang megatruh berisi nasehat agar setiap orang mempersiapkan diri menuju alam baka yang kekal dan abadi. Tembang ini biasanya digunakan untuk menggambarkan rasa penyesalan, duka cita, atau kesedihan. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Megatruh yakni 12u, 8i, 8u, 8i, 8o Contohnya Karo dhawuh sadalan-sadalan anempuh, Omah-omah diobongi, Uwonge padha kon teluk, Yen lumuh njur dirampungi, Kabehe uwis kalakon. Kata pucung atau pocong ditafsirkan sebagai orang meninggal yang sudah berada di alam kubur. Tembang macapat pucung diibaratkan tahapan terakhir dalam kehidupan manusia, yaitu berada di alam baka. Tembang pucung biasanya menceritakan hal-hal yang lucu atau berisi tebak-tebakan untuk menghibur hati. Meskipun bersifat jenaka, isi tembang pucung ini mengandung nasihat bijak untuk menyelaraskan kehidupan antara manusia, alam, lingkungan, dan Tuhan Sang Pencipta. Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Pucung yakni 12u, 6a, 8i, 12a Contohnya Mandheg mangu si kancil ing lampahipun, sakedhap angungak, sigra denira andhelik, ngulap-ulap si kancil sadangunira. Diambil dari berbagai sumber |