Pembesaran ikan yang hanya mengutamakan pakan alami yang terdapat pada lingkungan kolam disebut

Pembesaran Ikan Lele

Dalam dokumen BAB I BUDIDAYA PERIKANAN (Halaman 172-200)

PEMBESARAN IKAN

TEKNIK PEMBESARAN IKAN

E. Pembesaran Ikan Lele

Pembesaran merupakan tahap akhir dalam usaha budidaya ikan lele. Benih yang akan dibesarkan dapat berasal dari pendederan I ataupun pendederan II. Benih yang berasal dari pendederan II, berarti ukuran benih sudah cukup besar, sehingga waktu yang dibutuhkan sampai panen tidak terlalu lama. Usaha semacam ini mengandung risiko yang lebih kecil, karena tingkat mortalitasnya rendah. Hasil panen yang seragam atau serempak pertumbuhannya dengan ukuran super adalah salah satu target yang harus dicapai.

Gambar 4. Contoh kolam pembesaran ikan lele

Sumber : //juraganlele1.files.wordpress.com/2011/12/kolamlele2.jpg

Ada tiga faktor penting yang harus diperhaitkan dalam usaha pembesaran, yaitu kualitas benih, kualitas pakan yang diberikan dan kualitas airnya itu sendiri.

1. Kualitas Benih

Kualitas benih yang baik berasal dari induk yang baik pula, karena itu sebaiknya benih dibeli dari tempat pembenihan yang dapat dipercaya atau yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah. Benih baik bisa berasal dari hasil rekayasa genetika seperti lele sangkuriang, proses seleksi, proses persilangan dan sebagainya. Ciri-ciri benih yang berkualitas yaitu tubuhnya tidak cacat/luka, posisinya tidak menggantung (posisi mulut di atas), aktif bergerak dan pertumbuhannya seragam.

23

2. Kualitas pakan

Pakan yang diberikan harus tepat dan dalam jumlah yang mencukupi. Yang dimaksud tepat dalam hal ini adalah tepat ukuran, nilai nutrisi, keseragaman ukuran dan kualitas. Pada umumnya pakan yang digunakan berasal dari produksi pabrik. Pakan yang diberikan berupa pelet, dengan dosis 35 % dari bobot tubuhnya perhari. Pemberian pakan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan diberikan dengan cara ditebarkan secara merata dengan harapan setiap individu akan mendapatkannya. Selain pelet, sebagai makanan tambahan diberikan limbah burung puyuh yang terlebih dahulu dicabuti bulu-bulunya. Pemberian makanan tambahan ini memang bisa menghemat biaya, tapi sebagai konsekuensinya adalah dapat membawa bibit penyakit.

Terdapat tiga jenis pakan untuk pemberian pada ikan lele. Ketiga jenis akan tersebut yaitu pakan alami, pakan tambahan, dan pakan buatan.

a. Pakan alami : Makanan alamiah yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema sp. (gol. Diatome),

Anabaena sp. (gol. Cyanophyta), Navicula sp. (gol. Diatome), Ankistrodesmus sp. (gol.

Chlorophyta). Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.

b. Pakan tambahan : Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).

c. Pakan buatan (Pellet) : Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500.

3. Kualitas air

Air yang digunakan untuk usaha pembesaran harus memenuhi syarat, dalam arti kandungan kimia dan fisika harus layak. Bebas dari pencemaran dan tersedia sepanjang waktu. Sumber air yang digunakan oleh pembudidaya setempat berasal dari sungai dan sumur. Sistem pembagian air secara pararel, artinya masing-masing kolam

24

tidak saling berhubungan. Dengan sistem ini, maka kemungkinan untuk tertulari penyakit antara satu kolam dengan lainnya dapat terhindari.

4. Hama dan Penyakit

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung ataupun bertahap. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara maupun darat. Ada dua cara yang biasanya digunakan untuk mencegah hama, yaitu: melakukan pengeringan dan pemupukan kolam, serta memasang saringan pada pintu pemasukan air (inlet).

Hama pada ikan lele yang biasanya ada adalah ular, belut, ikanikan buas, linsang dan burung pemakan ikan. Penyakit dapat disebabkan oleh adanya gangguan dari jasad hidup atau sering disebut dengan penyakit parasiter dan yang disebabkan oleh faktor fisik dan kimia perairan atau non parasiter. Jasad hidup penyebab penyakit tersebut diantaranya adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda dan jenis udang renik. Penyebab penyakit dari satu ikan ke ikan lainnya dapat melalui:

a. Aliran air yang masuk ke kolam. b. Media tempat ikan tersebut hidup.

c. Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat.

d. Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi (selang air, gayung, ember dan sebagainya).

e. Agent atau carrier (perantara atau pembawa).

Berikut beberapa contoh penyakit yang sering terdapat pada ikan lele :

a. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla, : Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,70,8 x 11,5 mikron. Gejala: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan

25

antara lain:

1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 710 hari berturut-turut.

2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 34 hari. 2.

b. Penyakit Tuberculosis : Penyebab oleh bakteri Mycobacterium fortoitum. Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 57,5 gram/100 kg ikan/hari selama 515 hari.

c. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia. Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,53 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,10,2 ppm selama 1 jam atau 510 ppm selama 15 menit.

d. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejalanya seperi

1) Ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air. 2) Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; 3) Ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.

Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 1224 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.

26

e. Penyakit Cacing Trematoda Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendaliannya seperti

1) Direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit. 2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam.

3) Mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit.

4) Memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit.

5) Dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.

f. Parasit Hirudinae Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.

Beberapa tindakan untuk mengatasi berbagai serangan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain aplikasi obat langsung ke ikan. Pengobatan ini dapat dilakukan melalui penyuntikan. Tindakan pengobatan melalui penyuntikan ini hanya efektif jika ikan yang terserang penyakit jumlahnya sedikit. Bakteri, jamur dan parasit merupakan sumber utama penyakit pada ikan lele, walaupun demikian masih ada penyakit lain yang belum diketahui penyebabnya.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

BUDIDAYA PERIKANAN

BAB VII

PEMBESARAN IKAN

Dr. Hernawati, SPt, M.Si

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

1

BAB VII

TEKNIK PEMBESARAN IKAN

A. Kompetensi Inti Guru :

Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

B. Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) :

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rekayasa pembesaran ikan

Menganalisis parameter keberhasilan rekayasa teknik pembesaran ikan Mengembangkan pengolahan limbah buangan pembesaran ikan

Merancang perhitungan kebutuhan dan kelayakan investasi Menganalisis prinsip panen, pasca panen dan pengangkutan ikan

Menganalisis faktor-faktor pendukung dan pengembangan teknik penanganan pasca panen ikan

C. URAIAN MATERI

Pembesaran ikan merupakan salah satu proses dalam budidaya ikan yang bertujuan untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi. Pada usaha budidaya ikan pembesaran merupakan segmen usaha yang banyak dilakukan oleh para pembudidaya ikan. Dalam melakukan pembesaran ikan ini relatif tidak terlalu sulit karena keterampilan yang dibutuhkan tidak sesulit dalam melakukan pembenihan ikan. Pada kegiatan pembesaran ikan yang perlu diperhatikan antara lain adalah wadah yang akan digunakan dalam proses pembesaran, padat penebaran, pola pemberian pakan, pencegahan terhadap hama dan penyakit ikan, pengontrolan pertumbuhan (sampling, grading dan sortasi) serta pengelolaan kualitas air.

Berdasarkan jenis pakan yang digunakan dalam melakukan proses pembesaran ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

2

1. Pembesaran ikan secara tradisional yaitu pembesaran ikan yang hanya mengandalkan pakan alami yang terdapat dalam kolam budidaya. Padat penebaran disesuaikan dengan daya dukung kolam dan pakan yang tersedia di kolam pembesaran. Dalam pembesaran tradisional ini kesuburan perairan akan sangat menentukan tumbuhnya pakan alami. Misalnya pembesaran ikan pada kolam tergenang, pembesaran ikan disawah.

2. Pembesaran ikan semiintensif yaitu pembesaran ikan yang lebih mengutamakan pakan alami yang terdapat pada kolam dan diberi pakan tambahan yang tidak lengkap kandungan gizi dari pakan tersebut. Pada pembesaran semi intensif ini padat penebaran lebih tinggi dibandingkan dengan tradisional. Misalnya melakukan pembesaran ikan pada kolam air tenang dengan memberikan pakan tambahan berupa dedak selain pakan alami yang terdapat pada kolam pembesaran.

3. Pembesaran ikan intensif yaitu pembesaran ikan yang dalam proses pemeliharaannya mengandalkan pakan buatan dalam pemberian pakannya serta dilakukan pada wadah yang terbatas dengan kepadatan maksimal. Dalam pembesaran secara intensif ini harus diperhitungkan kualitas dan kuantitas air yang masuk kedalam kolam pembesaran.

A. Pembesaran Ikan Mas

Pembesaran ikan mas dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan penyediaan pakan dan luas lahan pemeliharaan, yaitu pembesaran ikan mas secara ekstensif/tradisional, pembesaran ikan secara semi intensif, dan pembesaran ikan mas secara intensif.

1. Pembesaran Tradisional

Pembesaran ikan mas secara tradisional adalah pembesaran ikan mas dalam kolam yang tenang airnya dan dalam pemeliharaannya hanya mengandalakan pakan yang ada didalam kolam pemeliharaan, tidak ada pakan tambahan. Biasanya ukuran kolam pembesaran relatif luas (lebih dari 200m2).

2. Pembesaran Semi Intensif

3

air tenang tetapi dalam pemeliharannya diberi makanan tambahan. Makanan tambahan ini dapat berupa dedak, limbah rumah tangga, daun-daunan dan sebagainya. Selain itu dapat juga ditambahkan pakan buatan (pellet) tetapi jumlahnya sedikit. Pembesaran ikan mas di sawah dan di dalam kerambah merupakan salah satu contoh pembesaran ikan mas secara semi intensif.

3. Pembesaran Intensif

Pembesaran ikan mas secara intensif adalah ikan mas dalam air yang mengalir, ukuran kolam pemeliharaan relatif kecil (kurang dari 100m2) dan sangat bergantung pada pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan biasanya adalah pellet. Salah satu contoh pembesaran ikan mas secara intensif adalah pembesaran ikan mas di kolam air deras (running water) atau jaring terapung.

Berdasarkan jenis ikan yang dipelihara dalam kolam pemeliharaan/pembesaran ikan mas di kelompokkan menjadi dua, yaitu monokultur dan polikutur.

1. Monokultur

Pemeliharaan ikan mas dalam wadah pembesaran yang hanya diisi oleh ikan mas saja. Dalam pemeliharaan ikan mas secara monokultur dapat dikelompokkan menjadi tunggal kelamin dan campur kelamin. Pemeliharaan ikan mas tunggal kelamin adalah pemeliharaan ikan mas yang menggunakan ikan jantan atau ikan betina saja. Pemeliharaan ikan mas campur kelamin adalah pemeliharaan ikan mas dengan menggunakan ikan jantan dan betina bersama-sama dalam wadah pemeliharaan. Hal ini muncul karena adanya kecenderungan pada ikan mas betina untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ikan jantan.

2. Polikultur

Polikultur yaitu pemeliharaan ikan mas dengan mempergunakan lebih dari satu jenis ikan dalam wadah pemeliharaan. Ikan mas dapat dipelihara secara polikultur dengan ikan mas atau ikan nila, karena jenis ikan ini bukan merupakan pesaing makanan dalam kolam pemeliharaan.

4

Dalam melakukan usaha pembesaran ikan mas, ukuran benih yang akan digunakan sangat bergantung kepada sistem budidaya yang akan ditetapkan. Pada budidaya ikan mas di kolam air deras, ukuran benih yang dapat digunakan sebaiknya berukuran 100 gram/ekor. Pembesaran ikan mas di jaring terapung saat ini sudah dapat menggunakan benih ikan mas yang berukuran lebih dari 58 cm. Padat penebaran benih ikan mas di kolam pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati dan biasanya ditebar pada saat matahari belum bersinar. Agar benih yang ditebar tidak mengalami stress atau tingkat kematian yang tinggi. Sebaiknya benih ikan mas tersebut dibiarkan keluar dengan sendirinya dari tempat penampungan benih (plastik) kedalam pemeliharaan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembesaran ikan mas sampai mencapai ukuran konsumsi adalah :

1. Pakan

Ikan mas merupakan ikan pemakan segala (omnivora), oleh karena itu sebaiknya pada kolam pemeliharaan harus dilakukan pemupukan awal 3-5 hari sebelum penebaran benih dan pemupukan susulan agar ketersediaan pakan alami di dalam kolam pemeliharaan selalu ada. Pakan tambahan yang diberikan dalam bentuk apa adanya kepada ikan pemeliharaan seperti daun-daunan, keong, limbah rumah tangga dan lain-lain. Pakan tambahan dibutuhkan oleh ikan mas dalam pemeliharaan ikan mas secara semi intensif. Pakan buatan dapat berbentuk pellet, larutan (emulsi dan suspensi), lembaran, dan remahan. Ikan mas yang dipelihara secara intensif dan semi intensif memerlukan pakan buatan.

2. Pengelolaan kualitas air.

Pengelolaan kualitas air adalah cara pengendalian kondisi air di dalam kolam budidaya sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan hidup bagi ikan yang akan di pelihara. Variabel kualitas air yang sangat berpengaruh pada ikan mas antara lain :

a. Suhu air : Pertumbuhan ikan mas sangat dipengaruhi oleh suhu air, baik dalam usaha pembesaran ikan mas atau pembenihan ikan mas. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan mas berkisar antara 25-30oC.

5

dalam air untuk proses metabolisme di dalam tubuhnya dan untuk bernafas. Kandungan oksigen terlarut di dalam air agar ikan mas tumbuh dan berkembang minimal 3 ppm. Kebutuhan oksigen terlarut ini sangat dipengaruhi oleh suhu air, biasanya suhu air meningkat maka kandungan oksigen terlarut menurun (berkurang).

c. Kadar CO2 : Air tanah adalah salah satu sumber air yang banyak digunakan untuk budidaya. Jika menggunakan maka harus di tampung terlebih dahulu dalam bak penampung air minimal 24 jam, karena air tanah tersebut mengandung CO2 yang tinggi berkaitan erat dengan kadar O2 yang terlarut yang rendah. Oleh karena itu kadar CO2 yang layak untuk budidaya ikan mas sebaiknya < 5mg/l

d. Volume air : Ikan mas yang dipelihara di dalam kolam air deras mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan mas yang dipelihara di kolam air tenang. Pada pemeliharaan ikan mas di kolam air deras membtuhkan volume air yang besar, dimana debit air yang masuk ke dalam kolam pemeliharaan berkisar antara 75300 liter/detik.

e. Kekeruhan air : Dalam membesarkan ikan mas di kolam pemeliharaan harus diperhatikan juga tentang kekeruhan air. Air yang jernih biasanya miskin akan mineral, air yang terlalu keruhpun tidak baik untuk budidaya ikan karena banyak mengandung lumpur. Air yang baik untuk budidaya ikan yang mempunyai warna air tidak keruh dan tidak jernih. Nilai kecerahan yang ideal untuk pertumbuhan air sebaiknya berkisar antara 25 40 cm.

3. Pengelolaan Kesehatan Ikan

Salah satu kendala dalam membudidayakan ikan mas adalah terserangnya ikan mas yang dibudidayakan dari hama dan penyakit. Jenis hama dan penyakit yang biasanya menyerang ikan mas ukuran larva sampai konsumsi dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu : hama, parasit, cendawan, bakteri dan virus.

Hama yang menyerang ikan pilihan dapat diatasi dengan melakukan penyaringan terhadap air yang masuk ke dalam kolam pemeliharaan. Penyakit ikan di kolam

6

pemeliharaan ikan mas akan muncul jika kondisi perairan kolam (kualitas air kolam) rendah, hal ini dapat menyebabkan daya tahan tubuh ikan menurun. Penyakit ikan ini dapat terjadi akibat interaksi antar ikan itu sendiri, penyakit dan lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ikan. Dengan lingkungan yang buruk maka daya tahan tubuh ikan menurun sehingga penyakit akan mudah menyerang ikan.

Panen merupakan tahap akhir dari suatu proses produksi dalam budidaya ikan. Tidak sedikit petani atau pengusaha ikan yang gagal dalam usaha budidaya ikan dikarenakan pada waktu panen, penanganan dan alat kelengkapannya kurang tepat. Penangganan ikan pada waktu panen bertujuan untuk : mengurangi atau menghindari kehilangan, kematian dan kerusakan ikan, dan mempertahankan kesegaran ikan setelah dipanen sampai tiba di konsumen.

Hasil panen ikan yang akan dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat dijual dalam dua cara : 1) Ikan dalam keadaan hidup sampai ketangan konsumen, 2) Ikan dalam keadaan mati tetapi masih dalam kondisi segar. Penentuan waktu panen biasanya diperoleh setelah dilakukan pengukuran berat badan ikan yang dipelihara. Berat badan ikan yang akan dijual sangat tergantung pada selera konsumen. Oleh karena itu sebelum melakukan panen harus dilakukan pengamatan terhadap permintaan pasar tersebut. Dengan mengetahui data mengenai permintaan konsumen tentang ukuran ikan dan keadaan ikan (mati segar atau masih hidup) maka akan dapat dilakukan waktu pemanenan dan penentuan cara panen yang sesuai.

Waktu panen yang tepat adalah pada pagi hari atau sore hari. Hal ini dilakukan karena pada waktu pagi atau sore hari suhu air di kolam rendah sehingga ikan tidak stress pada saat dilakukan pemanenan. Cara panen pada prinsipnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

7

1. Panen selektif

Panen selektif biasa dilakukan jika pada waktu tebar ukuran ikan tidak seragam atau keinginan petani untuk menjual ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Alat yang digunakan biasanya lambit dan hapa/waring.

2. Panen total

Panen total dilakukan secara sekaligus dengan cara menguras air kolam dan di depan pintu pengeluaran telah dipasang waring atau hapa untuk memudahkan penangkapan ikan pada saat panen.

Kematian ikan mas pada saat pemanenan dapat dihindari agar tidak terjadi luka atau banyak sisik lepas karena penggunaan alat saat panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Jagalah kondisi air agar tidak terlalu keruh, karena kotoran seperti lumpur atau larutan suspensi lainnya dapat menutupi labirin pada insang lele sehingga ikan tidak dapat bernafas.

2. Pemanenan tidak dilakukan pada saat hujan.

3. Waktu pemanenan tidak melebihi dari jam 10.00 atau bila cuaca panas sebaiknya pada sore hari (lebih dari jam 16.00).

4. Gunakan alat-alat pemanenan yang terbuat dari bahan halus seperti : seser, hapa agar tidak melukai ikan.

B. Pembesaran Ikan Nila

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembesaran/pemeliharaan ikan nila sampai mencapai ukuran konsumsi adalah :

1. Pakan

Pakan yang dapat diberikan untuk ikan nila adalah pakan alami, pakan buatan dan pakan tambahan. Pakan alami adalah makanan hidup bagi larva dan benih ikan yang diperoleh dari perairan/kolam atau membudidayakannya secara terpisah. Ikan nila merupakan ikan pemakan plankton yang tumbuh disekitarnya. Persiapan pakan alami di kolam pemeliharaan dilakukan dengan pemupukan awal 3-5 hari sebelum

8

penebaran benih dan pemupukan susulan setelah pemeliharaan berjalan agar ketersediaan pakan alami di kolam tersebut tetap ada. Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan dalam bentuk apa adanya kepada ikan seperti daun-daunan, limbah rumah tangga, keong dan lain-lain. Pakan buatan dapat berbentuk pellet, larutan (emulsi dan suspensi), lembaran (flake atau waver) dan remahan. Ikan nila yang dipelihara secara intensif dan semi intensif memerlukan pakan buatan. Bentuk pakan buatan yang biasa diberikan adalah pellet. Garis tengah pellet berkisar antara 2-4 mm. 2. Pengelolaan Kualitas Air

Dalam budidaya ikan nila di kolam agar ikan dapat tumbuh dan berkembang maka kondisi air kolam budidaya harus sesuai dengan kebutuhan ikan nila. Variabel kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap ikan nila antara lain adalah:

a. Suhu air : Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap aktifitas saluran pencernaan benih ikan nila. Makanan alami yang berupa detritus dan fauna dasar selesai dicerna dalam waktu 1,68 jam pada suhu 27 28oC dan 1,31 jam pada suhu 32-33 oC. Pada suhu 27 28oC pakan zooplankton dapat dicernakan dalam waktu 2,2 jam. Ikan dapat mencernakan makanannya selama 2,5

Dalam dokumen BAB I BUDIDAYA PERIKANAN (Halaman 172-200)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA