Permainan gobak sodor membutuhkan antar anggota

Permainan Gobag sodor (ilustrasi/istimewa)

PURWOKERTOKITA.COM, BANYUMAS-Perkembangan permainan modern seiring kemajuan teknologi telah menggeser permainan tradisional yang sarat nilai.

Berbagai permainan tradisional yang sempat berkembang di Banyumas dan sekitarnya kini sudah tidak lagi dimainkan.

Alih alih memainkan, bahkan anak-anak sekarang pun pun sudah tidak lagi mengenal permainan tradisional. Kecuali tinggal kenangan yang diceritakan orang tua mereka.

Padahal permainan tradisional memiliki filosofis dan dampak positif bagi perkembangan mental anak. Beda dengan game online yang justru banyak berdampak negatif bagi anak saat ini.

Di antara permainan tradisional yang kini sudah jarang dimainkan adalah Gobag Sodor.

Aturan Main Gobag Sodor

Permainan ini bisa dilakukan dengan cara sederhana. Alat yang dibutuhkan juga yang mudah ditemukan  atau tersedia di alam.

Lapangan Gobag Dodor  berbentuk  persegi panjang  dengan garis  melintang  dan  membujur  dengan ukuran setiap ruang sekitar 3,5 meter. Pemain  harus  bergerak  atau  melewati  garis  penjagaan  tim lawan untuk dapat memenangkan permainan tersebut.

Tim yang   kalah  undian   akan    menjaga    garis,    dengan  menempatkan  seluruh  anggota kelompoknya  pada  garis-garis  dari  depan  sampai  belakang.

Tim    yang    menang   dalam    undian    berhak    bermain    terlebih    dahulu  dengan  melintasi  garis-garis  yang  dijaga  penjaga (tim lawan) .

Kemenangan  ditentukan  oleh  anggota  tim  yang  dapat  melewati  seluruh petak secara bolak-balik dan tidak tersentuh penjaga.

Butuh Kerjasama dan Gotong Royong

Dalam   permainan Gobag  Sodor, untuk  memperoleh hasil maksimal dibutuhkan  kerjasama  antar  anggota  tim. Setiap anggota punya tugas dan tanggung jawab masing-masing agar garisnya tidak dibobol lawan.

Ini membutuhkan konsentrasi tinggi, di samping stamina yang terjaga. Karena sekali lengang, garis akan berhasil dibobol lawan dan kekalahan yang akan didapat.

Dari sekadar bermain, anak-anak akan memiliki pengalaman untuk pembentukan kepribadiannya. Dari situ tumbuh jiwa gotong royong, peduli atau peka terhadap nasib sesama, kekompakan, hingga melatih konsentrasi dan intelektualitas. (JAC)

Gobak sodor atau galah asin adalah salah satu permainan tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta.[1] Permainan gobak sodor merupakan permainan menghalangi lawan untuk mencapai garis akhir. Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Satu tim sebagai penghalang dan satu tim sebagai penyerang. Gobak sodor dimainkan pada lapangan berbentuk bujur sangkar yang pembatasnya ditandai dengan kapur. Posisi penyerang dan penjaga ditukar ketika pemain penyerang disentuh oleh pemain penghalang.[2] Gobak sodor merupakan permainan beregu. Dalam permainan ini, terdapat banyak gerakan yang tidak sederhana.[3]

Anak-anak yang sedang memainkan gobak sodor di lapangan.

Permainan gobak sodor sangat jarang dimainkan oleh anak-anak.[4] Gobak sodor tidak dapat dimainkan secara perorangan. Permainan ini hanya dapat dimainkan secara berkelompok. Gobak sodor dapat dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan.[5]

Permainan diawali dengan undian. Posisi penyerang diberikan kepada yang menang, sedangkan yang kalah menjadi penjaga. Tim penjaga menempati posisi masing-masing pada garis penjagaan. Setelahnya, tim penyerang masuk ke lapangan. Permainan dimulai dengan tanda berupa tiupan peluit. Tim penyerang melewati garis depan dengan menghindari tim penjaga. Sementara penjaga menghadang tim penyerang tanpa memindahkan posisi kakinya dari garis. Jika penjaga menyentuh penyerang tetapi kakinya tidak menyentuh garis, maka penjaga dianggap mati. Setiap pemain yang melewati seluruh garis akan memperoleh poin. Jika seluruh pemain selesai pada gilirannya, maka posisi penjaga dan penyerang ditukar. Poin yang diperoleh oleh masing-masing tim menjadi penentu pemenang permainan godak sodor.[6]

Lapangan permainan gobak sodor berbentuk persegi panjang dengan garis berpetak-petak. Ukuran panjang lapangannya adalah 15 meter dengan lebar 9 meter. Di dalam lapangan terdapat 6 petak yan masing-masing berukuran 4,5 × 5 meter. Batas lapangan permainan diberi garis dengan jarak 5 sentimeter. Di dalam lapangan terdapat garis tengah yang bentuknya memanjang.[7]

  1. ^ Fibiona, Indra (2021). Cublak Cublak Suweng dan Gobak Sodor: Pengembangan Karakter Anak dalam Permainan Tradisional Yogyakarta (PDF). Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. hlm. 7. ISBN 978-623-7332-95-4.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ Ekayati, Ifa Aristia Sandra (2015). "Pengaruh Permainan Tradisional "Gobag Sodor" terhadap Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal pada Anak Usia Dini" (PDF). Didaktika. 13 (3): 4. ISSN 1858-0084. 
  3. ^ Susena, Y. B., dkk. (2021). "Ethnosport Permainan Tradisional Gobak Sodor". Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 7 (2): 452. doi:10.5281/zenodo.5035410. ISSN 2337-9561. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  4. ^ Iswantiningtyas, V., dan Wijaya, I. P. (2015). "Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor". Jurnal PINUS. 1 (3): 249. ISSN 2442-9163. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  5. ^ Sudarto, S. (2018). "Peningkatan Keterampilan Sosial Melalui Permainan Gobak Sodor" (PDF). Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. 5 (1): 88. doi:10.21831/jppm.v5i1.10374. ISSN 2477-2992. 
  6. ^ Prasetio, P. A., dan Praramdana, G. K. (2020). "Gobak Sodor dan Bentengan Sebagai Permainan Tradisional dalam Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Karakter pada Sekolah Dasar". Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan. 7 (1): 21–22. ISSN 2407-4837. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  7. ^ Kurniawan, Ari Wibowo (2019). Olahraga dan Permainan Tradisional (PDF). Malang: Penerbit Wineka Media. hlm. 67. ISBN 978-602-5973-94-9.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • (Indonesia) Artikel mengenai galah asin Diarsipkan 2008-04-25 di Wayback Machine.

 

Artikel bertopik permainan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gobak_sodor&oldid=20758954"

Mengenal Permainan Gobak Sodor – Grameds, apakah kamu masih ingat mengenai permainan Gobak Sodor ini atau mungkin kamu tahu bagaimana permainannya tetapi tidak tahu namanya?

Pasti Grameds tahu bahwa negara kita ini, Indonesia, memiliki keragaman suku bangsanya, sehingga budaya-budaya yang diwariskan kepada generasi saat ini pun juga turut beragam.

Salah satu dari budaya-budaya yang diwariskan kepada generasi muda saat ini adalah permainan tradisional. Keberadaan permainan tradisional pada zaman dahulu menjadi hiburan bagi masyarakat yang saat itu tentu saja belum menyentuh teknologi canggih seperti saat ini.

Hampir seluruh wilayah di Indonesia, pasti terdapat permainan tradisional yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Biasanya, sebuah permainan tradisional akan memanfaatkan sumber daya alam yang berada di sekitar daerah tersebut.

Salah satu dari banyaknya permainan tradisional di Indonesia, terdapat permainan yang bernama Gobak Sodor. Permainan tradisional ini berasal dari Jawa Tengah. Permainan ini cukup disegani oleh banyak orang, baik dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

Nah, apabila Grameds masih belum memahami apa dan bagaimana sih permainan tradisional Gobak Sodor ini dimainkan, yuk simak penjelasan berikut!

Arti Kata Gobak Sodor

Apa sih arti kata Gobak Sodor? Mengapa permainan tradisional ini dinamakan demikian?

Nah, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “gobak” memiliki arti yakni ‘permainan tradisional yang menggunakan lapangan berbentuk segi empat yang berpetak-petak, dimana setiap garisnya dijaga oleh penjaga, pihak yang hendak masuk harus melewati garis dan jika mereka terkena sentuhan oleh penjaga, mereka harus berganti menjadi penjaga.’

Sementara kata “sodor” memiliki arti ‘menyodorkan’. Dalam hal ini, yang harus disodorkan adalah tubuh dan tangan kita supaya dapat menyentuh pihak lawan yang hendak mencoba melewati garis.

Permainan tradisional ini ternyata sudah cukup dikenali masyarakat banyak, lho…

Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), permainan ini sudah terdaftar sebagai kata benda yang memiliki arti ‘Permainan anak-anak yang terdiri atas dua kelompok, satu kelompok sebagai penjaga benteng dan kelompok yang lain berusaha menembus benteng lawan.’

Sebenarnya, permainan tradisional Gobak Sodor ini sering juga disebut dengan Galah Asin, Galasin, dan Gobag.

Cara Bermain Gobak Sodor

Bagaimana sih cara memainkan Gobak Sodor?

  1. Buat garis-garis penjagaan dengan kapur. Buat garis-garis seperti pada lapangan bulu tangkis, hanya bedanya dalam Gobak Sodor ini tidak ada garis yang rangkap.
  2. Bagi pemain menjadi dua tim, setiap tim terdiri dari 3-5 anggota (opsional, sesuaikan dengan jumlah anggota keseluruhan). Satu tim akan menjadi tim “penjaga benteng” dan tim lain akan menjadi pihak yang berusaha memasuki benteng tersebut.
  3. Untuk tim yang menjadi “penjaga benteng” harus menjaga lapangan menurut garis horizontal dan garis vertikal. “Penjaga benteng” garis horizontal harus berusaha menghalangi tim lawan yang tengah bergerak memasuki garis batas. Sementara, bagi “penjaga benteng” garis vertikal bertugas menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.
  4. Lalu, tim lawan harus bergerak lewati garis dan penjagaan-penjagaan tersebut dari awal hingga akhir.

Sama halnya dengan permainan-permainan lain, permainan tradisional Gobak Sodor ini juga memiliki aturan tersendiri, yakni:

  1. Pemain dibagi menjadi 2 tim, yang masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang (opsional, menyesuaikan jumlah peserta yang mengikuti permainan).
  2. Apabila dalam 1 tim terdiri dari 5 orang, maka lapangan yang akan digunakan harus dibagi menjadi 4 kotak persegi panjang dengan ukuran kira-kira 5m x 3m (menyesuaikan ukuran lapangan yang akan digunakan).
  3. Bagi tim “penjaga benteng”, bertugas menjaga supaya tim “lawan” tidak dapat melewati atau menuju garis akhir (finish).
  4. Bagi tim “lawan”, harus bergerak menuju garis finish dengan syarat tidak tersentuh oleh tim “penjaga” dan dapat memasuki garis finish dengan syarat tidak ada anggota tim “lawan” yang masih berada di wilayah start.
  5. Tim “lawan” akan dikatakan menang jika salah satu anggotanya berhasil kembali ke garis start dengan selamat atau tidak terkena sentuhan oleh tim “penjaga”.
  6. Tim “lawan” akan dikatakan kalah apabila salah satu anggotanya terkena sentuhan oleh tim “penjaga” atau keluar melewati garis batas lapangan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila hal tersebut terjadi, maka akan dilakukan pergantian posisi tim.

//revolusimental.go.id/

Manfaat Permainan Tradisional Gobak Sodor

Tanpa disadari, permainan tradisional Gobak Sodor ini memiliki banyak manfaat lho…

Manfaat tersebut berpengaruh terhadap perkembangan anak, baik itu perkembangan sosial, motorik, kepribadian, dan lain-lain.

Apa saja ya manfaat-manfaat yang didapatkan dari sebuah permainan tradisional ini? Yuk simak ulasan berikut!

Manfaat dalam Perkembangan Sosial

Secara tidak langsung, permainan tradisional Gobak Sodor ini melatih anak supaya dirinya mampu untuk bersosialisasi dengan baik. Selain itu, juga dapat meningkatkan komunikasi dan melatih kerjasama antar anggota tim.

Hal tersebut karena dalam suatu tim, apabila ingin menang, mereka harus membutuhkan kerjasama dengan mendiskusikan bersama anggota tim terlebih dahulu mengenai strategi apa yang hendak digunakan supaya dapat melewati “penjagaan” hingga garis finish.

Permainan tradisional Gobak Sodor ini tentu saja memiliki manfaat dalam perkembangan motorik karena jelas bersangkutan dengan gerak tubuh manusia. Manfaat dari permainan tradisional Gobak Sodor dalam hal perkembangan motorik ini adalah berkaitan dengan ketahanan fisik serta melatih koordinasi antara otot kaki dan tangan.

Dalam hal tersebut, semua pemain tentu saja harus menggerakkan anggota tubunya supaya dapat lolos dari “penjaga benteng” untuk menuju garis finish. Sama halnya dengan tim “penjaga”, mereka juga harus bergerak secara tangkas untuk reflek menyentuh pemain “lawan”.

Sementara itu, permainan tradisional Gobak Sodor ini tentu saja memiliki manfaat yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak, yaitu meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri anak, menumbuhkan rasa empati dalam diri anak, dan dapat menumbuhkan rasa sportivitas anak.

Dalam hal ini, dapat terjadi apabila ada pemain yang tidak bisa menembus garis-garis penjagaan, maka anggota timnya harus menolong dengan berusaha mengecoh “penjaga benteng” supaya anggota timnya tersebut dapat lolos.

Selain itu, permainan tradisional Gobak Sodor ini juga bisa mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang jujur lho…

Hal tersebut tentu saja dapat terjadi ketika ada anak yang yang terkena sentuhan oleh tim “penjaga” dan langsung mengakui bahwa dirinya disentuh. Lalu, manfaat menumbuhkan sportivitas dapat dilihat ketika anak mau mengakui bahwa dirinya kalah.

Manfaat dalam Perkembangan Kognitif

Kemudian, manfaat yang didapatkan dalam permainan tradisional Gobak Sodor ini berkaitan dengan perkembangan kognitif anak. Tanpa disadari, permainan tradisional ini dapat melatih konsentrasi anak, meningkatkan kreativitas anak dalam menyusun strategi permainan, dan melatih kemampuan problem solving anak.

Hal tersebut tentu saja dapat terjadi apabila dalam permainan, tim “penjaga” sulit dilewati, maka para anggota tim “lawan” pasti mau-tidak-mau akan memutar otak untuk memikirkan bagaimana cara untuk dapat melewati “penjaga” tersebut.

Manfaat dalam Perkembangan Emosi

Manfaat terakhir yang didapatkan dari permainan tradisional Gobak Sodor ini adalah berkaitan dengan perkembangan emosi anak. Secara tidak langsung, permainan tradisional ini dapat melatih kesabaran dan pengendalian diri anak, serta dapat mengontrol emosi dalam diri anak.

Hal tersebut tentu saja dapat terjadi ketika tim “penjaga” tidak terpancing atau terpengaruh oleh pihak “lawan” yang sedang mencoba untuk mengecoh mereka supaya temannya dapat melewati garis.

Peran Permainan Tradisional untuk Anak

Keberadaan permainan tradisional biasanya berjalan beriringan dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) di sekolah. Hal tersebut karena keduanya memiliki tujuan yang sama yakni menjaga kestabilan kesegaran jasmani anak dan menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui gerakan-gerakannya.

Menurut Nugroho (2016), dalam sebuah permainan tradisional pasti memuat nilai-nilai positif yang meliputi:

  1. Demokrasi, yang berkaitan dengan cara memilih permainan tradisional harus mengikuti tata tertib atau aturan yang telah disepakati sebelumnya.
  2. Pendidikan, yang berkaitan dengan aspek kejasmanian dan kerohanian.
  3. Kepribadian, berkaitan dengan penggunaan permainan tradisional sebagai media untuk mengembangkan dan mengungkapkan jati diri anak.
  4. Keberanian, yang berkaitan dengan sikap anak untuk berani dalam mengambil keputusan serta memperhitungkan strategi-strategi tertentu untuk memenangkan permainan tersebut.
  5. Kesehatan, yang dapat dilihat dari kelincahan gerak tubuhnya.
  6. Persatuan, yang dapat dilihat dari adanya solidaritas dalam kelompok.
  7. Moral, yang berkaitan dengan pemahaman anak terhadap pesan-pesan moral.

Dalam hal ini, tentu saja keberadaan permainan tradisional seharusnya lebih diperkenalkan kepada anak-anak supaya mereka tidak terus-menerus memainkan gadget.

Bahkan menurut pendapat beberapa ahli, permainan tradisional berkaitan erat dengan bagaimana perkembangan anak pada usia dini. Melalui permainan tradisional, seorang anak dapat mengoptimalkan kemampuan fisik, motorik, mental, intelektual, kreativitas, dan sosial.

Menurut Karl Groos, bermain memiliki fungsi guna memperkuat insting anak yang akan dibutuhkan dalam kelangsungan hidup di masa mendatang. Apalagi, masa anak-anak memang seharusnya diisi dengan bermain permainan yang positif . Permainan-permainan yang positif tersebut secara tidak langsung mengajarkan kepada mereka mengenai aspek motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, seni, moral, dan lain-lain.

Namun, saat ini banyak anak yang justru lebih menyukai berada di depan gadget daripada keluar bermain bersama teman-temannya. Padahal, permainan-permainan tradisional yang menjadi peninggalan para nenek moyang tersebut memiliki nilai edukasi dan bermanfaat bagi stimulus perkembangan anak.

Banyak orang tua yang jarang mengetahui adanya manfaat-manfaat dari permainan tradisional sehingga mereka tidak bisa menceritakan mengenai pengetahuan apa yang didapatkan dari keberadaan permainan tradisional tersebut.

Maka dari itu, kita sebagai generasi muda harus melestarikan keberadaan permainan tradisional supaya tidak punah. Cara melestarikan permainan tersebut dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan mengajarkannya kepada anak, sepupu, keponakan, adik, atau tetangga kita yang masih berusia kanak-kanak; dan melakukan kegiatan sosialisasi mengenai pelestarian permainan tradisional.

Dalam kegiatan sosialisasi pelestarian permainan tradisional, biasanya dilakukan melalui sebuah poster yang disebar di media sosial. Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan supaya masyarakat memiliki pemahaman mengenai pentingnya melestarikan warisan budaya terutama permainan tradisional yang jelas memiliki banyak manfaat bagi generasi masa depan.

Nah, Grameds sebagai sosok pemuda-pemudi di Indonesia, ayo bantu melestarikan keberadaan permainan tradisional ini supaya tidak termakan oleh zaman! Grameds bisa kok melakukannya dengan mengajarkan kepada adik, keponakan, hingga tetangga yang masih berusia kanak-kanak untuk memainkan permainan tradisional ini! Tentu saja Grameds boleh ikut memainkannya bersama mereka!

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA