Pada masa kepemimpinan khalifah Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi beliau membangun benteng pertahanan yang merupakan karya monumental apa nama benteng tersebut?

Pada masa kepemimpinan khalifah Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi beliau membangun benteng pertahanan yang merupakan karya monumental apa nama benteng tersebut?

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi merupakan seorang pemimpin yang di segani baik oleh kawan maupun oleh lawan, nama lengkap beliau adalah Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf bin Najmuddin bin Ayyub yang berasal dari keturunan bangsa Kurdi di Irak. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiah di atas puing-puing reruntuhan Dinasti Fatimiyah di Mesir yang telah mengalami kemunduran.

Shalahuddin merupakan panglima perang muslim yang berhasil merebut kota Yerussalem pada saat terjadinya perang Salib. Perang Salib ini terkenal baik didunia Islam maupun di dunia barat. Selama Shalahuddin memimpin Dinasti Ayyubiah ia telah banyak menorehkan berbagai prestasi.

Shalahuddin di lahirkan di benteng Tikrit Irak pada tahun 532 hijriah atau 1137 masehi, ketika ayahnya menjadi penguasa benteng Seljuk di Tikrit. Ayahnya bernama Najmuddin Ayyub dan paman beliau bernama Asaduddin Syirkuh. Ayah dan pamannya mengabdi pada Imaduddin Zanki, gubernur Seljuk wilayah kota Mosul Irak. 

Pada saat Imaduddin berhasil merebut wilayah belbek lebanon tahun 534 hijriah atau 1139 masehi, Najmuddin Ayyub di angkat menjadi gubernur belbek dan pembantu raja Suriah Nuruddin Mahmud. Saat kecil beliau sudah di didik oleh ayahnya untuk menguasai ilmu sastra, ilmu kalam, menghafal Al-Quran dan Al-Hadits di Madrasah. 

Shalahuddin mempunyai cita-cita ingin menjadi orang yang ahli di bidang ilmu agama Islam dengan kata lain ingin menjadi Ulama. Pada masa mudanya selain menyenangi ilmu-ilmu agama ia juga menyukai tekhnik-tekhnik berperang, strategi perang dan politik. Ia pergi ke Damaskus untuk memperdalam ilmu kajian Sunni selama 10 tahun dalam lingkungan Istana Nuruddin.

Tanda-tanda kebijaksanaan dan keceradasan beliau sudah nampak sejak masa kecilnya, seperti rendah hati, kasih sayang antar sesama dan santun. Shalahuddin tumbuh dewasa di dalam lingkungan istana kerajaan serta lingkungan agamis.

Karir Politik dan Pemerintahan

Shalahuddin semakin akrab di bidang kemiliteran ketika ayahnya di tempatkan Nuruddin Mahmud sebagai kepala divisi milisi di daerah Damaskus pada usia 26 tahun. Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir.

Ia pergi ke Mesir dalam rangka melaksanakan tugas dari gubernur Suriah untuk membantu perdana menteri Syawar Dinasti Fatimiyah menghadapi pemberontak yang bernama Dirgam. Misi itu berhasil dan mengembalikan perdana menteri Syawar kembali pada kedudukannya tahun 560 hijriah atau 1164 masehi.

Selang selama tiga tahun, Nuruddin Zanki kembali menugaskan Panglima Assaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menaklukkan Mesir, dikarenakan perdana Menteri Syawar telah melakukan perjanjian gelap dengan Amauri panglima tentara Salib yang pernah membantu Dirgam.

Perjanjian itu dinilai dapat membahayakan Suriah dan posisi umat Islam, akhirnya dalam penyerangan yang kelima kalinya mesir dapat dikuasai tahun 1189 masehi. Syirkuh kemudian meninggal dan digantikan oleh Shalahuddin Al Ayyubi tahun 1169 menjadi wazir menggantikan pamannya.

Shalahuddin Al-Ayyubi makin menunjukkan keahliannya dalam memimpin, terutama dalam mempersiapkan segala kemungkinan akan terjadinya penyerbuan ke Mesir oleh tentara Salib. Berkali kali pasukan Salib dapat dipatahkan Shalahuddin.

Akibat kepiawaiannya itu membuat Nuruddin merasa khawatir tersaingi, akhirnya hubungan keduanya memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk coba menaklukkan Mesir namun ia meninggal di perjalanan sebelum sampai ke Mesir.

Akibat peristiwa itu penyeranganpun dibatalkan, dan tampuk kepemimpinan diserahkan pada puteranya yang masih muda. Shalahuddin berangkat ke Damaskus untuk melakukan lawatan berbela sungkawa atas meninggalnya Nuruddin.

Shalahuddin sudah berniat akan menyerahkan kekuasaannya pada raja baru yang masih muda tersebut, namun pada tahun itu juga raja baru itu meninggal. Akhirnya posisinya digantikan oleh Shalahuddin untuk memimpin Mesir dan Suriah.

Tiga tahun Shalahuddin memimpin Mesir dan Suriah menggantikan Nuruddin yang telah wafat, cara yang ia lakukan sangat terhormat yakni dengan menikahi janda mendiang istri Sultan Nuruddin demi menghormati keluarga Dinasti sebelumnya (Dinasti Fatimiyah).

Dalam membangun pemerintahannya Shalahuddin mulai dengan revitalisasi ekonomi, reorganisasi militer, serta menaklukkan negara-negara kecil untuk dipersatukan dalam rangka melawan tentara pasukan Salib.

Pada tahun 1174 masehi, Shalahuddin berhasil menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Dengan itu maka berdirilah kekhalifahan baru bernama Dinasti Ayyubiah menggantikan dinasti sebelumnya yakni Dinasti Fatimiyah yang bermazdhab Syi'ah.

Dalam usia 45 tahun, Shalahuddin Al Ayyubi sudah menjadi orang yang berpengaruh di dunia islam. Dalam 12 tahun masa kepemimpinannya Shalahuddin sudah menaklukkan dan mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia dan wilayah jazirah Arab dan Yaman. Di bawah kekhalifahan Dinasti Ayyubiah, kota Damaskus di jadikan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Ayyubiah.


Kepemimpinan

Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang memiliki kemampuan memimpin, dibuktikan dengan caranya dalam memilih para Wazir. Shalahuddin mengangkat para pembantunya (Wazir) orang-orang cerdas dan terdidik diantaranya, Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad, yang kemudian dikenal sebagai penulis biografinya. 

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga tidak membuat kekuasaan terpusat di Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang Dinasti Ayyubiyah sebagai berikut : 

1. Kesultanan Ayyubiyah di Mesir 2. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus 3. Kesultana Ayyubiyah di Aleppo 4. Kesultanan Ayyubiyah di Hamah 5. Kesultanan Ayyubiyah di Homs 6. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin 7. Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar 8. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa 9. Kesultanan Ayyubiyah di Yaman 

10. Kesultana Ayyubiyah di Kerak 

Dalam kegiatan perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa muslim di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan kota-kota di laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. 

Untuk keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga memberikan Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah Shalahuddin dianggap sebagai "Sultanul Islam Wal Muslimiin" (Pemimpin umat Islam dan kaum muslimin). 


Keperwiraan

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dikenal sebagai perwira yang memiliki kecerdasan tinggi dalam bidang militer. Pada masa pemerintahannya kekuatan militernya terkenal sangat tangguh, diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan Afrika. Ia membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai benteng pertahanan. 

Salah satu karya monumental yang disumbangkannya selama beliau menjabat sebagai Sultan adalah bangunan sebuah benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada tahun 1183 Masehi. Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama.

Perang yang dilakukannya dalam rangka membela negara dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan memiliki toleransi yang tinggi. 

1. Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang Kristen 
2. Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orangorang kristen berziarah ke Baitul Makdis. 

Sebagai khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi berusaha untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di Mesir dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ini banyak mendapat tantangan dari orang-orang yang kedudukannya merasa terancam dengan kepemimpinannya. 

Maka usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama kali adalah menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah kekuasaannya dengan tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan baik dan mampu menangkal musuh. Usaha-usaha tersebut antara lain : 

1. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga khalifah Al Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568 H/1173 M) 2. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M) 

3. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M). 

Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya di bawah komando Al Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang kuat dalam melawan gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang. 

Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah Perang Salib periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M. Periode ini disebut periode reaksi umat Islam, terutama bertujuan membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha). Peperangan terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi, yaitu : 

1. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M) 2. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M) 

3. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M). 

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam. Kecintaannya terhadap agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian lembaran hidupnya untuk menegakkan harga diri umat Islam. Kehadiran Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan anugerah. 

Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan umat Islam dalam membela agamanya. Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam sejarah, tidak hanya diakui oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum Kristen.


Pada tahun 1193 masehi, akhirnya Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi meninggal dunia dalam usia ke-57 tahun usia yang masih tergolong masih muda, akibat peristiwa itu dunia Islam saat itu sangat kehilangan sesosok pemimpin yang adil, bijaksana, penyantun dan belas kasih.

Semoga dengan adanya sejarah Shalahuddin Al Ayyubi ini dapat menggugah kembali rasa patriotisme dalam diri seorang umat muslim. Semoga dapat menjadi inspirasi baru buat generasi muslim dimasa kini dan yang akan datang.

Demikianlah pembahasan tentang Shalahuddin Al-Ayyubi, penguasa Dinasti Ayyubiyah yang terkenal. Semoga ada ibrah dan manfaatnya.