Perbedaan dan Persamaan PENDIDIKAN jasmani, olahraga dan kesehatan

Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Penjas-Or) merupakan bagian dari kurikulum standar Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan pengelolaan yang tepat, maka pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan Jasmani, Rohani dan Sosial Peserta didik tidak pernah diragukan. Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.

Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar maupun gerak ketrampilan (kecabangan olahraga). Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistic tubuh jiwa ini termaksud pula penekanan pada ketiga domain kependidikan, psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”. Artinya, dalam tubuh yang baik “diharapkan” pula jiwa yang sehat, seperti dengan pepatah “men sana in corporesano” Akan tetapi, apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan asmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominant dalam masyarakat kita atau diantara pengembang tugas penjas sendiri. Masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani disekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas disekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani dikita masih tidak ditekankan kemana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Contoh dimana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjukan pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani dilapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita. Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain Olahraga Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita juga harus mempertimbangkan hubungan antar bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu popular dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual. Bermain pada intinya adalah aktifitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan didalam keduanya. Olahraga dipihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang teorganisasi, yang menepatkanya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Diatas semua pengertian itu, olahraga adalah aktifitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kopetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain, karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya. Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan prestasi. Ada 4 aspek yang membedakan antara Pendidikan Jasmani dengan Olahraga antara lain: 1. Tujuan Pendidikan Jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang menyangkut pengembangan seluruh pribadi anak didik, sedangkan tujuan Olahraga adalah mengacu pada prestasi unjuk laku motorik setinggi-tingginya untuk dapat memenangkan dalam pertandingan. 2. Isi Pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak didik, sedangkan pada olahraga isi pembelajaran atau isi latihan merupakan target yang harus dipenuhi. 3. Orientasi Pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik. Artinya anak didik yang belum mampu mencapai tujuan pada waktunya diberi kesempatan lagi, sedangkan pada olahraga atlet yang tidak dapat mencapai tujuan sesuai dengan target waktu dianggap tidak berbakat dan harus diganti dengan atlet lain. 4. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat yang dipakai untuk mengetahui entry behavior, sedangkan pada olahraga bertujuan untuk memilih atlet berbakat.


Page 2

PERBEDAAN PENDIDIKAN JASMANI DAN

PENDIDIKAN KESEHATAN

A.   PENGERTIAN

PENDIDIKAN JASMANI

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. (Cholik Mutohir, 1992).

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan social, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dam mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya, dan sebagainya). (Ottawwa Charter, 1986 dikutip dari Notoatmodjo S).

B.   TUJUAN

TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI

          Tujuan Pendidikan Jasmani secara umum adalah: 

  • Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. 
  • Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi, dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama. 
  • Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani. 
  • Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani. 
  • Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor education). 
  • Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani. 
  • Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 
  • Mengetahui dan memahami konsep aktiitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. 
  • Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

TUJUAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Tujuan Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk mencipkatan perilaku masyarakat (di sekolah, anak didik) yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidkan kesehatan berupaya agar anak didik menyadari dan mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya.Kesadaran akan pengetahuan diatas itu akan menciptakan anak menjadi melek kesehatan (health litercy).

          Lebih dari itu pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan hanya mencapai “melek kesehatan” pada anak didik saja, namun yang lebih penting lagi adalah mencapai perilaku kesehatan (healthy behaviour). Kesehatan bukan hanya untuk diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan, dilaksanakan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hal ini berarti bahwa akhir dari tujuan pendidikan kesehatan adalah agar anak didik dapat mempraktekan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya/masyarakat. Artinya dalam kehidupan sehari-hari anak didik dapat berprilaku hidup sehat.

          Selain dari perubahan perilaku untuk senantiasa berperilaku sehat ada tujuan dari pendidikan kesehatan yang hendak dicapai terutama pada tingkat satuan pendidikan dasar, yaitu antara lain: 

  • Meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur. 
  • Menanamkan dan membina nilai dan sikap mental yang positif terhadap prinsip hidup sehat. 
  • Menanamkan dan membina kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan 
  • Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.

C.   FUNGSI DAN PERAN

FUNGSI PENDIDIKAN JASMANI

Fungsi pendidikan jasmani juga merupakan fungsi pendidikan secara umum, yakni menitikberatkan pada tiga ranah yakni; kognitif, afektif, dan psikomotor, Namun untuk pendidikan jasmani perlu ditambahkan yakni aspek fisik (kebugaran fisik), (Annarino).

Menurut Agus Mahendra (2003) fungsi pendidikan jasmani di sekolah secara umum mencakup sebagai berikut:

·         Memenuhi kebutuhan anak akan gerak

Dunia anak-anak hampir tidak lepas dengan aktifitas bermain.Bermain identik dengan beraktifitas jasmani, sehingga dalam Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Dalam Penjasorkes, peserta didik dapat belajar sambil bermain dan bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Dengan demikian pendidikan jasmani berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan gerak pada anak.

·         Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang menggunakan media gerak, dan tempat mereka bergerak akan mengenal lingkungan sekitar, apakah di lapangan terbuka, di gedung olahraga dan bahkan suatu tempat yang dianggap baru oleh mereka. Jadi peserta didik tidak hanya kenal pada lingkungan ruang kelas belajar, namun mereka mendapat lingkungan yang memang dapat bergerak sesuai dengan kebutuhan gerak mereka.

Dengan bermain dan bergerak peserta didik benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak.

·         Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

Penjasorkes di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Dalam pendidikan jasmani di sekolah dasar menitikberatkan pada pengenalan keterampilan gerak dasar fundamental (lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif), (Husdarta 2001:63).

·         Menyalurkan energi yang berlebihan

Fungsi pendidikan jasmani dalam hal ini adalah mengarah pada kontrol dan stabilitas emosional anak.Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.

  Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional

Pandangan pendidikan jasmani terhadap peserta didik adalah kesatuan antara jiwa dan raga. Jadi tidak memandang secara terpisah antara jasmani dan rohani. Pendidikan jasmani harus berdampak terhadap pendidikan anak secara holistik. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Dengan demikian para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”, sehat jasmani dan rohani.

FUNGSI PENDIDIKAN KESEHATAN

Fungsi Pendidikan Kesehatan untuk membantu individu, kelompok, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal. Secara umum fungsi dan peran pendidikan kesehatan dibagi dalam beberapa faktor, antara lain:

·         Peran pendidikan kesehatan dalam faktor lingkungan

Telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun oleh instansi baik pemerintah, swasta, maupun LSM. Banyak pula proyek pengadaan sarana sanitasi lingkungan dibangun untuk masyarakat. Namun, karena perilaku masyarakat, sarana atau fasilitas sanitasi tersebut kurang atau tidak dimanfaatkan dan dipelihara sebagaimana mestinya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersbut dimanfaatkan dan dipelihara secara optimal maka perlu adanya pendidikan kesehatan bagi masyarakat. Demikian pula dengan lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial banyak warga masyarakat yang menderita stress dan gangguan jiwa. Oleh karena itu baik dalam  memperbaiki  masalah  sosial maupun menangani akibat masalah sosial diperlukan pendidikan kesehatan.

·         Peran pendidikan kesehatan dalam faktor perilaku

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadarai atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan bilamana sakit dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari kesehatan bilamana sakit dan sebagainya. Kesadaran masyarakat diatas disebut tingkat kesadaran/pengetahuan masyarakat tentang kesehatan atau disebut “melek kesehatan” (healthy literacy). Pendidikan kesehatan juga penting untuk mencapai perilaku kesehatan (healthy behavior). Jadi kesehatan bukan hanya disadari dan disikapi melainkan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

·         Peran pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan

Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam hal ini, Departemen Kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat dalam bentuk pusat pelayanan kesehatan (puskesmas). Namun, pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat belum optimal atau  masih rendah (35% masyarakat yang menggunakan puskesmas).

·         Peran pendidikan kesehatan dalam faktor hereditas

Orangtua, khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan bagi anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan kesehatan yang baik pula pada anaknya. Sebaliknya, kesehatan orang tua khususnya kesehatn ibu yang rendah dan kurang gizi, akan mewariskan kesehatan yang rendah pula bagi anaknya. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan diperlukan pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada keturunan mereka.

D.   MATERI AJAR

MATERI AJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

            Ruang lingkup dan materi ajar yang terkandung pada pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar antara lain sebagai berikut: 

  • Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
  • Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya 
  • Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 
  • Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.
  • Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air,  dan renang serta aktivitas lainnya.
  • Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. 
  • Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur  waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan  P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

MATERI AJAR PENDIDIKAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR

       Ruang lingkup dan materi ajar yang terkandung dalam pembelajaran pendidikan kesehatan di sekolah dasar adalah terutama mengenai yang kita kenal selama ini sebagai Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan dan materi pendidikan kesehatan, menurut pedoman pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)  tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik :  

  • Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat. 
  • Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat. 
  • Memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. 
  • Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan. 
  • Memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. 
  • Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara harmonis. 
  • Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. 
  • Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar. 
  • Memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

         Sedangkan materinya adalah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Maka pelajaran pendidikan jasmani yang juga mencakup pendidikan kesehatan meliputi: 

  • Kebersihan pribadi dan kesehatan pribadi, 
  • Makanan dan minuman sehat  
  • Kebersihan lingkungan ( sekolah dan rumah ) 
  • Keselamatan diri di dalam dan di luar rumah, 
  • Mengenal UKS dan programnya,  
  • KMSAS (Kartu Menuju Sehat Anak Sekolah)  
  • Cara membuang sampah dan air limbah yang benar  
  • Rumah sehat.
  • Mengenal penyakit yang banyak menyerang anak usia sekolah serta cara pencegahannya. 
  • Pemeriksaan kesehatan berkala.  
  • Pengenalan perubahan pada masa remaja.  
  • Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P) dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

E.   PERENCANAAN DAN EVALUASI

Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk memaksimalisasi efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan.

Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Kesehatan.

Perbedaannya adalah perencanaan pada pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar meliputi dan memiliki fokus pada materi kebugaran jasmani terkait dengan kesehatan dan keterampilan, sedangkan perencanaan pada pembelajaran pendidikan kesehatan di sekolah dasar meliputi pada materi kebugaran jasmani terkait dengan kesehatan saja, dan dalam hal ini berfokus pada program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Pendidikan  Kesehatan.

Pengertian evaluasi lebih luas dari assesmen/penilaian. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

           Adapun dalam prakteknya penilaian mempunyai cara-cara atau tekhnik yang sudah biasa dilakukan dalam pembelajaran di sekolah tentunya dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan pendidikan kesehatan. Di bawah ini adalah teknik penilaian diantaranya: 

  • Unjuk kerja ( Performance ) 
  • Penugasan ( Proyek/project ) 
  • Hasil kerja ( Produk/product ) 
  • Tertulis ( Paper/pen ) 
  • Portofolio ( Portfolio ) 
  • Sikap 
  • Penilaian diri ( Self assesment )

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan juga pembelajaran pendidikan kesehatan, evaluasi tentu harus dilakukan oleh guru penjas, dan yang harus menjadi perhatian adalah manakala pembelajaran pendidikan jasmani jenis penilaian atau alat evaluasinya seperti apa, dan pada pembelajaran pendidikan kesehatan jenis penilaian atau alat evaluasinya seperti apa. Disinilah seorang guru penjas haus mempunyai kemampuan itu juga bisa membedakannya, karena jelas dalam lingkup materi ajar antara pendidikan jasmani dengan pendidikan kesehatan jauh berbeda.


Perbedaan dan Persamaan PENDIDIKAN jasmani, olahraga dan kesehatan
Foto di depan Gedung Kemenrisetdikti

DAFTAR PUSTAKA

Samsudin, (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta : PT. Pajar Interpratama.

Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Susan K. Telijohann, Cynthia W. Symons, Beth Pateman, (2007). Health Education. New York : Mc. Graw Hill.

Lutan, Rusli. (2005). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Sekolah:    Penguasaan Kompetensi Dalam Konteks Budaya Gerak.

Lutan, Rusli dan Hartoto. (2004). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta : Departemen      Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan      Menengah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Siedentop, D., (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education.     Mayfield Publishing Company.

Suherman, Adang. (2004). Evaluasi Pendidikan Jasmani, Assesmen            Alternatif Terhadap Kemajuan Belajar Siswa di SD.Jakarta :      Departemen

            Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan         Dasar dan Menengah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal             Olahraga.

Tim penyusunan Bahan Ajar.(2010). Buku Bahan Ajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.Bogor : PPPPTK Penjas & BK.