Perbedaan dan Persamaan PENDIDIKAN jasmani PENDIDIKAN olahraga dan PENDIDIKAN kesehatan

Pendidikan jasmani dan olahraga bagi sebagian orang memang dianggap sama. Anggapan ini tentu saja bukanlah sebuah kesalahan, namun menyamakan keduanya juga juga tak sepenuhnya benar, ada batas-batas diantara keduanya yang menjadikan kedua kata ini berbeda, namun tidak sedikit juga persamaan yang ditemukan antara keduanya. Nah bingung kan ? hehe. Untuk lebih jelasnya teman-teman baca ulasan kali ini mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan anda. 

Ateng (1992) membedakan antara kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berdasarkan tujuan, isi pembelajaran, orientasi pembelajaran dan sifat kegiatannya. Tujuan pendidikan jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang menyangkut pengembangan seluruh pribadi anak didik, sedangkan tujuan olahraga adalah prestasi unjuk laku motorik setinggi-tingginya untuk dapat memenangkan pertandingan. Isi pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikna dengan tingkat kemampuan anak didik, sedangkan dalam olahraga, isi pembelajaran atau latihan merupakan sasaran yang harus dikuasai. 

Perbedaan dan Persamaan PENDIDIKAN jasmani PENDIDIKAN olahraga dan PENDIDIKAN kesehatan

Orientasi pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik. Seorang murid ataupun anak didik yang belum bisa menguasai gerakan-gerakan olahraga dengan baik maka akan diberikan kesempatan lagi, sedangkan dalam olahraga sebaliknya, yaitu anak dianggap tidak layak menjadi atlet dan harus digantikan dengan orang lain karena secara otomatis dianggap tidak berbakat dalam olahraga tersebut. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat-bakat dipakai untuk mengetahui entry behaviour, sedangkan pada olahraga bertujuan memilih atlet yang berbakat. Sifat peraturan dalam pendidikan jasmani tidak ada pembakuan peraturan, peraturan dapat diubah sesuai dengan kondisi pembelajaran, sedangkan pada olahraga, latiha-latihan harus disesuaikan dengan siatuasi pertandingan yang dihadapi.

Selain adanya perbedaan tersebut, terdapat juga persamaan antara pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu bahwa pendidikan jasmani dan olahraga berupa aktivitas fisik sekelompok otot besar yang keduanya berbentuk permainan. Pendidikan jasmani dirancang secara sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan olahraga mempunyai nilai-nilai pendidikan, apabila dilakukan dengan semangat sportivitas bahkan bisa hilang nilai pendidikannya apabila tidak dilandasi oleh semuanya itu. Rijsdrop (1975) berpendapat bahwa pendidikan jasmani dan olahraga banyak persamannya, metode dan keaktivitasnya menyerupai satu sama lainnya, tugas pelatih dan guru pendidikan adalah juga mendidik. Namun demikian, pendidikan jasmani tetap memgang intensitasnya untuk membantu ke arah kedewasaan melalui aktivtas jasmani.

Beberapa nilai pendidikan dalam kegiatan olahraga dikatakan Siregar (1978) bahwa penggunaan olahraga untuk tujuan pendidikan, merupakan suatu alat dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas dalam membentuk pribadi, yaitu:


  1. Olahraga memberikan kesempatan belajar bagaimana bertingkah laku, kalau atau menang.
  2. Olharaga memberikan kesempatan bagi perorangan untuk mengorganisasi sendiri pertandingan-pertandingan olahraga dan membentuk regunya, dengan demikian kepada perorangan diajarkan mendidik dan mengorganisasi dirinya sendiri.
  3. Dalam olahraga memungkinkan guru atau pelatih mengamati perilaku anak didik yang tidak mungkin dilakukan dalam kondisi kehidupan normal.
  4. Sebagian besar cabang olahraga memungkinkan seorang mengambil bagian dalam kelompok yang menganut kepentingan bersama.
  5. Olahraga seperti lintas alam, mendaki gunung dan sebagainya memberikan pengalaman untuk mengenali lingkungan hutan, lembah, sungai dan sebagainya.
  6. Prestasi dihasilkan melalui proses yang panjang, ini akan membentuk kepribadian dan ketangguhan dalam mewujudkan cita-cita.
  7. Sekolah bisa dipandang sebagai pencipta bibit-bibit atlet yang bagus karena sekolah yang berhasil yang dalam pendidikan jasmaninya akan meningkatkan kemampuan anak sehingga menjadi olahragawan tangguh. Sedangkan pendidikan jasmani dapat menggunakan olahragawan berprestasi untuk memberikan motivasi dalam menggiatkan dan meningkatkan keterampilan motoriknya.

Itulah sedikit info mengenai perbedaan dan persamaan pendidikan jasmani dan olahraga, mudah-mudahan bisa memberikan manfaat bagi teman-temanku sekalian. Terima kasih.


Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga 2018-02-12T12:33:00-08:00 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ikbal H

bagaimana cara menghilangkan kesan monoton pada paskibra yang dianggap orang identik dengan terintimidasi​

sebutkan perbedaan gaya kupu-kupu dan gaya katak pada olahraga renang!nb:ini soal jangan di hapus @dillaaulia25 gara" kau semua poin ku habis semua ti … nggal 900 poin...nb:lagi butuh Abang online nihh...tapi aku aktifnya cuman Senin-Jumat mulai dari sore Ampe malem...kecuali Sabtu sampe minggu​

sebutkan perbedaan gaya kupu-kupu dan gaya katak pada olahraga renang!nb:ini soal jangan di hapus @dillaaulia25 gara" kau semua poin ku habis semua ti … nggal 900 poin cuman gara² kau yang sering hapus semua jawaban serta soal² aku...gemeess kali lah aku nih sama @dillaaulia25...terus kemarin akun aku kau segel maksudnya apa hah???dasar @dillaaulia25 anak durhaka!!!GAK MAU TAU POKOKNYA SEMUA JAWABAN SERTA SOAL² AKU KAU BALIKAN DENGAN BENAR DAN URUT...KALO SAMPE KAU GAK KEMBALIKAN TUH SEMUA DARI JAWABAN DAN SOAL² AKU...KU TONJOK,TUSUK² SAMPE BERDARAH...​

1 cara menendang bola tapi menggunakan bagian kaki depan2 bagaimana cara menendang bola dengan benar​

Olahraga bola basket merupakan sebuah permainan tim dengan jumlah 6 pemain dalam satu tim. Budi adalah anggota salah satu tim yang sedang bertanding, … pada saat pertandingan berlangsung Budi mencoba menembak bola ke arah ring basket dari luar garis three point, namun saat mencoba menembak, pemain lawan menabrakkan diri sehingga terjadi pelanggaran, kemudian bola yang ditembakkan tidak berhasil masuk ke dalam ring basket. Dalam hal ini, Budi memiliki kesempatan untuk melakukan tembakan bebas sebanyak ….A. 4 kali.B. 3 kali.C. 2 kali.D. 1 kali.tolong bantu jawab​

gambar tersebut merupakan gerakan​

Hamdan melakukan tendangan keras dari luar kotak penalti tendangan tersebut mengenai pemain belakang dan membelokkan arah bola sehingga menyulitkan pe … njaga gawang bola tidak masuk ke gawang dan melambung tinggi namun wasit meniup peluit dan menunjuk titik putih yang disebabkan karena a.terjadi pelanggaran di area penaltib.pemain bertahan menabrak hamdanc.penyerang offsided.terjadi handsball di area penaltibantuu jawab ​

jelaskan secara singkat perkembangan tubuh remaja secara biologi​

2. Guling belakang adalah menggelundung ke belakang, posisi badan tetap harus membulat yaitu kaki dilipat, lutut tetap melekat di dada, kepala ditundu … kkan sampai dagu melekat di dada. Berikut ini adalah cara melakukan gerakan guling belakang, kecuali ...​

Olahraga renang dimulai sejak abad ke-19 di London. Sekitar tahun 1837, hanya terdapat 6 kolam renang di kota itu. Popularitas renang terus membaik da … n pada tahun 1869 beberapa asosiasi mulai muncul. Sementara itu di Amerika baru tahun 1888 mulai berkembang, dan tahun 1920 berhasil merajai perlombaan renang internasional. Olahraga renang berasal dari...a. Amerika b. Inggris c. Swediad. yunani​

Perbedaan dan Persamaan PENDIDIKAN jasmani PENDIDIKAN olahraga dan PENDIDIKAN kesehatan

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh berbagai macam pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian, kerjasama, keterampilan, dan sebagainya.

Aktivitas jasmani untuk pendidikan jasmani ini dapat melalui olahraga atau non olahraga. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran  dan  jiwanya.  Fokusnya pada  pengaruh perkembangan fisik  terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Beberapa definisi atau pengertian pendidikan jasmani dapat dijadikan sebagai acuan untuk menelaah falsafah pendidikan jasmani. Williams menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah semua aktivitas manusia yang dipilih jenisnya dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Singer memberi batasan mengenai pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk suatu program aktivitas jasmani yang medianya gerak tubuh dirancang untuk menghasilkan beragam pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial, intelektual, keindahan dan kesehatan. 

Menurut UNESCO (1978) dalam “International Charter of Physical Education and Sport” Pendidikan jasmani adalah satu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Bucher, (1979) mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.

Abdul Kadir Ateng, (1993), menyatakan pula bahwa; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.

Sukintaka (2004) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental sosial, serta emosional dalam kerangka menuju manusia Indonesia seutuhnya dengan wahana aktivitas jasmani sehingga pengertian pendidikan jasmani adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya.

SK Mendikbud nomor 413/U/1987 menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian yang integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional.

Rusli Lutan (2005) menyatakan bahwa pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai proses sosialisasi melalui aktivitas jasmani, bermain, dan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan.

Agus Mahendra (2006) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui jasmani, permainan dan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. 

Dari beragam definisi tersebut, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam hal ini diartikan bahwa melalui aktifitas fisik maka bersamaan itu pula aspek mental dan emosional pun turut berkembang, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men Sana in Corporesano.

Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.

Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monoisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan   semata-mata   aktivitas   fisik   itu   sendiri.   Selalu   terdapat   tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep  holistik  tentang  pendidikan jasmani,  tetapi,  apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas pendidikan jasmani sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru pendidikan jasmani sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah pendidikan jasmani sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru  pendidikan jasmani yang  sangat  jauh  dari  menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program pendidikan jasmani dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung pendidikan jasmani untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik pendidikan jasmani di sekolah. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari pendidikan jasmani dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani seperti yang selama ini mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Meskipun pendidikan jasmani menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan sematamata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain.

b.   Pengertian Pendidikan Olahraga

Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina peserta didik agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada peserta didik diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah “hasil” dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Dalam praktiknya, ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran.

Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan olahraga adalah bahwa guru kurang memerhatikan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Jika peserta didik harus belajar bermain bola voli, mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan dengan cara penyajian materi pelajaran dengan pendekatan drilling, atau dengan kata lain tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan Guru demikian akan berkata: 

“kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak  supaya bermain langsung”. 

Anak yang  sudah terampil biasanya dapat menjadi  contoh,  dan  anak  yang  belum  terampil  belajar  dari  mengamati demonstrasi guru atau temannya yang sudah mahir tadi. Untuk pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: “Kalau anda ingin anak belajar renang, lemparkan mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa sendiri.”

c.    Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Budioro (1998), pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Purwanto (1999), pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah- masalah kesehatan menjadi mampu.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan kesehatan adalah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan yang meliputi aspek pribadi (fisik, mental, social) agar dapat berubah dan berkembang secara harmonis.

1) Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.  Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong indiviu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada (Herawani, 2001).

Dari pandangan tersebut bisa disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan bertujuan: 

a) Meningkatkan pengetahuan anak didik tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur

b) Menanamkan dan membina nilai dan sikap mental yang positif terhadap prinsip hidup sehat

c) Menanamkan dan membina kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan

d) Meningkatkan keterampilan anak didik dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan

2) Proses Pendidikan Kesehatan

Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Masukan (input) dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses pendidikan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar, tehnik belajar dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Sumber. Widodo, Dwi Cahyo. 2019. Filosofi Penjas 1, Kelompok Kompetensi C, Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, Kemdikbud