Tari tradisional yang melambangkan rasa gembira syukur para petani atas hasil panennya adalah tari

TARI PAYUNG - Sejumlah penari membawakan tarian payung pada pementasan Misi Kesenian Kabupaten Tasikmalaya di Gedung Teater Tertutup Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Jalan Bukit Dago Selatan, Kota Bandung, Rabu (19/7/2017)(GANI KURNIAWAN/TRIBUN JABAR)| Mengenal 10 Tari Daerah Berpasangan di Indonesia, Ada Tari Piring hingga Tari Payung.

TRIBUNNEWS.COM - Indonesia memiliki berbagai jenis tarian.

Terdapat tari daerah dan ada pula tari kreasi modern.

Dikutip dari Buku Siswa SD/MI Kelas VI Tema 7 Kepemimpinan (2018) oleh Heny Kusumawati, dkk, berdasarkan banyaknya penari yang menarikan ada tari tunggal, tari berpasangan, dan tari kelompok.

Berikut beberapa contoh tari daerah berpasangan di Indonesia.

Baca juga: Mengenal Berbagai Istilah dalam Perayaan Imlek: Angpao, Cap Go Meh hingga Barongsai

Baca juga: Siapa Pencipta Lagu Ibu Kita Kartini? Berikut Penjelasan dan Lirik Lagunya

Penari menampilkan tarian khas daerah saat pagelaran Nusantara Berdendang memperingati hari sumpah pemuda di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (28/10/2016). (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

1. Tari Piring

Tari Piring adalah tarian yang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatra Barat.

Tari Piring dibawakan dalam bentuk tari berpasangan putra dan putri yang terdapat dalam sebuah kelompok pementasan.

Pada zaman dahulu, tari Piring dipentaskan pada saat panen sebagai ungkapan rasa gembira dan syukur.

Namun sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini tari Piring dipentaskan pada acara-acara penting seperti acara pernikahan.

2. Tari Serampang Dua Belas

tari topeng

Tari Piring merupakan tarian yang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatra Barat. Tari Piring melambangkan rasa gembira dan syukur para petani atas hasil tanaman mereka. Pada zaman dahulu, tari Piring dibawakan pada saat panen. Namun saat ini, tari Piring bisanya dibawakan pada saat peristiwa-peristiwa penting, seperti acara pernikahan. Penari tari Piring adalah putra dan putri.Tari Piring dibawakan dalam bentuk tari berpasangan putra dan putri yang terdapat dalam sebuah kelompok. Tari Piring menggambarkan pergaulan muda-mudi yang bercengkrama sambil bekerja di sawah. Mereka mengolah dan mempersiapkan lahan sawah, menyiangi tanaman, serta memanen. Kemudian dilanjutkan dengan memisahkan padi dari batangnya, membersihkan padi, dan menyimpan padi di lumbung [rangkiang].

Para penari bergerak sambil membawa piring di tapak tangan. Kadangkala, piring dilontarkan ke udara ataupun dihempas ke tanah dan dipijak oleh para penari. Tari Piring merupakan tarian gerak cepat. Nuansa yang ditampilkan dalam tari Piring adalah suasana gembira. Tari Piring menggunakan lagu-lagu yang diiringi musik talempong dan saluang. Tari Piring sering ditampilkan dengan berbagai variasi, baik variasi gerakan,jumlah penari, dan busana.

Sejarah dan asal mula tari piring

Tari piring merupakan tarian tradisional yang berasal dari Minangkabau, tepatnya dari Solok, Sumatera Barat. Diperkirakan tarian ini sudah ada selama 800 tahun. Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan sebagai ritual ucapan syukur kepada para dewa atas berkah hasil panen yang melimpah.

Saat melakukan upacara adat, masyarakat yang diwakili oleh para gadis akan membuat sesaji berupa makanan yang diletakkan di atas piring. Piring berisi makanan tersebut kemudian dibawa dengan gerakan sesuai irama musik pengiring.

Tarian ini semakin populer ketika kerajaan Sriwijaya jatuh ke Majapahit pada abad ke-16. Penyebarannya dibawa oleh orang-orang Sriwijaya yang mengungsi ke negeri-negeri Melayu di sekitarnya.

Kemudian setelah Islam masuk ke wilayah Minangkabau, tarian tersebut berubah fungsi dan tidak lagi dimaksudkan untuk memuja dewa-dewa. Tarian piring menjelma menjadi seni dan hiburan masyarakat, sehingga sering dipentaskan pada acara-acara adat Minangkabau.

Fungsi Tari Piring

Pada zaman kuno, tarian piring hanya dilakukan oleh anggota kelas kaya. Namun dalam lingkungan sosial saat ini, tari panel biasanya dibawakan pada saat upacara adat seperti pernikahan, khitanan, dan pengangkatan kepala desa. Selain itu, tarian ini juga dilakukan pada saat panen.

Bahkan belakangan, tarian ini tidak hanya berfungsi untuk upacara adat. Tarian ini juga digunakan pada saat hari libur nasional, seperti peringatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan penyambutan tamu atau pejabat senior.

Keunikan Tari Piring

Meski tarian ini merupakan warisan turun temurun, namun tarian piring tidak terkikis seiring berjalannya waktu. Tarian ini masih cukup sering dibawakan hingga saat ini dan mampu mengundang gelak tawa penonton saat melihat gerak-geriknya. Di bawah ini adalah keunikan dari tari piring, yaitu:

  1. Piring menjadi properti utama

Sesuai dengan namanya, tarian ini menggunakan peralatan utama berupa piring saat menari. Piring inilah yang membuat tarian ini berbeda dengan tarian tradisional dari daerah lain. Menggunakan piring sebagai gerakan tarian memiliki makna dan sejarah tersendiri, dan yang hebat adalah piring tidak pernah jatuh saat dimainkan.

Gerakan dasar dari tari piring adalah meletakkan piring di kedua telapak tangan lalu menahannya. piring bergerak dalam gerakan melingkar dan berosilasi mengikuti irama musik pengiring. Dengan teknologi pegangan tertentu, piring tidak akan jatuh.

Untuk mengiringi para penari piring digunakan berbagai jenis alat musik, seperti rebana, gong, salwang, talembong, dll. Tarian ini diiringi oleh irama musik banayohan, yang biasa dimainkan dalam Takhian Sai Teosung dan Taki Bingeng Khua Pillas. Kombinasi unik antara gerakan dan musik membuat tarian ini tidak ada duanya.

  1. Suara denting cincin dan piring

Saat menari, akan terdengar dengkuran dari cincin dan piring yang dianggap royal. Suaranya juga menambah ciri khas tarian ini karena bisa dipadukan dengan musik pengiringnya.

  1. Menari di atas pecahan piring

Keunikan lain yang sepertinya tidak dimiliki oleh seni koreografi manapun adalah pada bagian akhir pertunjukannya. Penari akan melemparkan piring mereka ke lantai sampai pecah, lalu berjalan di atas pecahan piring yang tajam tanpa terluka.

gerakan tari piring

Penari menggunakan dua piring yang dipegang di telapak tangan mereka. Sesuai dengan irama musik, piringan berosilasi dengan cara ini.

Beberapa gerakan lain dalam tarian ini antara lain gerakan pasambahan, gerakan singanjuo buang, gerakan mencangkul, gerakan menyiangi, gerakan membuang sampah sembarangan, gerakan memagari, gerakan menabur, gerakan mencabut benih, gerakan menanam, dan gerakan santai. pergerakan.

Selain itu juga terdapat gerakan-gerakan seperti gerakan menyerahkan kuda, gerakan memetik padi, gerakan memetik padi, gerakan nasi mangombo, gerakan mengipasi padi, gerakan memegang padi, dan gerakan membawa beras. Gerakan penggilingan padi, gerakan penggilingan padi, gerakan gotong royong, gerakan menampi padi, dan gerakan menginjak-injak pecahan kaca. .

kostum penari piring

Setiap tarian daerah harus memiliki jenis dan bentuk pakaian yang berbeda saat dibawakan. Dalam tari piring, para penari memakai dua jenis pakaian, yaitu pakaian pria dan pakaian wanita. Meski terdiri dari berbagai jenis kostum, penampilan mereka terlihat seragam dan kompak.

Pakaian penari pria berbeda dengan pakaian penari wanita. Namun, keduanya merupakan pakaian asli Minangkabau. Kostum penari piring laki-laki disebut Rang Mudo, berupa pakaian berlengan panjang dan bermotif misya yang disebut juga dengan motif renda emas.

Untuk bawahan atau celana yang digunakan disebut besara gelombang. Celana ini berukuran besar di bagian tengah dan memiliki warna yang senada dengan bagian atasnya. Selain itu, penari pria juga memakai perlengkapan seperti sisampek dan cawek pinggang yang berupa kain songket, yang kemudian diikatkan di pinggang.

Kain ini sepanjang lutut dan memiliki hiasan rumbai. Saat melakukan tarian piring, penari pria mengenakan ikat kepala. Destar adalah topi baja berbentuk segitiga yang terbuat dari kain songket.

Baju kurung adalah jenis pakaian yang dikenakan oleh para penari piring wanita. Bahan dasar pembuatannya adalah satin dan beludru. Selain itu, penari juga akan mengenakan selendang yang terbuat dari kain songket sebagai hiasan yang diletakkan di sisi kiri tubuh.

Sama seperti para penari pria, para penari juga menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang menyerupai tanduk. Hiasan kepala ini dikenal dengan ras tikuluak tanduak. Selain itu, penari juga memakai kalung rumbai, kalung Gadang, dan anting atau anting Minang.

Demikian itulah sedikit Sejarah Tari Piring Budaya Indonesia, semoga dengan adanya artikel ini bisa menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca semuanya. Masih banyak beberapa sejarah dan fakta unik, hanya ada di Gudangjawaban.com. Terimakasih

  Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

  Fakta Unik Pendidikan Di Finlandia

Lihat Foto

KBRI HARARE

Tari piring ditampilkan dalan pentas kesenian di Harare, Zimbabwe, 24-25 Mei 2016.

KOMPAS.com - Tari Piring merupakan salah satu tarian tradisional dari provinsi Sumatera Barat.

Tari Piring adalah tarian khas bagi masyarakat Minangkabau yang mendiami provinsi Sumatera Barat.

Hampir dalam setiap acara tari piring selalu ditampilkan seperti pada pernikahan, penyambutan tamu agung, pagelaran seni dan upacara-upacara adat lainnya.

Dikutip dari buku Keanekaragaman Seni Tari Nusantara [2012] karya Resi Septiana Dewi, salah satu seni tari yang asal Mingkabau, Sumatera Barat yang masih sering dipentaskan adalah tari Piring [tari piriang].

Sejarah tari Piring

Tari Piring identik dengan penari cantik yang menggunakan piring. Di mana tarian tersebut telah ada sejak 800 tahun lalu dan terus berkembang dalam budaya Minangkau.

Baca juga: Tari Saman, Tarian Tradisional Khas Aceh

Tari Piring terus berkembang hingga zaman Kerajaan Sri Vijaya [Kerajaan Sriwijaya] dan runtuhnya kerajaan tersebuh oleh Kerajaan Majapahit pada abad ke-16 tidak menghentikan perkembangan seni tari tersebut.

Bahkan dengan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, membuat tari Piring semakin dikenal oleh negara Melayu lainnya seperti Malaysia.

Di mana perkembangan ke negara-negara Melayu dipicu oleh pelarian orang-orang Sriwijaya ke negara-negara tersebut.

Menurut sejarah tari Piring diciptakan untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat kepada para dewa dengan menyajikan sesajian berupa makanan lezat yang dibawakan oleh gadis-gadis cantik.

Namun, seiring masuknya Islam di daerah Malayu fungsi tarian Piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi pada dewa tapi untuk parta raja dan pejabat.

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA