Sebutkan dan jelaskan secara singkat jenis jenis elemen struktur bangunan

Berencana mendirikan sebuah bangunan? Sudah seyogyanya Anda mengetahui seluk-beluk struktur bangunan. Ini penting, sebab struktur bangunan berfungsi sebagai syarat berdirinya sebuah konstruksi.

Apalagi jika Anda ingin membangun sebuah bangunan yang memiliki jumlah lantai yang banyak, seperti gedung bertingkat, perkantoran, dan bangunan tinggi lainnya.

Diperlukan sebuah rencana yang matang, serta memenuhi kriteria struktur kekuatan, kenyamanan, keselamatan, dan rencana usia bangunan, agar bangunan tersebut berdiri kokoh dalam waktu yang lama.

Namun, bagi Anda yang hanya ingin membangun sebuah rumah tapak, bukan berarti kriteria tersebut tidak perlu dipenuhi, penting juga untuk Anda mengetahui tentang seluk-beluk struktur bangunan.

Supaya enggak salah dalam proses pembangunannya, simak baik-baik penjabaran di bawah ini.

Pengertian Struktur Bangunan

Secara harfiah, struktur bangunan dapat diartikan sebagai bagian-bagian yang membentuk berdirinya sebuah bangunan, mulai dari pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, hingga atap.

Fungsi utama dari struktur bangunan sebenarnya untuk mendukung keberadaan elemen-elemen konstruksi lain, seperti, tampak, interior, dan arsitektur bangunan, hingga membentuk suatu kesatuan.

Oleh karenanya, meski memiliki tujuan yang sama, elemen-elemen yang terkandung pada struktur bangunan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing.

Perlu diingat, membangun struktur konstruksi tidak boleh dilakukan secara sembarang, perencanaan pembangunan struktur baiknya merujuk pada beberapa ketentuan, yaitu:

  • Standar Tata Cara Menghitung Struktur Beton No: SK SNI T-15-1991-03;

  • Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983; dan

  • Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983.

Jenis Struktur Bangunan


Pada umumnya, struktur bangunan sendiri terdiri atas dua jenis, yakni struktur bawah (lower structure) dan struktur atas (upper structure).

Selain membaginya ke dalam dua jenis, ada pula orang yang membagi struktur bangunan ke dalam tiga jenis, di antaranya struktur bawah, struktur atas, dan struktur tengah.

Struktur bawah merupakan bagian-bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah, contohnya seperti pondasi, sloof, dan lain-lain.

Sedang struktur atas, berfungsi sebagai penopang atap dan berbentuk memanjang ke atas. Contoh struktur ini adalah pondasi, rangka, serta kuda-kuda.

Berbeda dengan struktur tengah, struktur tengah sendiri letaknya berada di antara tanah dan atap, seperti dinding, kolom, dan juga ring. Lantas pernyataan mana yang benar, dua jenis atau tiga jenis?

Keduanya tidak salah, hanya saja yang satu dikelompokkan ke dalam tiga jenis, sedang yang satunya hanya dua. Terlebih, keduanya juga memiliki komponen yang sama. Untuk lebih jelasnya, simak info berikut ini.

Komponen Struktur Bangunan

Kolom dapat dikatakan sebagai komponen yang cukup penting bagi ketahanan suatu bangunan. Pasalnya, jika kolom pada bangunan runtuh, maka seluruh komponen yang terdapat pada bangunan juga runtuh.

Struktur bangunan pada kolom sendiri terbuat dari besi dan beton. Kedua material ini memungkinkan kolom atau bagian struktur lain, seperti sloof dan balok mampu menahan gaya tekan dan tarik bangunan.

Tak kalah dengan kolom, fungsi balok pada struktur bangunan juga cukup krusial, yakni sebagai rangka penguat horizontal. Balok digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas.

Seperti yang kita ketahui bersama, tangga merupakan komponen struktur rumah yang berguna menghubungkan lantai satu ruangan dengan lantai di atasnya.

Terdapat beberapa macam tipe tangga, seperti tangga membentang horizontal, tangga membentang memanjang, cantilever stairs yang bertumpuk oleh balok tengah, tangga spiral, dan tangga melayang.


Plat lantai dan lantai biasa adalah dua hal yang berbeda, plat lantai tidak terletak di atas tanah secara langsung, atau dapat dikatakan sebagai lantai tingkat.

Biasanya, plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom struktur bangunan. Bahan plat lantai juga bermacam-macam, mulai dari kayu, beton, hingga kayu semen (yumen).

Atap merupakan komponen terpenting yang harus dimiliki sebuah bangunan, apalagi jika bangunan yang dibangun diperuntukan sebagai tempat tinggal, atap akan melindungi kita dari sinar matahari dan hujan.

Pada umumnya, material yang dipakai sebagai penopang rangka atap adalah balok kayu atau baja. Material ini kemudian disusun hingga membentuk segitiga dan disebut sebagai kuda-kuda.

Ya, kuda-kuda sendiri berperan sebagai penyangga utama pada struktur atap. Kuda-kuda umumnya terbuat dari kayu (12 meter), bambu (10 meter), baja (75 meter), dan beton bertulang (10-12 meter).

Jika berbicara struktur bangunan, agaknya kurang pas jika kita tidak membahas soal pondasi bangunan. Secara umum, pondasi diartikan sebagai bagian bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah.

Sehingga, fungsi dari pondasi sendiri bisa dikatakan sebagai penahan beban bagian bangunan lain yang terdapat di atasnya. Selain itu, pondasi juga dibuat tahan akan tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain.

Pelaksanaan galian tanah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Di sini, kontraktor arus memperhatikan lubang-lubang galian pondasi agar terbebas dari longsoran-longsoran tanah.

Selain itu, penggalian tanah juga harus memperhatikan ukuran dalam, lebar, serta sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada gambar.


Pada struktur bangunan, basement difungsikan sebagai cara dalam mengatasi keterbatasan lahan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan galian basement adalah beban dan metode galian.

Metode galian struktur basement sendiri dibagi atas beberapa macam, seperti open cut, cantilever, angker, dan strut.

Nah, itu tadi beberapa komponen struktur bangunan yang penting Anda ketahui saat mendirikan sebuah bangunan. Beberapa struktur mungkin tidak masuk dalam daftar tersebut.

Hal ini disebabkan, banyaknya komponen struktur bangunan yang kita butuhkan dalam proses konstruksi. Namun, komponen-komponen di atas adalah komponen penting yang biasanya ada di sebuah bangunan.

Enggak mau ribet dengan segala proses konstruksi? Buat kamu yang ingin memiliki sebuah hunian, kamu bisa mendapatkan rumah yang bisa langsung kamu tempat di 99.co/id.

99.co/id atau biasa disebut 99.co Indonesia adalah sebuah marketplace properti terbesar dan terpercaya di Indonesia yang menyediakan berbagai jenis properti, seperti rumah, apartemen, dan sebagainya.

Jadi, dapatkan jenis properti impian Anda di situs 99.co Indonesia ya. Selamat mencoba!

Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan untuk memberi kekuatan dan kekakuan yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan. Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban. Beban-beban tersebut menumpu pada elemenelemen untuk selanjutnya disalurkan ke bagian bawah tanah bangunan, sehingga beban-beban tersebut akhirnya dapat di tahan.

2.2.1. Sejarah Perkembangan Sistem Struktur

Secara singkat sejarah teknik struktur dapat dijelaskan melalui perubahan-perubahan sistem struktur dari penggunaan desain coba-coba yang digunakan oleh Mesir dan Yunani kuno hingga sistem struktur canggih yang digunakan saat ini. Perubahan bentuk struktur berhubungan erat dengan penggunaan material, teknologi konstruksi, pengetahuan perencana pada perilaku struktur atau analisis struktur, hingga keterampilan pekerja konstruksinya. Keberhasilan terbesar para ahli teknik Mesir adalah digunakannya batu-batu yang berasal dari sepanjang sungai Nil untuk membangun kuil dan piramid. Karena kemampuan daya dukung batu yang rendah dan kualitas yang sangat tidak menentu, yang disebabkan adanya retak-retak dalam dan rongga-rongga, maka bentang balok-balok tersebut harus sependek mungkin untuk mempertahan kerusakan akibat lentur (Gambar 3.1). Oleh karenanya sistem post-and-lintel yaitu balok batu masif bertumpu pada kolom batu yang relatif tebal, memiliki kapasitas terbatas untuk menahan beban-beban horisontal atau beban eksentris vertikal, bangunan-bangunan menjadi relatif rendah.

Untuk stabilitas kolom harus dibuat tebal, dengan pertimbangan bahwa kolom ramping akan lebih mudah roboh dibandingkan dengan kolom tebal. Yunani, lebih tertarik dengan kolom batu dengan penampilan yang lebih halus (Gambar 3.2), menggunakan tipe yang sama dengan post-and-lintel sistem pada bangunan Parthenon. Hingga awal abad 20-an, lama setelah konstruksi post-and-lintel digantikan oleh baja dan rangka beton, para arsitek melanjutkan dengan menutup fasad kuil Yunani klasik pada bagian penerima bangunan-bangunan. Tradisi klasik jaman Yunani kuno sangat mempengaruhi masa-masa setelah pemerintahan mundur.

Sebagai pembangun berbakat, para teknisi Roma menggunakan struktur lengkung secara luas, seperti yang sering ditemui dalam deret-deret bentuk bertingkat pada stadion (coliseum), terowongan air, dan jembatan (Gambar 3.3). Bentuk lengkung dari busur memungkinkan bentang bersih yang lebih panjang dari yang bisa diterapkan pada bangunan dengan konstruksi pasangan batu post-and-lintel. Stabilitas bangunan lengkung mensyaratkan :

1) seluruh penampang bekerja menahan gaya tekan akibat kombinasi beban-beban keseluruhan,

2) abutmen atau dinding akhir mempunyai kemampuan yang cukup untuk menyerap gaya diagonal yang besar pada dasar lengkungan. Orang-orang Roma mengembangkan metode pembentukan pelingkup ruang interior dengan kubah batu, seperti terlihat pada Pantheon yang ada di Roma.

Selama periode Gothic banyak bangunan-bangunan katedral megah seperti Chartres dan Notre Dame, bentuk lengkung diperhalus dengan hiasanhiasan yang banyak dan berlebihan, bentuk-bentuk yang ada menjadi semakin lebar (Gambar 3.4). Ruangruang atap dengan lengkungan tiga dimensional juga ditunjukan pada konstruksi atap-atap katedral. Elemenelemen batu yang melengkung atau disebut flying buttresses, yang digunakan bersama dengan tiang-tiang penyangga dari kolom batu yang tebal atau dinding yang menyalurkan gaya dari kubah atap ke tanah (Gambar  3.5). Bidang teknik pada periode ini menghasilkan pengalaman yang tinggi berdasar pada apa yang dipelajari ahli bangunan dan mengajarkan pada murid-muridnya, selanjutnya ketrampilan ini diturunkan pada generasigenerasi selanjutnya.

Meskipun katedral dan istana-istana megah didirikan selama bebarapa abad di Eropa tetapi tidak ada perubahan yang signifikan pada teknologi konstruksi, hingga diproduksinya besi tuang sebagai bahan komersial pada pertengahan abad ke-18. Bahan ini memungkinkan ahli teknik untuk mendesain bangunan dengan sederhana tetapi dengan balokbalok yang kuat, kolom-kolom dengan penampang yang lebih solid. Hal ini memungkinkan desain struktur yang ringan dengan bentang yang lebih panjang dan bukaan-bukaan yang lebih lebar. Dinding penahan yang masif digunakan untuk konstruksi batu yang tidak memerlukan bentang panjang. Pada akhirnya, baja dengan kemampuan menahan gaya tarik yang tinggi dan tekan yang besar memungkinkan konstruksi dari struktur-struktur yang tinggi hingga saat ini untuk gedung pencakar langit (skyscraper).

Pada akhir abad ke-19, Eifel, seorang ahli teknik perancis yang banyak membangun jembatan baja bentang panjang mengembangkan inovasi-nya untuk Menara Eifel, yang dikenal sebagai simbol kota Paris (Gambar 3.6). Dengan adanya pengembangan kabel baja tegangan tinggi, para ahli teknik memungkinkan memba-ngun jembatan gantung dengan bentang panjang. Penambahan tulangan baja pada beton memungkinkan para ahli untuk mengganti beton tanpa tulangan menjadi lebih kuat, dan menjadikan elemen struktur lebih liat (ductile). Beton bertulang memerlukan cetakan sesuai dengan variasi bentuk yang diinginkan. Sejak beton bertulang menjadi lebih monolit yang berarti bahwa aksi beton dan baja menjadi satu kesatuan unit, maka beton bertulang memiliki kemampuan yang lebih tidak terbatas.

Pengembangan metode analisis memungkinkan perencana memprediksikan gaya-gaya dalam pada konstruksi beton bertulang, desain merupakan semi empiris dimana perhitungan didasarkan pada penelitian pada pengamatan perilaku dan pengujian-pengujian, serta dengan menggunakan prinsip-prinsip mekanika. Pada awal tahun 1920-an dengan menggunakan momen distribusi oleh Hardy Cross, para ahli menerapkan teknik yang relatif sederhana untuk menganalisis struktur. Perencana menjadi lebih terbiasa menggunakan momen distribusi untuk menganalisis rangka struktur yang tidak terbatas, dan menggunakan beton bertulang sebagai material bangunan yang berkembang pesat. Dikenalnya teknik las pada akhir abad ke-19 memungkinkan penyambungan elemen baja dan menyederhanakan konstruksi rangka kaku baja. Selanjutnya, pengelasan menggantikan plat-plat sambung berat dan sudut-sudut yang menggunakan paku keling.

Saat ini perkembangan komputer dan penelitian-penelitian dalam ilmu bahan menghasilkan perubahan besar dari ahli-ahli teknik struktur dalam mengembangan pendukung khusus struktur. Pengenalan komputer dan pengembangan metode matriks untuk balok, pelat dan elemen bidang permukaan memungkinkan perencana menganalisis struktur yang kompleks dengan cepat dan akurat.

2.2.2. Klasifikasi Struktur

Untuk dapat memahami suatu bidang ilmu termasuk struktur bangunan, maka pengetahuan tentang bagaimana kelompok-kelompok dalam struktur dibedakan, diurutkan, dan dinamakan secara sistematis sangat diperlukan. Pengetahuan tentang kriteria dan kemungkinan hubungan dari bentuk-bentuk menjadi dasar untuk mengklasifikasikan struktur bangunan. Metode umum yang sering digunakan adalah mengklasifikasikan elemen struktur dan sistemnya menurut bentuk dan sifat fisik dasar dari suatu konstruksi, seperti pada Gambar 3.7.

Klasifikasi struktur berdasarkan geometri atau bentuk dasarnya :

• Elemen garis atau elemen yang disusun dari elemen-elemen garis, adalah klasifikasi elemen yang panjang dan langsing dengan potongan melintangnya lebih kecil dibandingkan ukuran panjangnya. Elemen garis dapat dibedakan atas garis lurus dan garis lengkung.

• Elemen permukaan adalah klasifikasi elemen yang ketebalannya lebih kecil dibandingkan ukuran panjangnya. Elemen permukaan, dapat berupa datar atau lengkung. Elemen permukaan lengkung bisa berupa lengkung tunggal ataupun lengkung ganda

Klasifikasi struktur berdasarkan karakteristik kekakuannya elemennya:

• Elemen kaku, biasanya sebagai batang yang tidak mengalami perubahan bentuk yang cukup besar apabila mengalami gaya akibat beban-beban.

• Elemen tidak kaku atau fleksibel, misalnya kabel yang cenderung berubah menjadi bentuk tertentu pada suatu kondisi pembebanan. Bentuk struktur ini dapat berubah drastis sesuai perubahan pembebanannya. Struktur fleksibel akan mempertahankan keutuhan fisiknya meskipun bentuknya berubah-ubah.

Berdasarkan susunan elemen, dibedakan menjadi 2 sistem seperti diilistrasikan pada Gambar 3.8:

• Sistem satu arah, dengan mekanisme transfer beban dari struktur untuk menyalurkan ke tanah merupakan aksi satu arah saja. Sebuah balok yang terbentang pada dua titik tumpuan adalah contoh sistem satu arah.

• Sistem dua arah, dengan dua elemen bersilangan yang terletak di atas dua titik tumpuan dan tidak terletak di atas garis yang sama. Suatu pelat bujur sangkar datar yang kaku dan terletak di atas tumpuan pada tepi-tepinya

Berdasarkan material pembentuknya, dibedakan:

• Struktur kayu

• Struktur baja

• Struktur beton, dll

2.2.3. Elemen-elemen Utama Struktur

Elemen-elemen struktur utama seperti pada Gambar 3.9, dikelompokan menjadi tiga kelompok utama, yaitu:

• Elemen kaku yang umum digunakan: balok, kolom, pelengkung, pelat datar, pelat berkelengkungan tunggal dan cangkang.

• Elemen tidak kaku atau fleksibel: kabel, membran atau bidang berpelengkung tunggal maupun ganda.

• Elemen-elemen yang merupakan rangkaian dari elemen-elemen tunggal: rangka, rangka batang, kubah, dan jaring.

a) Balok dan Kolom

Struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horisontal di atas elemen kaku vertikal. Elemen horisontal (balok) memikul beban yang bekerja secara transversal dari panjangnya dan menyalurkan beban tersebut ke elemen vertikal (kolom) yang menumpunya. Kolom dibebani secara aksial oleh balok, dan akan menyalurkan beban tersebut ke tanah. Balok akan melentur sebagai akibat dari beban yang bekerja secara transversal, sehingga balok sering disebut memikul beban secara melentur. Kolom tidak melentur ataupun melendut karena pada umumnya mengalami gaya aksial saja. Pada suatu bangunan struktur balok dapat merupakan balok tunggal di atas tumpuan sederhana ataupun balok menerus. Pada umumnya balok menerus merupakan struktur yang lebih menguntungkan dibanding balok bentangan tunggal di atas dua tumpuan sederhana.

b) Rangka

Struktur rangka secara sederhana sama dengan jenis balok-tiang (post-and-beam), tetapi dengan aksi struktural yang berbeda karena adanya titik hubung kaku antar elemen vertikal dan elemen horisontalnya. Kekakuan titik hubung ini memberi kestabilan terhadap gaya lateral. Pada sistem rangka ini, balok maupun kolom akan melentur sebagai akibat adanya aksi beban pada struktur. Pada struktur rangka panjang setiap elemen terbatas, sehingga biasanya akan dibuat dengan pola berulang.

c) Rangka Batang

Rangka batang (trusses) adalah struktur yang dibuat dengan menyusun elemen linier berbentuk batang-batang yang relatif pendek dan  lurus menjadi pola-pola segitiga. Rangka batang yang terdiri atas elemenelemen diskrit akan melendut secara keseluruhan apabila mengalami pembebanan seperti halnya balok yang terbebani transversal. Setiap elemen batangnya tidak melentur tetapi hanya akan mengalami gaya tarik atau tekan saja.

d) Pelengkung

Pelengkung adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang melengkung dan membentang antara dua titik. Struktur ini umumnya terdiri atas potongan-potongan kecil yang mempertahankan posisinya akibat adanya pembebanan. Bentuk lengkung dan perilaku beban merupakan hal pokon yang menentukan apakah struktur tersebut stabil atau tidak. Kekuatan struktur tergantung dari bahan penyusunnya serta beban yang akan bekerja padanya. Contoh struktur pelengkung adalah pelengkung yang dibentuk dari susunan bata. Bentuk struktur pelengkung yang banyak digunakan pada bangunan modern adalah pelengkung kaku (rigid arch). Struktur ini hampir sama dengan pelengkung bata tetapi terbuat dari material kaku. Struktur pelengkung kaku dapat menahan beban aksial lebih baik tanpa terjadi lendutan atau bengkokan pada elemen strukturnya, jika dibandingkan dengan pelengkung bata.

e) Dinding dan Plat

Pelat datar dan dinding adalah struktur kaku pembentuk permukaan. Suatu dinding pemikul beban dapat memikul beban baik beban yang bekerja dalam arah vertikal maupun beban lateral seperti beban angin maupun gempa. Jika struktur dinding terbuat dari susunan material kecil seperti bata, maka kekuatan terhadap beban dalam arah tegak lurus menjadi sangat terbatas.

Struktur pelat datar digunakan secara horisontal dan memikul beban sebagai lentur dan meneruskannya ke tumpuan. Struktur pelat dapat terbuat dari beton bertulang ataupun baja. Pelat horisontal dapat dibuat dengan pola susunan elemen garis yang kaku dan pendek, dan bentuk segitiga tiga dimensi digunakan untuk memperoleh kekakuan yang lebih baik. Struktur pelat dapat berupa pelat lipat (folded plate) yang merupakan pelat kaku, sempit, panjang, yang digabungkan di sepanjang sisi panjangnya dan digunakan dengan bentang horisontal.

f) Cangkang silindrikal dan terowongan

Cangkang silindrikal dan terowongan merupakan jenis struktur pelatsatu-kelengkungan. Struktur cangkang memiliki bentang longitudinal dan kelengkungannya tegak lurus terhadap diameter bentang. Struktur cangkang yang cukup panjang akan berperilaku sebagai balok dengan penampang melintang adalah kelengkungannya. Bentuk struktur cangkang ini harus terbuat dari material kaku seperti beton bertulang atau baja. Terowongan adalah struktur berpelengkung tunggal yang membentang pada arah transversal. Terowongan dapat dipandang sebagai pelengkung menerus.

g) Kubah dan Cangkang Bola

Kubah dan cangkang bola merupakan bentuk struktur berkelengkungan ganda. Bentuk kubah dan cangkang dapat dipandang sebagai bentuk lengkungan yang diputar. Umumnya dibentuk dari material kaku seperti beton bertulang, tetapi dapat pula dibuat dari tumpukan bata. Kubah dan cangkang bola adalah struktur yang sangat efisien yang digunakan pada bentang besar, dengan penggunaan material yang relatif sedikit. Struktur bantuk kubah dapat juga dibuat dari elemen-elemen garis, kaku, pendek dengan pola yang berulang, contohnya adalah kubah geodesik.

h) Kabel

Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuk struktur kabel tergantung dari basar dan perilaku beban yang bekerja padanya. Struktur kabel yang ditarik pada kedua ujungnya, berbentuk lurus saja disebut tierod. Jika pada bentangan kabel terdapat beban titik eksternal maka bentuk kabel akan berupa segmen-segmen garis. Jika beban yang dipikul adalah beban terbagi merata, maka kabel akan berbentuk lengkungan, sedangkan  erat sendiri struktur kabel akan menyebabkan bentuk lengkung yang disebut catenary-curve.

i) Membran, Tenda dan Jaring

Membran adalah lembaran tipis dan fleksibel. Tenda biasanya dibentuk dari permukaan membran. Bentuk strukturnya dapat berbentuk sederhana maupun kompleks dengan menggunakan membran-membran. Untuk permukaan dengan kelengkungan ganda seperti permukaan bola, permukaan aktual harus tersusun dari segmen-segmen yang jauh lebih kecil karena umumnya membran hanya tersedia dalam bentuk lembaranlembaran datar. Membran fleksibel yang dipakai pada permukaan dengan menggantungkan pada sisi cembung berarah ke bawah, atau jika berarah  keatas harus ditambahkan mekanisme tertentu agar bentuknya dapat tetap. Mekanisme lain adalah dengan menarik membran agar mempunyai bentuk tertentu. Jaring adalah permukaan tiga dimensi yang terbuat dari sekumpulan kabel lengkung yang melintang.

2.2.4. Satuan Struktur Utama dan Penggabungannya

Dalam bidang teknik sipil aplikasi struktur terutama dibedakan pada jenis struktur gedung dan struktur untuk bangunan lain. Pada struktur gedung kombinasi struktur selalu berperilaku untuk membentuk volume (ruang) tertentu. Sedangkan bangunan lain (contohnya jembatan), struktur bangunan berfungsi untuk memikul permukaan linear.

Satuan struktural utama adalah struktur minimum yang digunakan pada konteks bangunan gedung yang dapat dipergunakan baik secara individual maupun secara berulang. Sebagai contoh, empat kolom beserta permukaan bidang kaku yang ditumpunya membentuk volume ruang tertentu merupakan satuan struktural utama. Satuan ini dengan susunan bersebelahan maupun bertumpuk akan membentuk volume ruang yang lebih besar. Jika diletakkan bersebelahan maka kolom-kolom dapat  dipergunakan bersama oleh masing-masing satuan.

Satuan struktural utama dapat terdiri atas kombinasi elemen-elemen linier/garis, bidang/permukaan, vertikal maupun horisontal, baik tunggal maupun rangkaian rangka. Satuan struktural yang biasa dijumpai dapat dibedakan menjadi:

• Sistem yang membentang secara horisontal

• Sistem yang membentang secara vertikal

• Sistem tumpuan lateral.

Pada permukaan datar, sistem yang membentang secara horisontal dapat terdiri atas satu atau dua elemen yang membentang. Untuk sistem yang terdiri atas elemen-elemen pembentang secara vertikal dapat berupa hirarki: bidang pembentuk permukaan yang terbentang pendek akan ditumpu oleh balok-balok sekunder (balok anak) yang berjarak dekat antara satu dengan lainnya, balok-balok sekunder selanjutnya akan dipikul oleh balok-balok lain (utama/induk) yang lebih besar dengan jarak yang lebih lebar, balok-balok utama ini yang akan menyalurkan beban ke elemen pemikul vertikal. Hirarki elemen-elemen struktur dapat terdiri atas dua lapis, tiga lapis atau lebih, tetapi hirarki tiga lapis adalah hirarki yang paling sering digunakan. (Gambar 3.10). Pada situasi dengan bentang-bentang pendek sistem lantai dan balok-balok sering digunakan, sedangkan untuk bentang struktur yang panjang rangka batang atau struktur kabel merupakan sistem yang banyak digunakan (Gambar 3.11).

Pada tumpuan vertikal, umumnya terdiri atas dinding pemikul beban dan sistem kolom. Dinding pemikul beban dapat digunakan untuk menerima beban pada seluruh bagian panjangnya, misalnya dari bidang horisontal. Pada sistem kolom akan menerima gaya-gaya terpusat saja, umumnya dari ujung-ujung balok.

Beban-beban yang bekerja pada arah horisontal seperti angin atau gempa dapat menyebabkan struktur runtuh secara lateral. Struktur dinding dapat memikul beban-beban tersebut, sebaliknya sistem balok dan kolom membutuhkan elemen-elemen pemikiul lain misalnya elemen linier diagonal.

Sumber :

Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 115 – 126.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA