Saham inco bergerak dibidang apa

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia secara resmi meneken kesepakatan untuk mengambil 20% saham anak usaha tambang nikel raksasa Brazil, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melalui induk BUMN Pertambangan, Mining Industry Indonesia (MIND ID) atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Pertanyaannya, murah atau mahal? Masih bisakah investor saham masuk membeli saham INCO?

Pada penutupan perdagangan Selasa sore ini (23/6), saham INCO ditutup minus 1,05% di posisi Rp 2.830/saham, dan sepekan terakhir saham INCO juga melorot 5,67%.

MIND ID resmi menandatangani perjanjian jual-beli saham pada 19 Juni 2020 atas divestasi 20% saham Vale bersama para pemegang saham mayoritas Vale Indonesia lainnya, yakni Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM).

Ini merupakan akuisisi perusahaan tambang asing kedua yang dijalankan di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) sesuai dengan amanat Undang-Undang Minerba, yang diturunkan dalam amandemen Kontrak Karya (KK) tahun 2014 antara Vale Indonesia dan pemerintah Indonesia.

Penandatanganan pada Jumat pekan lalu itu adalah kelanjutan dari Perjanjian Pendahuluan pada 11 Oktober 2019. Dalam penjualan 20% saham ini, VCL akan melepas 14,9% saham dan SMM sebesar 5,1% pada harga Rp 2.780 per unit.

Setelah selesainya transaksi, kepemilikan saham di Vale Indonesia akan berubah menjadi VCL 44,3%, MIND ID 20%, SMM 15%, dan publik 20,7%. Transaksi penjualan ini ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2020. Harga beli divestasi saham itu senilai Rp 5,52 triliun di harga Rp 2.870/saham.

Tim Riset CNBC Indonesia juga menilai harga pembelian INCO tersebut sebetulnya masih tergolong murah.

Jika mengacu pada rerata harga saham perseroan dalam 30 hari terakhir di level Rp 2.911/saham, nilai pembelian di harga Rp 2.780 tersebut terhitung masih lebih murah alias diskon hingga 9% atau lebih murah Rp 131 per saham.

Secara akumulatif, nilai diskon tersebut mencapai Rp 260 miliar, karena jika pemerintah membeli saham perseroan di harga Rp 2.911, maka dana MIND ID yang tersedot untuk menuntaskan akuisisi tersebut bakal mencapai Rp 5,78 triliun.

Perhitungan ini didasarkan pada total saham beredar INCO sebanyak 9.936.338.720 saham, maka porsi 20% saham divestasi yang dibeli MIND ID adalah sebanyak 1.987.267.744 saham

Bahkan apabila eksekusi dilakukan di harga Rp 3.670/saham yaitu level tertinggi INCO selama tahun berjalan maka dana MIND ID yang harus diggelontorkan 32% lebih banyak atau senilai Rp 7,29 triliun.

Ini tentu menjadi harga yang menarik bagi pihak pemerintah, karena bisa mendapatkan aset tambang tersebut pada harga yang lebih rendah. Dengan kata lain, negosiasi yang dilakukan berujung pada harga diskon, menunjukkan posisi tawar pemerintah yang kuat selalu pembeli.

Akan tetapi setelah sahamnya dibeli MIND ID, apakah INCO masih layak dikoleksi investor ritel simak analisisnya.

Harga pasar INCO pada Selasa ini terpantau berada di angka Rp 2.830/saham. Harga saham INCO ini sendiri sudah turun 3,08% sejak penandatanganan perjanjian jual-beli saham pada 19 Juni lalu.

Penurunan harga saham INCO tergolong wajar, karena secara historis apabila terdapat perjanjian jual-beli saham seperti ini harga pasar cenderung akan bergerak ke harga pembelian. Terutama jika harga pasar berada di atas harga pembelian ketika terjadinnya deal.

Akan tetapi investor sebenarnya tidak perlu takut berinvestasi di saham INCO, apalagi jika dalam waktu dekat ini harganya sudah turun ke bawah harga pembelian MIND ID yaitu Rp 2.780/saham.

Hal ini dikarenakan fundamental INCO yang valuasinya tergolong masih murah dan fundamentalnya yang kuat apalagi setelah disokong oleh pemerintah.

Secara valuasi, dengan menggunakan rasio harga pasar dibanding nilai bukunya (PBV/price to book value) INCO berada di angka 0,87 kali masih lebih rendah di bawah rata-rata industri sebesar 1,8 kali.

Sedangkan bila menggunakan metode valuasi harga pasar dibandingkan dengan laba bersihnya (PER/price earnings ratio) maka PER INCO berada di angka 14,83 kali, angka ini juga berada di bawa rata-rata industri sebesar 21,9 yang menunjukkan bahwa secara valuasi saham INCO masih murah dan layak koleksi.

Rasio perbandingan hutang dengan ekuitas (DER/debt to equity ratio) perseroan juga tergolong sehat di angka 11,49%, rule of thumb DER yang sehat biasanya jika berada di bawah 100%.

Akan tetapi yang menjadi daya jual INCO adalah kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan asetnya, tercatat Return on Asset (ROE) perusahaan pada kuartal pertama tahun 2020 adalah sebesar 5,87%.

Perlu dicatat ROE rata-rata perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan logam pada Kuartal-I 2020 ini hanya sebesar 0,72% angka ini turun dari rata-rata selama 3 tahun terakhir yaitu sebesar 5,28%. Penurunan rata-rata ROE ini sendiri terjadi karena penurunan pendapatan perusahaan akibat diserang pandemi virus corona.

Sektor pertambangan logam secara umum memang ikut terserang virus corona walaupun secara tidak langsung. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, aktivitas industri secara umum juga mengalami penurunan yang tentunya akan mengurangi permintaan barang tambang dan menekan harga.

Akan tetapi virus Covid-19 juga membawa berkah tersembunyi di industri ini, dengan adanya virus corona, biaya energi yang biasanya mencakup 20-25% dari total biaya operasi dapat ditekan bersamaan dengan penurunan harga minyak mentah dunia.

Foto: MIND ID Tandatangani Perjanjian Definitif Ambil Alih 20 Persen Saham PTVI. Ist
MIND ID Tandatangani Perjanjian Definitif Ambil Alih 20 Persen Saham PTVI. Ist

Selain itu fakta bahwa Indonesia merupakan negara pemegang cadangan nikel terbesar dunia yaitu sebanyak 21 juta metrik ton juga bisa menjadi pertimbangan tersendiri. Lebih dari 23% cadangan nikel dunia berada di Indonesia.

Australia berada di posisi kedua sebesar 20 juta metrik ton, dan menyusul kemudian Brazil yang menjadi negara tempat induk usaha Vale Indonesia beroperasi.

Dengan kepemilikan saham Vale Indonesia, maka Indonesia kian menggusur posisi Brazil dalam hal penguasaan cadangan tersebut untuk kemudian berkolaborasi lewat perseroan. Sehingga bisa dikatakan kini kepentingan perusahaan bisa berjalan beriringan dengan kepentingan pemerintah.

Dalam pernyataan resminya, MIND ID menyatakan akuisisi itu merupakan mandat negara untuk mengelola cadangan mineral strategis dan mendorong hilirisasi industri pertambangan. Dengan memiliki 20% saham Vale Indonesia dan 65% saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), MIND ID memiliki akses terhadap cadangan nikel terbesar dunia.

Apalagi prospek bisnis pertambangan nikel untuk ke depanya sedang cemerlang, hal ini karena terjadinya peralihan dari mobil yang berbahan bakar gas menjadi mobil listrik terutama di pasar Amerika Serikat (AS). Di negara maju konsumen yang semakin perduli terhadap lingkungan mulai beralih dari sumber energi fosil menjadi sumber energi yang terbaharukan.

Salah satu bahan baku utama baterai mobil listrik adalah nikel, bahkan produsen mobil listrik terbesar di dunia Tesla sudah siap membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Sah! MIND ID Caplok 20% Saham Divestasi Vale Rp 5,5 T

(trp/trp)

PT Inco memproduksi apa?

Produksi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kuartal III 2022 meningkat 39% PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan hasil produksi untuk kuartal III 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil memproduksi 17.513 metrik ton nikel dalam matte.

IDX Inco bergerak dibidang apa?

PT Vale Indonesia Tbk (IDX: INCO) merupakan perusahan tambang dan pengolahan nikel terintegrasi yang beroperasi di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.

PT Vale Indonesia Tbk milik siapa?

Data pemegang saham ini tercatat per 31 Desember 2019. Adapun Vale Canada Limited merupakan pemegang saham pengendali dari Vale Indonesia.

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA