Orang yang merasa cukup dengan karunia yang telah Allah berikan disebut

Jawaban:

Manusia yg bersifat QANA'AH

Penjelasan:

SMG MEMBANTU

:-D

hanifahhusni28 hanifahhusni28

Jawaban:

orang yang bersyukur.

Penjelasan:

Karena orang bersyukur akan slalu mersa hidupnya tercukupi dan sdh pnuh nikmat atas karunia yang telah Allah SWT. berikan.

Maaf klau slah, SEMOGA MEMBANTU

QANA 'AH menurut arti bahasanya adalah merasa cukup dan tidak meminta-minta. Dan secara istilah qana’ah merasa cukup atas apa yang dimilikinya. Sikap qana’ah didefinisikan imam al-Ashma’i sebagai sikap merasa cukup dan rida atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah.

Rela menerima pemberian Allah ta'ala seadanya, merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, kecuali orang yang dikaruniai taufik dan petunjuk serta dijaga oleh Allah dari keburukan jiwa, kebakhilan dan ketamakannya. Karena manusia diciptakan dalam keadaan memiliki rasa cinta yang besar terhadap kepemilikan harta. Namun meskipun demikian kita dituntut untuk memerangi hawa nafsu supaya dapat menekan sifat tamak dan membimbing menuju sikap zuhud dan qana’ah. 

- Demikianlah sifat Qanaah ini mengakar pada diri para sahabat Rasulullah SHALALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM melalui pembinaan dan pendidikan kenabian, sehingga Allah memuji mereka dalam firmanNya yang artinya:

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.(QS al-Baqarah/2:273). 

- Dengan qana`ah inilah para sahabat  berhasil dan sukses dapat menghadapi kehidupan dengan kesungguhan yang energik dalam mencari rezki. Tidaklah terdapat rasa takut dan ragu-ragu dan syak bagi orang yang memiliki sifat qana`ah. Dengan berteguh hati dan fikiran terbuka, ia bertawakal kepada Allah Ta'ala. Mengharapkan pertolongan-Nya, serta tidak merasa jengkel dan kecewa jika tidak mampu mencapai target yang diinginkannya. 

- Lihatlah sifat qanaah yang dimiliki mereka. Lihatlah yang disampaikan kholifah Umar bin Al-Khothab radhiyallahu anhu berikut:

Mari aku beritahukan kepadamu harta Allah Ta’ala yang aku memohon kehalalannya: Dua helai baju musim dingin dan musim panas dan kendaraan yang mencukupiku untuk berhaji dan berumroh serta setelah itu makanan pokokku seperti makanan untuk seorang lelaki Quraisy . saya tidak lebih tinggi dan lebih rendah dari mereka. Demi Allah saya tidak tahu apakah hal itu halal atau tidak untukku?

Beliau mencukupkan kebutuhannya hanya sesederhana ini, padahal beliau adalah seorang pemimpin tertinggi dalam masyarakat islam waktu itu. Seorang amirulmukminin yang sangat dimaklumi bila mengambil lebih banyak dan berlipat dari permintaan beliau tersebut.

Sangat menakjubkan sekali sikap qana’ah yang dimiliki beliau ini. Namun ini dibandingkan dengan guru, pembimbing dan pembentuk kejiwaan beliau masih belum dapat menyamainya Lihatlah kehidupan sang guru dan pembimbing kholifah Umar bin al-Khatahab radhiyallahu anhu ini yaitu baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam merealisasikan sifat qana’ah ini.

- Ummulmukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengisahkan kehidupan beliau bersama Rasulullah dalam ungkapan yang mengharukan. Beliau berkata kepada keponakannya yang bernama Urwah bin az-Zubeir rahimahullah :

Wahai keponakanku, sesungguhnya kami melihat 3 kali hilal dalam dua bulan, tidaklah api dinyalakan dirumah-rumah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. lalu Urwah bertanya: Apa yang menjadi makanan kalian? A’isyah menjawab: aswadain yaitu kurma dan air. Kecuali ada tetangga Rasulullah dari kaum Anshar yang memiliki susu yang diberikan kepada Rasulullah lalu beliau memberikan kami minum susu tersebut. (Muttafaqun ‘alaihi). 

-Lihatlah bagaimana kehidupan Rasulullah dan semua para istri beliau yang tidak memasak roti dan lauk pauk. Mereka mencukupkan dengan memakan yang ada dengan keridhaan yang sempurna tanpa keluh kesah. Kisah ini disampaikan ummulmukminin untuk mendidik keponakannya dan kita semua untuk mencontoh sifat qanaah Rasulullah dan keluarganya. 

- Marilah kita memohon kepada Allah dengan permohonan yang pernah di panjatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam

Ya Allah berikanlah kepada kami sifat qana’ah atas semua rezekiMu dan berikanlha barokah padanya serta gantilah dengan kebaikan atas semua yang tidak aku dapati (HR Ibnu Sunni dengan sanad shahih).Semoga permohonan kita dikabulkan.

(Ustaz Malik Ashari, Sampit Mengaji)

Jangan Salah Arti Perihal Sikap Qana’ah

Agama Islam memerintahkan umatnya untuk qana’ah. Itulah sebabnya di zaman para sahabat banyak orang kaya,  memiliki kekayaan miliaran,  memiliki banyak unta, berdagang ke luar negeri, tetapi mereka qana’ah.

Arti kata qana’ah sangat luas. Percaya bahwa memang ada kekuatan yang melebihi kekuatan manusia, bersabar dalam menerima rezeki jika rezeki tidak berkenan pada diri sendiri, dan mensyukuri nikmat yang diberikan kepada kita, karena bagaimanapun nikmat itu akan sirna.

Dalam kasus seperti itu diperintahkan untuk terus bekerja mencari rizki, kewajibannya belum berakhir. Kami bekerja bukan karena kami meminta tambahan yang sudah kami miliki dan tidak merasa cukup dengan apa yang ada, tetapi kami bekerja, karena orang yang hidup harus terus bekerja.

Demikianlah apa yang dimaksud dengan qana’ah. Jelas kesalahpahaman orang yang mengatakan qana’ah ini melemahkan hati, malas pikiran, mengajak bergandengan tangan.

Namun qana’ah merupakan modal terkuat untuk menghadapi subsistensi, sehingga menimbulkan kesungguhan hidup yang benar-benar (energi) mencari rezeki. Jangan takut dan gentar, jangan ragu dan ragu, kuatkan pikiran, kuatkan hati, percaya kepada Tuhan, berharap pertolongan-Nya, dan jangan putus asa.

Barang siapa yang telah memperoleh rezeki, dan telah dapat dimakan pada waktu pagi dan sore hari, hendaklah ia menenangkan hatinya, jangan merasa ragu dan kesepian. Anda tidak dilarang bekerja untuk mencari nafkah, Anda tidak disuruh bermalas-malasan karena harta sudah ada, karena itu bukan qana’ah, yaitu kemalasan.

Bekerjalah, karena manusia diutus ke dunia untuk bekerja, tetapi yakinlah, yakinlah bahwa dalam pekerjaan itu ada yang kalah dan yang menang. Jadi Anda bekerja karena Anda melihat bahwa kekayaan yang Anda miliki tidak cukup, tetapi Anda bekerja karena yang hidup tidak bisa menganggur.

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash bahwa Rasulullah ﷺ bersabda

, قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah berikan kepadanya.”(HR: Muslim).

Hadits ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang muslim yang memiliki sifat qana’ah. Karena dengan itu semua dia akan meraih kebaikan dan keutamaan di dunia dan akhirat, meskipun harta yang dimilikinya sedikit.

Qana’ah bukanlah berarti  hilang semangat untuk berkerja lebih keras demi menambah rezeki. Malah, ia bertujuan senantiasa bersyukur dengan rezeki yang dikurniakan Allah.

Kaya Hati

Karena sikap qana’ah tidak berarti fatalis, menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang-orang qana’ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun semua itu bukan untuk menumpuk-numpuk kekayaan, mencintai dunia dan takut mati, lupa infak dan sedekah.

Dari Abu Hurairah Rasulullah ﷺ bersabda

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR: Bukhari no. 6446)

Sikap qana’ah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup, ridha atau puas atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT  qana’ah ialah kepuasan hati dengan rezeki yang ditentukan Allah.

Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyampaikan hadits dalam Shahih Muslim dan yang lainnya, dari Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

قَدْ أفْلَحَ مَنْ أسْلَمَ وَرُزِقُ كَفَا فًا، وَ قَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

“Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (HR: Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy).

Karenanya qana’ah itu mengandung lima perkara: Ikhlas menerima apa yang ada, selalu memohon kepada untuk mendapat tambahan rizki yang cukup, dan terus berusaha,  sabar dan menerima menerima ketentuan Allah, tawakal kepada Allah dan tidak tertarik pada tipu daya dunia.

0 Comments

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA