Pimpinan pasukan islam yang menaklukan 200 ribu pasukan gotik di andalusia (spanyol) adalah ….

Islam mulai memasuki Spanyol pada masa Khalifah Al-Walid ( 705-715 M ) dari Dinasti Umayah yang berpusat di Damaskus melalui tangan Panglima Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad pada 92 H, bertepatan dengan 711 M. 198 Tariq Suwaidan, Dari Puncak Andalusia. Kisah Islam Pertama Kali Menginjakkan Kaki di Spanyol, Membangun Per-

adaban, Hingga Menjadi Warisan Sejarah Dunia, (Jakarta: Zaman, 2015), 45 199 Setelah meninggalnya Raja Goth Barat “Witizan”.

Setelah itu Andalusia terus berada di bawah kekuasaan Islam hingga jatuhnya Granada pada akhir kejayaan Islam di Andalusia 897 H (bertepatan dengan 1492 M).

Masuknya Islam ke Andalusia bukan sebagai penjajah militer, tetapi futuh islami berperadaban, yang pengaruhnya menyebar ke barat Eropa. Selama futuh ini, terjadi interaksi antara kaum Kristen Andalusia dan penduduk asli Andalusia. Orang-orang Kristen Andalusia yang belum masuk Islam tetap dibolehkan menjaga keyakinan mereka. Maka terwujudlah keadilan sosial di tengah masyarakat.

Karena letaknya yang strategis, maka Andalusia terus menjadi daerah interaksi antara Islam dan Kristen. Hal ini membuat wilayah ini mempunyai karakter dan ciri tersendiri yang menegaskan bahwa peradaban Andalusia adalah peradaban islami yang mempunyai interaksi budaya. Peradaban Islam mencapai puncaknya di Andalusia pada paruh kedua dari abad kesepuluh Masehi.200

Sebelum melakukan invasi ke daratan Eropa, kaum Muslim ketika itu telah berhasil menguasai Afrika Utara dan dijadikan sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Umayah. Penaklukan atas Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid).201 Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu.

Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Pada zaman Al-Walid, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyataka setia sekaligus berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan, seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.

200 Lathifah Ibrahim Khadhar, Ketika Barat Memfitnah Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 29-30. 201 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama),154

Setelah Musa bin Nushair dan pasukannya memantapkan Islam di Afrika Utara, ia melihat ke wilayah di seberang Selat Gibraltar. Melalui sepucuk surat iapun meminta izin kepada Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik di Damaskus untuk menaklukan Andalusia. Suratnya dibalas. Khalifah memintanya agar melakukan pengintaian dan survey terlebih dahulu. Khalifah ingin agar pasukan muslim di sana tidak teperdaya dan terjebak di lautan. Sebab, mereka belum berpengalaman di lautan mereka hanya umat padang pasir dan daratan. Atas dasar ini, khalifah tidak mengijinkan Musa melakukan serangan besar-besaran karena menghawatirkan keselamatan pasukan muslim. Namun, Musa berusaha meyakinkan khalifah. Ia mengatakan dirinya bukan orang yang tidak mengetahui seluk beluk lautan. Akhirnya, khalifah mengirim surat, ”Jika seperti itu, kirimkanlah dahulu ekspedisi ringan sebagai percobaan.’’202

Dalam proses penaklukan Spanyol, terdapat tiga pahlawan yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin pasukan dalam penaklukan itu. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Tharif bin Malik dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berada di Maroko dan Benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal, yang disediakan oleh Graft Julian. Dalam penyerbuan itu, Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan untuk memperoleh rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M, mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad.203

Thariq bin Ziyad (670-720 M) dikenal dalam sejarah Andalusia sebagai legenda dengan sebutan Taric al-Tuerto204 (Taric yang memiliki satu mata). Ia telah memimpin pasukan tentara menyeberangi lautan Gibraltar (Jabal Thariq) menuju Semenanjung Iberia. Asal usul Thariq tidak diketahui secara pasti. 202 Tariq Suwaidan, Dari Puncak Andalusia “ kisah Islam Pertama Kali Menginjakkan Kaki di Spanyol, Membangun

Peradaban, Hingga Menjadi Warisan Sejarah Dunia”, (Jakarta: Zaman, 2015), 45 203 Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm. 628

204 Istilah Taric el-Tuerto muncul dalam banyak karya penulis Barat tahun 1800-an., di antaranya ialah Washington Irving, Henry Coppee, dan lainnya (id.wikipedia.org).

Menurut sejarawan bernama Syauqi Abu Khalil yang dikutip oleh Alwi Alatas, ada yang menyebutnya sebagai keturunan Bani Hamdan dari Persia, atau dari suku Lahm. Ada juga yang menyebutkan bahwa Thariq berasal dari bangsa Vandal. Namun banyak sejarawan yang menganggapnya keturunan bangsa Barbar.205

Menurut Alwi Alatas, Thariq berasal dari keluarga muslim, yang sejak kecil telah dididik secara islami oleh ayahnya pada masa kekuasaan Uqbah bin Nafi di Ifriqiyah. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa Thariq adalah bekas budak Musa bin Nushair. Musa membebaskannya setelah melihat potensinya, kemudian membuatnya tergabung dalam pasukan. Bisa jadi, Thariq sudah tergabung dalam pasukan Musa bin Nushair saat Musa baru tiba di Qayrawan. Tetapi saat itu, Thariq belum dikenal secara luas.206

Ketika mengetahui pasukan Visigoth pimpinan Theodomire telah bersiap menghadang di sebuah tempat yang tak terlalu jauh,Thariq langsung berputar arah menuruni dataran rendah Algeciras (Jazirah Khandhra’) yang ada di belakang Jabal Thariq. Saat mengetahui Thariq dan pasukannya menuruni dataran tersebut, Theodomire buru-buru menyurati Roderick yang kala itu tengah sibuk memadamkan pemberontakan anak-anak Witiza di utara. Dalam suratnya,Theodomire berkata,’’Kami telah didatangi suatu kaum. Kami tidak tahu, apakah mereka dari penduduk bumi atau penduduk langit? Yang pasti, mereka telah menginjakkan kaki di tanah kita. Aku bertemu mereka. Datanglah kesini segera!’’

Setelah membaca surat ini, Rederick langsung menhimpun pasukan berjumlah sangat besar. Konon, sekitar 100 ribu tentara disiapkan. Sebelumnya, ia menyisakan beberapa peleton pasukan untuk terus memadamkan pemberontakan. Roderick kemudian bergerak ke selatan, menuju tempat Thariq berada.

Namun, Thariq cepat-cepat melancarkan serangan. Perang berlangsung selama tiga hari. Pasukan Visigoth pimpinan Theodomire kalah di Jazirah Khandra’. Wilayah selatan Andalusia pun dapat dikuasai Thariq sepenuhnya. 205 Thariq bin Ziyad dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukan orang Arab, melainkan dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko.masa kecilnya sama dengan kebanyakan kaum Muslim saat itu, ia membaca dan menulis, sekaligus menghafal surat-surat al_Qur’an dan hadits. Tidak banyak yang dicatat oleh ahli sejarah mengenai masa kecilnya. Bahkan para sejarawan, seperti Imam Ibn al-Atsir, Thabari, dan Ibn Khal- dun, tidak meriwayatkan masa kecilnya dalam buku-buku mereka (kisah muslim.com).

Saat mengetahui berita pergerakan Roderick dan pasukan besarnya, Thariq segera mengirim utusan pada Musa ibn Nushair untuk meminta bantuan. Musa pun langsung mengirim 5.000 tentara bantuan. Kini,Thariq memiliki 12 ribu orang tentara.

Perang akhirnya meletus. Perang ini menentukan dan terbilang sebagai perang penting di Andalusia. Pasukan Islam berjumlah 12 ribu orang. Sebagian besar merupakan pasukan infanteri dan hanya sedikit yang menunggang kuda (kavaleri). Mereka dipimpin Thariq ibn Ziyad. Keadaan ini berbanding terbalik dengan pasukan Visigoth. Jumlah mereka 100 ribu orang. Sebagian besar adalah pasukan kavaleri dan hanya sedikit yang berjalan kaki (infanteri). Mereka dikomandani Roderick, penguasa Andalusia. Ia berada di atas tandu yang dibawa tiga ekor bagal (sejenis kuda). Pakaian kebesarannya dihiasi dengan benang- benang emas.

Thariq berpidato di hadapan pasukannya. Ia memberi mereka pilihan antara kemenangan dan kesyahidan. Ia menyemangati mereka untuk meninggikan kalimat Allah dan mengabaikan kemewahan-kemewahan dunia. Pidato panjang Thariq yang disebutkan di beberapa kitab hanyalah karangan belaka. Disamping itu, Thariq berasal dari suku Barbar, yang mayoritas tidak memiliki jiwa seni dalam berbahasa. Dari segi pemilihan kata dan keindahan bahasa, pidato tersebut hampir pasti milik al-Qiss ibn Sa’idah atau Imru’ al-Qays. Begitu juga dengan pembakaran kapal. Jadi, kedua hal itu bukan merupakan kebenaran historis yang diakui keautentikannya.207

Sementara Prof. DR. A.Syalabi lebih condong untuk membenarkan adanya pidato itu, tetapi tidak untuk membenarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Thariq telah membakar kapal-kapalnya. Riwayat tersebut berpokok kepada ucapan Thariq:.. “Kemanakah saudara-saudara hendak melarikan diri? Lautan dibelakang kamu...lalu para ahli riwayat mengartikan bahwa Thariq telah membakar kapal-kapalnya, sehingga tidak ada jalan bagi pasukannya untuk melarikan diri. Tidak ada sesuatu yang mengharuskan kita untuk mengambil kesimpulan bahwa tidak adanya kapal itu disebabkan karena Thariq telah membakarnya. Kapal-kapal tersebut sebenarnya telah kembali kepada Graft 207 Tariq Suwaidan, Dari Puncak Andalusia, 48-49.

Julian, sebab dialah pemiliknya. Maka tinggallah Thariq dan satuan-satuannya antara laut dan musuh.208

Pasukan Visigoth tampak terperdaya oleh kekuatannya. Mereka yakin pasti akan menang. Saking yakinnya, mereka menyiapkan peralatan lengkap pembawa tawanan muslim. Sejumlah binatang pun disiapkan khusus untuk mengangkut tali pengikat tawanan muslim. Seolah-olah perang akan berakhir dengan kemenangan mereka.

Pasukan Visigoth unggul jauh dalam hal jumlah dan persenjataan. Selain itu, mereka berperang di negeri sendiri,di medan yang sangat mereka kenal. Hanya saja, kaum Muslim unggul dalam hal semangat spiritual, tidak munyukai kehidupan duniawi. Klaim bahwa Thariq menjanjikan perempuan, harta,dan emas pada pasukannya itu bohong belaka.

Perang mulai berkobar pada Ahad, 28 Ramadhan 92 H (711 M) dan terus berlanjut sampai delapan hari. Saat Idul Fitri, kaum Muslim masih berjibaku di medan perang hingga Ahad,5 Syawal 92 H (711 M). Perang berlangsung sengit. Kedua pihak sama-sama memperlihatkan kesabaran luar biasa. Korban pun berjatuhan. Seperempat pasukan Muslim atau 3.000 pejuang gugur syahid, sebagaimana disebutkan oleh sejumlah riwayat. Pasukan Visigoth lari kocar kacir ke segala penjuru Barbate. Banyak dari pasukan Visigoth terpaksa melemparkan diri ke sungai Barbate hingga tenggelam, termasuk Roderick yang tewas tenggelam.209 Perang Barbate telah menghancurkan seluruh kekuatan militer Visigoth.

Setelah kemenangan penting ini, pasukan muslim berjalan melintasi kota- kota Spanyol dengan cukup mudah, hampir tanpa perlawanan yang berarti. Hanya beberapa kota, yang dikuasai para satria Gothik Barat, yang mampu memberikan perlawanan berarti. Thariq menyapu jalan melewati Ecija menuju Toledo, ibu kota, dan mengirim sejumlah pasukan ke kota-kota tetangga. Sedangkan kota Sevilla yang dikelilingi tembok kuat dihindari. Satu pasukan merebut Arkidona tanpa mendapat perlawanan. Pasukan lainnya berhasil menduduki Elvira, dekat Granada tanpa menemui kesulitan. Pasukan ketiga, terdiri atas kavaleri di bawah 208 A. Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam 2, 129.

komando Mughith al-Rumi menyerang Kordova. Setelah mencoba bertahan selama dua bulan, ibukota masa depan kaum Muslim ini menyerah. Malaga tidak memberikan perlawanan sama sekali. Di Ecija berkobar pertempuran paling sengit dari seluruh pergerakan kaum Muslim, dan berakhir dengan kemenanangankaum Muslim. Toledo, ibu kota Gothik Barat, berhasil diduduki. Berkat semua kemenangan itu Thariq yang mulai berlayar pada musim semi 711 M, dengan tujuh ribu pasukan, di akhir musim panas telah menjadi penguasa atas separuh wilayah Spanyol.

Kemenangan yang dicapai oleh Thariq bin Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukannya. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Sevilla, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.210

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M. Kali sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd al-Rahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.

Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat d laut tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari

Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani umayah.211

Kemenangan-kemenangan yang dicapai kaum Muslim tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal. Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh kaum Muslim, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Sedangkan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri.212 Merekapun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya ajaran Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslim itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.213

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA