Sebutkan tiga pesan pokok QS Al Maun 4 6

Dalam ayat-ayat ini, Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya, tidak sampai ke hatinya. Dia lalai dan tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakan oleh anggota tubuhnya. Ia rukuk dan sujud dalam keadaan lalai, ia mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya. Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot.

Perilaku tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan agama, yaitu orang munafik. Ancaman itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam, tidak mengerti bahasa Arab, dan tidak tahu tentang arti dari apa yang dibacanya. Jadi orang-orang awam yang tidak memahami makna dari apa yang dibacanya dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

SuaraJatim.id - Surah Al Maun menyimpan pesan harus berpihak pada kaum tertindas. Surat Al Maun adalah surat ke 107 dalam Al Quran. Inti dari surah Al Ma’un adalah menjelaskan mengenai ancaman kepada orang-orang yang mendustai agamanya, yakni dengan cara menghardik anak yatim dan tida menolong orang miskin.

Surat ini berisi 7 ayat dan merupakan golongan surah Makkiyah. Dalam Bahasa Arab, Al Ma’un berarti hal-hal yang berguna atau hal-hal yang penting.

Malalui surah ini pula terdapat pesan bahwa Islam adalah agama yang berpihak pada golongan kaum tertindas. Dengan jelas surah ini menyebut golongan yang mendustai agamanya adalah orang-orang yang tidak berpihak pada anak yatim dan orang miskin, sekalipun ia mendirikan sholat.

Keutamaan Surah Al Maun

Baca Juga: Mengganti Sholat yang Sudah Ditinggalkan Bertahun-tahun? Berikut Cara yang Disampaikan UAS

Sebagaimana surah lainnya dalam Al Qur’an, Surah Al Ma’un juga memiliki sejumlah keutamaan. Laman abusyuja.com menyebut, sejumlah keutamaan tersebut diantaranya:

Sebutkan tiga pesan pokok QS Al Maun 4 6
Ilustrasi berdoa (pixbay)

1. Puasa dan sholat orang yang membaca Surah Al Ma’un akan diterima oleh Allah dan tidak akan dihisab sedikitpun.

Abu Ja’far berkata, “Barangsiapa yang membaca Surat Al-Ma’un di dalam salat wajib dan sunahnya, maka ia termasuk orang yang Allah menerima salat dan puasanya. Dan ia juga tidak akan dihisab atas apa yang dilakukannya selama hidup di dunia.” (Tsawabul A’mal: 156)

2. Orang yang membaca Surah Al Ma’un akan dilindungi mulai dari waktu sholat Subuh hingga waktu sholat subuh berikutnya. Mengenai hal tersebut, Nabi Muhammad pernah bersabda dalam hadits berikut:

Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat ini (Surat Al-Ma’un), maka Allah mengampuninya selama ia menunaikan zakat. Dan barangsiapa yang membacanya di salat subuh, maka Allah akan melindunginya sampai salat subuh berikutnya.”

Baca Juga: Isi Kandungan Surah Al Lail dan Dialog Fakir dengan Nabi Muhammad SAW

Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang membacanya (Surat Al-Ma’un) setelah Isya akhir, maka Allah akan mengampuni dosanya dan melindunginya sampai salat subuh.”

Ash-Shidiq berkata, “Barangsiapa yang membacanya setelah salat Asar, maka ia akan berada di dalam penjagaan Allah dan Allah melindunginya sampai waktu (Asar) di hari kedua.” (Tafsirul Burhan, Juz 8: 394)

Berikut isi Surah Al Ma'un, beserta cara membaca dan artinya:

1. Ara-aital lazii yu kazzibu bid diin

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

2. Fa zaalikal lazi yadu'ul-yatiim

Artinya: Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,

3. Wa la ya huddu 'alaa ta'amil miskiin

Artinya: dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

4. Fa wai lul-lil mu salliin

Artinya: Maka celakalah orang yang shalat,

5. Al laziina hum 'an salaatihim sahuun

Artinya: (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya,

6. Al laziina hum yuraa-uun

Artinya: yang berbuat ria,

7. Wa yamna'uunal ma'uun

Artinya: dan enggan (memberikan) bantuan.

Asbabun Nuzul Surah Al Ma’un

Laman bersamadakwa.net menulis, sebab musabab turunnya Surah Al Ma’un terkait dengan peristiwa anak yatim yang disakiti ketika meminta bantuan. Dalam laman tersebut disebutkan, Menurut Ibnu Abbas, asbabun nuzul Surat Al Maun ini terkait dengan Ash bin Wail. Menurut As Saddi mengenai Walid bin Mughirah. Ada juga yang mengatakan terkait Abu Jahal. Namun semuanya hampir sama, mereka menyakiti anak yatim yang datang meminta bantuan.

Menurut Ibnu Juraij, Abu Sufyan biasa menyembelih unta setiap pekan. Suati hari datang seorang anak yatim meminta sedikit daging unta tersebut. Namun Abu Sufyan tida memberinya dan malah mengusir dan menghardik anak yatiim tersebut. Atas peristiwa ini lalu Allah menurunkan tiga ayat pertama Surah Al Ma’un.

Dalam Riwayat asbabun nuzul lainnya, Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat keempat Surah Al Ma’un diturunkan ketika sekelompok kaum munafik memamerkan sholat mereka. Dalam Riwayat tersebut disebutkan bawa kaum munafikaun tersebut tidak mau sholat, jika tidak ada yang melihatnya.

Itu tadi ulasan mengenai Surah Al Maun, terkait makna, sejarah dan keutamaannya. Semoga semakin membuat kita pribadi muslim yang sempurna dan tida mendustakan agama, sebagaimana yang disebutkan dalam Surah tersebut.

Kontributor : Rio Rizalino

Surat Al Maun adalah surat ke-107 dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Surat ini termasuk golongan surat Makiyah. Arti Al Maun adalah “barang-barang berguna”.

Menurut buku Tadabur Juz Amma oleh Dr. Saiful Bahri, kata Al-Ma'un dapat diartikan sebagai turunan dari zakat yang diwajibkan atau dapat juga dipahami sebagai barang-barang berguna yang ditahan.

Harta yang sudah sampai nishab (batas minimal) dan haul (selama setahun) wajib dikeluarkan zakatnya. Zakat bertujuan untuk memberdayakan orang-orang yang memiliki potensi tapi terhalang oleh berbagai rintangan.

Selain zakat, contoh penerapan surat Al Maun dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika kita memiliki kelebihan makanan, maka bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Jangan sampai membusuk lalu dibuang karena itu termasuk mubazir.

Sikap mubazir atau boros tidak disukai Allah sebagaimana tercantum dalam surat Al Isra ayat 27, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Maka dari itu, memahami surat Al Maun dapat menghindarkan dari perbuatan mubazir.

Surat Al Maun dan Artinya

Berikut bacaan surat Al Maun dan artinya.

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ

2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,

وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ

3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ

4. Maka celakalah orang yang salat,

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ

5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ

6. yang berbuat riya,

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

7. dan enggan (memberikan) bantuan.

Terjemahan tersebut bersumber dari Kementerian Agama dalam Quran.kemenag.go.id.

Kandungan Surat Al Maun

Kandungan surat Al Maun secara garis besar menggambarkan sifat manusia yang mendustakan agama dan ancaman bagi orang yang lalai dalam salat serta bersikap riya, yaitu melakukan perbuatan bukan untuk mencari keridaan Allah. Tetapi, untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat. Penjelasan tersebut tercantum dalam Juz Amma Tajwid Berwarna & Terjemahannya oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani.

Pada ayat pertama, terdapat lafaz a-ra'aita yang berarti “tahukah”. Penggunaan kata tersebut bertujuan untuk menggugah hati pendengar agar memberikan perhatian terhadap kandungan pada ayat-ayat selanjutnya.

Menurut tafsir Kementerian Agama, kandungan ayat pertama adalah Allah menghadapkan pertanyaan kepada Nabi Muhammad, "Apakah engkau mengetahui orang yang mendustakan agama dan yang dimaksud dengan orang yang mendustakan agama?" Pertanyaan ini dijawab pada ayat-ayat selanjutnya.

Allah kemudian menjelaskan, sebagian dari sifat-sifat orang yang mendustakan agama adalah menolak dan membentak anak yatim yang datang untuk memohon belas-kasih demi kebutuhan hidup.

Penolakan terhadap anak yatim tersebut menunjukkan sifat penghinaan dan takabur, yaitu  merasa diri lebih besar derajatnya dari orang lain. Sifat takabur merupakan sifat tercela yang tidak disukai Allah.

Dalam buku Insan Ilahiah karya Imam Khomeini, sifat takabur dijelaskan melalui riwayat dari Imam Shadiq, "Sesungguhnya, orang-orang yang takabur (di akhirat) akan menjelma menjadi kawanan semut yang lemah dan orang-orang menginjak-injaknya sampai Allah menyelesaikan perhitungan."

Pada ayat ketiga, tafsir Kementerian Agama menjelaskan, Allah menegaskan sifat pendusta adalah orang tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan penduduk miskin. Jika seorang tidak sanggup membantu orang-orang miskin, maka dianjurkan mengajak orang lain membantu orang-orang miskin.

Kemudian pada ayat keempat, Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengerjakan salat tapi tidak sampai ke hatinya akan celaka. Kelalaian dalam mengerjakan salat membuat ia tidak menyadari apa yang diucapkan dan dikerjakan.

Orang yang lalai dalam salat hanya bergerak dan mengucapkan hafalan tanpa meyakini dalam hati. Meski demikian, ancaman celaka itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam dan tidak mengerti bahasa Arab. Jadi, mereka yang tidak memahami makna bacaan dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa sifat orang pendusta agama adalah mereka yang melakukan perbuatan amal hanya untuk riya, yaitu ingin mendapatkan pujian saja tanpa rida Allah.

Dijelaskan dalam buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, contoh riya dalam perbuatan adalah sengaja memperbanyak salat sunah di hadapan orang agar dikatakan sebagai orang saleh. Riya dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Riya jali (riya yang nyata): Riya yang sejak semula diniatkan bahwa amal yang dilakukan hanya untuk mencari kedudukan, bukan mengharap rida Allah.
  • Riya khafi (riya tersembunyi): Riya yang bukan bertujuan untuk mendapatkan kedudukan. Tetapi, ada tujuan lain yang tersembunyi dalam perbuatan yang dilakukan.

Riya adalah salah satu tanda-tanda orang munafik dan termasuk mereka yang celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 142, “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.”

Lalu pada terakhir, Allah menegaskan sikap pendusta agama adalah enggan memberikan bantuan kepada sesama, bahkan untuk sekadar meminjamkan barang keperluan sehari-hari yang sepele.

Sikap tersebut menunjukan keburukan akhlak terhadap orang lain. Dengan demikian, pendusta agama tidak beribadah kepada Allah dengan sempurna, serta tidak berbuat baik kepada manusia.

Setelah memahami kandungan tiap ayat, dapat disimpulkan bahwa surat Al Maun menjelaskan ciri-ciri seorang pendusta agama adalah:

  • Menghardik anak yatim.
  • Tidak mengajak sesama agar membantu orang miskin.
  • Lalai dalam mengerjakan salat.
  • Bersikap riya dalam beramal.
  • Tidak meminjamkan barang-barang berguna kepada orang lain yang membutuhkan.

Demikian pembahasan tentang surat Al Maun beserta arti dan kandungannya.