Tahun hijriyah disebut juga dengan tahun



KONTAN.CO.ID -  Hari ini (20/08), tepat 1 Muharram 1442 H, umat muslim merayakan tahun baru Islam.  Penanggalan tahun baru Islam memang diketahui tidak dirayakan pada 1 Januari. Kalender hijriah dengan kalender masehi memang memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terlihat bukan hanya dalam penanggalan tahun baru saja. Ada beberapa perbedaan dari kalender hijriah dan kalender masehi.  Baca Juga: Sama-sama tumbuhan, ini perbedaan monokotil dan dikotil Melansir dari IslamicFinder, kalender hijriah pertama kali digunakan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Tahun 1 hijriah ditentukan berdasarkan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW hijrah pada 622 masehi lalu.  Kalender hijriah menggunakan perhitungan orbit bulan pada bumi. Sehingga kalender Hijriah disebut sebagai kalender bulan atau kalender lunar. Sebaliknya, kalender masehi menggunakan perhitungan pergerakan matahari. Maka dari itu, kalender masehi disebut juga kalender solar atau kalender matahari. Awal hari pada kalender hijriah dimulai saat matahari terbenam. Berbeda dengan kalender masehi yang dihitung dari pukul 12 malam. Jumlah hari di kalender hijriah dan masehi berbeda. Dikutip dari IslamicFinder, jumlah hari pada kalender hijriah terhitung 11-12 hari lebih sedikit dibanding kalender masehi. Jumlah hari di kalender masehi ada 365 hari, sedangkan hijriah ada 354 atau 355 hari.


Perayaan Tahun Baru Hijriah merupakan salah satu agenda penting dengan beragam sejarah didalamnya. Tahun baru Islam diperingati setiap tanggal 1 Muharram sekaligus memperingati peristiwa Hijrah saat Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya bermigrasi dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M.

Kalender Hijriah berbeda dengan kalender Masehi, kalender Hijriah menggunakan perhitungan orbit bulan pada bumi, karenanya disebut dengan kalender lunar. Sedangkan kalender Masehi menggunakan perhitungan pergerakan matahari, karenanya disebut dengan kalender solar. Kalender Hijriah maupun Masehi memiliki jumlah bulan yang sama, pada kalender Hijriah sendiri memiliki dua belas bulan dengan nama-nama bulan sebagai berikut: Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah.

Awal mula adanya kalender Hijriah adalah pada era kepemimpinan Umar bin Khattab, Umar berdiskusi dengan sahabat Nabi lainnya untuk memilih diantara tiga peristiwa penting sebagai penanda awal tahun Hijriah (Kalender Islam). Tiga peristiwa itu diantaranya adalah hari dan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, wafat Nabi Muhammad SAW, atau Hijrah dari Mekah ke Madinah. Para sahabat sepakat menggunakan tanggal Hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah.

Hijrah ke Madinah adalah titik balik dalam sejarah Islam, menandai awal dari negara Muslim, dan merupakan hari di mana Nabi mendirikan ‘the first civil Muslim society’.

Dilansir dari English Alarabiya, sebelum ditetapkannya Muharram sebagai bulan pertama. Terdapat diskusi tentang apakah bulan pertama tahun ini harus Ramadhan sebagai bulan puasa umat Islam atau Muharram. Kemudian Muharram diumumkan sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah Islam mengingat bahwa itu terjadi setelah umat Islam mengakhiri musim haji tahunan ke Mekah untuk haji selama bulan Dzul-Hijjah.

Sejatinya, jarang ada perayaan besar yang diadakan di sebagian besar negara mayoritas Muslim. Namun banyak yang menyatakan hari libur umum untuk memperingatinya. Ini termasuk negara kita Indonesia danbeberapa negara lain seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Tunisia.

Untuk memperingati tahun baru Hijriah, mari rayakan dengan berdo’a awal tahun:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

“Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.”

 Artinya:

“Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

(Sumber: Kitab Kanzu Najah; Maimoen Zubair)

Selamat Tahun Baru Islam 1443 H

MADANINEWS.ID, JAKARTA — Kalender Hijriyah (H) disebut juga kalender Qomariyah karena penanggalannya berdasarkan peredaran bulan. Adapun 12 bulan yang ada dalam kalender Hijriyah mempunyai makna masing-masing.

Perbedaan kalender Masehi dengan Hijriyah terletak pada perhitungan yang dipakai. Kalender Masehi berdasarkan peredaran matahari (Syamsiyah), sedangkan Hijriyah berdasarkan bulan. Perhitungan waktu matahari dalam setahun berbeda 11 hari dengan perhitungan bulan (Hijriyah).

Sejarah Penetapan Kalender Hijriah

Kalender hijriah sebenarnya baru resmi digunakan oleh umat Islam pada masa setelah Rasulullah SAW wafat. Dalam makalah “Meninjau Ulang Muharram Sebagai Tahun Baru Islam” yang terbit di laman academia.edu, Muhammad Anis Mulachela menjelaskan, penggunaan kalender hijriah baru resmi ditetapkan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.

Semula, Umar bin Khattab menerima surat dari sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abu Musa Al-Asy’ari yang tanpa disertai titi mangsa dan hari pengirimannya. Umar kemudian menyadari ada kesulitan pada saat melakukan pengarsipan dan seleksi urutan surat.

Oleh karena itu, Umar lalu memerintahkan pelaksanaan musyawarah yang melibatkan para ahli dan sahabat Nabi SAW, untuk menyusun penanggalan yang khusus berlaku dalam Islam. Di musyawarah itu, ada yang mengusulkan kepada Umar untuk menjadikan peristiwa bi’tsah Nabi Muhammad SAW sebagai awal penanggalan.

Sementara di riwayat lain Umar disebut sebagai orang yang mengusulkan agar kalender Islam mengacu pada waktu kelahiran atau pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah.

Namun, Ali bin Abi Thalib tidak menyetujui usul tersebut. Ali kemudian mengusulkan awal kalender dalam Islam dimulai dari tahun terjadinya hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Usul ini ternyata diterima peserta musyawarah dan Umar lalu menetapkan penggunaan kalender resmi milik umat Islam pada tanggal 8 Rabi’ul Awal tahun 17 H.

Nama kalender milik umat Islam ini adalah Hijriah karena menjadikan peristiwa hijrah Nabi SAW sebagai permulaan penanggalan. Lantas, mengapa Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama di kalender tahun hijriah?

Amirul Ulum dalam artikel “Menelisik Histori Muharam dan Hijriyah” yang tayang di laman nu.or.id, menjelaskan bahwa Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama penanggalan hijriah karena pada bulan ini, Nabi Muhammad SAW pertama kali berniat dan merencanakan akan berhijrah.

Setelah merencanakan hijrah, Nabi Muhammad SAW merealisasikan niatnya itu dengan pergi dari kota Mekkah pada Kamis di akhir bulan Shafar dan keluar dari tempat persembunyiannya dari gua Tsur pada tanggal 2 Rabiul Awal atau 20 September 622 M untuk menuju ke Madinah. Tahun saat peristiwa ini terjadi ditetapkan sebagai tahun 1 Hijriah.

Selain Muharram ditetapkan juga penamaan untuk kesebelas bulan lainnya yakni Shafar, Rabi’al-Awwal, Rabi’al-Tsani, Jumada al-Ula, Jumada al-Tsaniyah, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah. Kala itu penomoran bulan belum ada karena orang-orang Arab terdahulu tidak tahu bulan apa yang pertama. Adapun arti dari penamaan setiap bulan lagi antara lain;

1. Muharram [محرم].
Berarti yang terlarang. Disebut demikian karena memang pada bulan ini, bangsa Arab seluruhnya mengharamkan peperangan. Tidak ada tumpah darah pada bulan ini. ini merupakan hukum adat yang tak tertulis yang berlaku sejak lama.

2. Shafar [صفر].
Shafar satu suku kata dengan kata Shifr [صفر] yang berarti kosong. Bulan ini dinamakan shofar atau shifr, karena pada bulan ini bangsa Arab mengosongkan rumah-rumah mereka yang beralih ke medan perang.

3. Rabi’ al-Awwal [ربیع الأول].
Sesuai namanya, Rabi’ [ربيع] yang berarti musim semi, bulan ini dinamakan demikian karena memang itu yang terjadi.

4. Rabi’ al-Tsani [ربیع الثانی].
Namanya mengikuti nama bulan sebelumnya karena musim gugur yang masih berlangsung. Tsani artinya yang kedua.

5. Jumada al-Ula [جامد].
Dulu di masa Jahiliyah, namanya Jumada Khamsah. Jumada, asal katanya Jamid yang berarti beku atau keras. Dikatakan demikian karena bulan ini adalah musim panas, yang karena saking panasnya, air bisa saja membeku, artinya kekeringan.

6. Jumada al-Tsaniyah [جامد].
Atau disebut juga Jumada al-Akhirah. Namanya mengikuti bulan sebelumnya.

7. Rajab [رجب].
Dalam tradisi Arab, bulan Rajab adalah termasuk bulan yang haram bagi mereka untuk melakukan peperangan. Artinya, haram membunuh ketika itu. Dinamakan Rajab, karena memang salah satu makna Rajab dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang mulia. Maksudnya mereka memuliakan dirinya dan orang lain dengan tidak membunuhnya. Ada juga yang mengatakan bahwa Rajab berarti melepaskan mata pisau dari tombak sebagai simbol berhentinya perang.

8. Sya’ban [شعب].
Asal katanya dari Syi’b yang berarti kelompok. Dinamakan begitu karena ketika masuk bulan Sya’ban, orang-orang Arab kembali ke kelompok (suku) mereka masing, dan mereka berkelompok lagi untuk berperang setelah sebelumnya di bulan Rajab mereka hanya duduk di rumah masing-masing.

9. Ramadhan [رمض].
Berasal dari kata Ramadh [رمض] yang maknanya ialah panas yang menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain.

10. Syawwal [شَوّال].
Bangsa Arab mengenal jenis burung an-Nauq, yang kalau biasanya hamil di bulan ini dan mengangkat sayap serta ekornya sehingga terlihat kurus badannya. Mengangkat sayap atau ekor disebut dengan Syaala [شال] yang merupakan asal kata dari nama bulan Syawal.

11. Dzul-Qa’dah [ذو القعدة].
Asal katanya dari Qa’ada [قعد] yang berarti duduk atau istirahat tidak beraktivitas. Dinamakan demikian karena memang bulan ini orang-orang Arab sedang duduk dan istirahat dari berperang guna menyambut bulan haji, yaitu Dzul-hijjah. Bulan tersebut juga diharamkan berperang.

12. Dzul-Hijjah [ذو الحجة].
Sudah bisa dipahami dari katanya bahwa bulan ini adalah bulannya orang berhaji ke Mekkah. Dan memang sejak sebelum Islam datang, bangsa Arab sudah punya kebiasaan pergi haji dan melakukan thawaf di Ka’bah.

Dalam kalender Islam, bulan Haram terdiri dari 4 bulan yaitu Muharram, Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Keempat bulan haram ini dikenal dengan istilah “Al-Hurum” yang berarti bulan yang disucikan. Allah memuliakan keempat bulan ini sebagaimana firman-Nya:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA