Organ yang menyediakan makanan untuk janin selama dalam kandungan adalah

  • Tentang Kami
  • Tim Kami
  • Hubungi Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat dan Ketentuan

Plasenta atau lebih akrab disebut ari-ari merupakan organ yang terbentuk sejak awal kehamilan. Kehadiran plasenta untuk menemani janin di dalam kandungan bukan tanpa alasan, lho, Bun. Yuk, simak artikel ini untuk mengetahui apa saja fungsi plasenta.

Plasenta terbentuk sejak awal kehamilan, kira-kira 2 minggu setelah pembuahan. Organ dengan bobot sekitar 500 gram ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, serta melindunginya dari penyakit. Dengan bentuknya yang bervariasi, plasenta umumnya menempel pada bagian atas, belakang, atau samping rahim.

Fungsi Plasenta Selama Kehamilan

Seperti yang telah disebutkan di atas, plasenta memiliki peranan yang penting untuk menunjang perkembangan bayi di dalam kandungan. Nah, berikut ini adalah fungsi plasenta selama kehamilan:

1. Menyalurkan oksigen dan nutrisi pada janin

Janin membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk bisa hidup serta berkembang selama di dalam kandungan. Namun untuk mendapatkannya, bukan berarti janin bernapas melalui hidung atau makan melalui mulut, lho, Bun. Oksigen dan nutrisi yang didapat oleh janin diperoleh dari tubuh Bunda.

Oksigen dan nutrisi dari tubuh Bunda akan dibawa oleh darah dan dialirkan ke dalam plasenta. Setelah itu, asupan tersebut akan ditransfer langsung ke janin melalui tali pusar yang terhubung dari plasenta ke janin.Proses ini mulai terjadi di bulan 2 kehamilan.

2. Membuang zat sisa dari darah janin

Selain memasok oksigen dan nutrisi, plasenta juga berfungsi untuk membuang sisa metabolisme yang sudah tidak dibutuhkan oleh janin. Zat sisa tersebut akan dialirkan kembali ke aliran darah Bunda dan kemudian dikeluarkan bersama sisa metabolisme yang Bunda hasilkan.

3. Memproduksi hormon pendukung kehamilan

Fungsi plasenta yang tidak kalah penting lainnya adalah memproduksi hormon kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon-hormon tersebut sangat penting dalam mendukung perkembangan janin dan menjaga kehamilan.

4. Melindungi janin dari infeksi bakteri

Plasenta juga berfungsi sebagai penghalang bagi bakteri yang mungkin ada pada tubuh Bunda. Jadi jika Bunda mengalami infeksi bakteri, plasenta akan melindungi janin agar tidak tertular infeksi tersebut.

5. Menyalurkan antibodi dari ibu ke janin

Di masa akhir kehamilan, plasenta akan menyalurkan antibodi yang Bunda miliki ke janin. Antibodi ini dapat memberikan kekebalan tubuh untuk Si Kecil agar terhindar dari penyakit. Namun setelah Si Kecil dilahirkan, antibodi dari Bunda hanya bisa bertahan hingga usianya mencapai 3 bulan. Jadi, penting bagi Si Kecil untuk tetap mendapatkan imunisasi.

Melihat berbagai macam fungsi plasenta, organ ini bisa dibilang merupakan komponen yang sangat penting dalam kehamilan. Gangguan pada plasenta dapat berbahaya bagi kesehatan janin. Jadi, tidak heran jika setiap kali ibu hamil melakukan kontrol, dokter akan memeriksa kondisi plasenta.

Oleh karena itu, penting sekali bagi Bunda untuk melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin selama kehamilan. Selain itu, Bunda juga perlu menjaga gaya hidup sehat agar kondisi kehamilan dan plasenta senantiasa baik.

Selama sembilan bulan dalam kandungan, bayi bisa tumbuh dengan baik jika mendapatkan nutrisi yang cukup. Oleh karena itu, mungkin timbul pertanyaan janin dalam rahim ibu memperoleh makanan dari mana? 

Apakah nutrisi untuk janin berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu? Berikut penjelasan selengkapnya.

Janin dalam rahim ibu memperoleh makanan dari plasenta

Embrio mendapatkan makanan dari plasenta. Benda ini merupakan penghubung kehidupan antara ibu dan janin yang memberikan nutrisi. Semua kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang disuplai ibu melalui plasenta. 

Apa yang dikonsumsi ibu bisa ditransfer kepada janin melalui plasenta. Nutrisi ini kemudian akan mengalir dan diserap oleh tubuh janin.

Beberapa minuman dan makanan yang dikonsumsi seperti alkohol, kafein, hingga makanan pedas pun juga bisa terserap dan bisa memengaruhi sang janin. Tak heran, jika ibu hamil diharapkan tidak mengonsumsi atau menguranginya.

Sejak kapan janin dalam rahim ibu memperoleh makanan dari plasenta?

Kapankah mulainya embrio mendapatkan makanan dari plasenta? Secara umum, plasenta terbentuk sejak proses kehamilan dari sel telur yang sudah dibuahi menempel di dinding rahim. Sejak saat itulah bayi mulai mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya dari plasenta ibu.

Pada awal pembuahan, sel telur melakukan perjalanan dari ovarium menuju tuba falopi. Di sana, sel telur bertemu dengan spermatozoid untuk kemudian membentuk janin. Telur yang telah dibuahi disebut dengan zigot dan akan menyelesaikan banyak pembelahan sel di saluran falopi.

Zigot kemudian mencapai rahim dan meneruskan pembelahan sel. Zigot lalu menjadi blastokista dan memulai terbentuknya plasenta serta janin.

Agar kehamilan berkembang optimal, plasenta kemudian menghasilkan hormon hCG. Hormon inilah yang kemudian menjadi tolok ukur seseorang hamil atau tidak.

Meski bisa saja perempuan sebenarnya sudah hamil, tapi hCG-nya tak terdeteksi akibat blastokista yang belum menempel ke dinding rahim.

Peran plasenta bagi pertumbuhan dan perkembangan janin

Bagaimana cara janin mendapatkan makanan? Bayi dalam kandungan mendapatkan makanan dari ibunya dengan mengirimkan sari nutrisi melalui plasenta yang selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh janin.

Tapi ini bukan satu-satunya peran plasenta atau ari-ari dalam mendukung perkembangan janin. Jauh lebih kompleks, plasenta benar-benar menjadi andalan bayi untuk tumbuh dan berkembang saat masih dalam rahim.

Peran tersebut terangkum dalam sistem peredaran darah yang terjadi antara ibu dan janin. Secara ringkas, sistem distribusi aliran darah ibu dan janin tersebut terjadi melalui siklus di bawah ini:

  • Pertama-tama, darah ibu yang kaya akan nutrisi dan oksigen menuju janin dari plasenta melewati tali pusar ke tubuh bayi.
  • Darah tersebut lalu mengalir ke vena umbilikalis menuju hati janin.
  • Dari hati, darah kemudian mengalir menuju lubang pada sekat antar jantung janin yang biasa disebut duktus venosus.
  • Selain mengalir ke hati, sebagian besar darah kaya oksigen akan mengalir ke vena kava inferior.
  • Dari vena kava inferior, darah akan mengalir menuju atrium kanan jantung sang janin.
  • Sebagian besar dari darah juga akan mengalir ke atrium kiri melalui pirau yang disebut foramen ovale.
  • Dari atrium kiri, darah lalu dipompa ke bagian pertama arteri besar bernama aorta ascendens.
  • Kemudian, darah kaya oksigen tersebut dikirim ke otak, otot jantung, dan tubuh bagian bawah Si Kecil.
  • Dari tubuh, darah akan kembali menuju jantung dengan kandungan karbon dioksida dan produk limbah.
  • Darah kaya karbon dioksida tersebut akan dikirim menuju paru-paru untuk diberi oksigen.
  • Dari paru-paru, darah akan kembali ke plasenta sebagai tempat untuk melepaskan karbon dioksida dan produk limbah menuju aliran darah sang ibu.
  • Siklus tersebut kemudian akan kembali ke tahap awal dan begitu seterusnya hingga buah hati hadir ke dunia.

Fungsi vital plasenta lainnya adalah melindungi bayi dari penyakit. Ketika sel darah dan nutrisi masuk, virus dan bakteri ditolak menuju keluar rahim. Ini juga memungkinkan tubuh untuk tidak menganggap bayi sebagai benda asing ketika hadir dalam tubuh.

Berbagai hormon juga diproduksi dalam plasenta. Hormon yang diproduksi tersebut adalah human placental lactogen (HPL), relaxin, oksitosin, progesteron, dan estrogen.

Bisakah plasenta mengalami ketidaknormalan?

Karena fungsi plasenta begitu penting untuk janin, ibu haruslah berhati-hati dalam menjaganya, untuk mencegah kelainan plasenta. Letak plasenta seharusnya berada di samping atau bagian atas rahim.

Dengan posisi tersebut, janin dalam rahim ibu memperoleh makanan dari ibu dengan baik. Namun demikian, ada beberapa kasus di mana letak plasenta berada di posisi tidak seharusnya.

Bahkan dalam kehamilan yang sehat, komplikasi plasenta tetap bisa terjadi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu faktor berikut:

  • Kelainan genetika
  • Umur sang ibu
  • Tekanan darah tinggi
  • Pernah hamil beberapa kali
  • Pernah menjalani persalinan caesar
  • Penggunaan zat tertentu
  • Memiliki masalah plasenta pada kehamilan sebelumnya
  • Perut mengalami cedera

Bukan saja dalam kehamilan, plasenta pun bisa menjadi masalah ketika persalinan. Salah satunya adalah plasenta tertinggal dalam rahim.

Sebagai akibatnya, setelah bayi lahir, sang ibu harus melahirkan plasenta. Kondisi ini biasa disebut dengan persalinan tahap ketiga.

Janin dalam rahim ibu memperoleh asupan makanan dari tubuh ibu melalui plasenta yang memiliki sistem kompleks. Agar berjalan sempurna, kehamilan sebaiknya diawasi secara berkala melalui pemeriksaan dokter. Dengan ini, kemungkinan munculnya masalah akan terdeteksi, termasuk gangguan pada plasenta.

Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang janin dalam rahim ibu memperoleh makanan dari mana, serta problem kehamilan lainnya, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA