Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?

Umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber ajaran islam. Ia menempati kedudukannya setelah Al-Qur’an. Keharusan mengikuti hadis bagi umat islam baik berupa perintah maupun larangannya, sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur’an. Hal ini karena hadis merupakan mubayyin terhadap    Al-Qur’an, yang seharusnya siapapun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an tanpa dengan memahami dan menguasai hadis. Begitu pula halnya, menggunakan hadis tanpa Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama yang didalamnya berisi garis besar syariat. Dengan demikian, antara hadis dengan al-qur’an memiliki kaitan sangat erat, yang untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.

Oleh karena itu maka perlu diketahui Teknik Periwayatan Hadis dari Nabi terhadap sahabat, serta cara sahabat meriwayatkan hadis, sehingga kita dapat membedakan mana hadis shahih dan mana yang ditolak.

Nabi Muhammad SAW dalam kedudukannya sebagai nabi dan rasul Allah, telah berhasil membimbing umat kepada ajaran agama yang dibawanya. Walaupun ia sukses dalam membimbing umatnya, tetapi kehidupan sehari-harinya tetap sederhana, tidak jarang ia terlihat menjahit sendiri pakaiannya yang sobek dimana ia juga berstatus sebagai kepala rumah tangga yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Apabila kedudukan Nabi tersebut dilihat dan dihubungkan dengan bentuk-bentuk hadis yang terdiri dari sabda, perbuatan, taqrir dan hal ihwalnya, maka dapatlah dinyatakan bahwa hadis Nabi telah disampaikan oleh Nabi dalam berbagai cara. Pertama, Nabi menyampaikan hadisnya secara lisan dan perbuatan dihadapan orang banyak di masjid pada waktu malam dan subuh. Kedua, terkadang Nabi menyampaikan Hadisnya berupa teguran terhadap orang yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Ketiga, Nabi manyampaikan Hadisnya berupa jawaban atas pertanyaan dari sahabatnya. Keempat, dengan cara berupa permintaan penjelasan, berupa taqrir yang harus dicontohkan perbuatan Nabi yang menyangkut ibadah dan sebagainya.

Selanjutnya cara menerima dan meriwayatkan Hadis Nabi SAW. adalah suatu proses penerimaan hadis oleh seorang Rawi dari seorang gurunya, yang setelah dipahami, dihafal, dihayati, diamalkan, ditulis lalu disampaikan kepada orang lain sebagai murid dengan menyebutkan sumber pemberitaan riwayat tersebut.

Jadi ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam periwayatan Hadis yakni, kegiatan menerima Hadis dari Periwayat hadis, kegiatan menyampaikan Hadis itu kepada orang lain, dan ketika Hadis itu disampaikan susunan rangkaian periwayatan disebutkan.


Page 2

DOI: http://dx.doi.org/10.31332/aladl.v1i1

Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?

Table of Content

Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial

Al-Adl was Indexed by:

Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?
Orang orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi SAW ke dalam kitab kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya disebut?

Organized by : Fakultas Syariah
Published by : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari
Jl. Sultan Qaimuddin No. 17, Kec. Baruga, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara
phone. +62401-3193710
Fax. +62401-3193710
Email: 

View My Stats

Rawi berarti orang yang meriwayatkan hadis. Ada pula yang mengartikan bahwa rawi adalah orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadis.

Istilah  rawi  yang pertama sama dengan sanad, yaitu oarng yan menerima hadis dan menyampaikan kepada orang lain tanpa membukukannya. Pada pengertian kedua, rawi lebih cepat disebut mudawwin (orang yang  mengumpulkan dan membukukan hadis).

Baca Juga : Pengertian Sanad

Dalam ilmu hadis, riwayat adalah memindahkan atau menyampaikan suatu hadis dari seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Kepada orang berikutnya. Riwayat juga berarti membukukan hadis dalam satu kumpulan hadis dengan menyebutkkan sanad-nya. Rawi  pertama suatu hadis adalah sahabat Nabi Muahmmad saw, sedangkan rawi  terahkir adalah orang yang menulis atau mengumpulkannya, seprti al-Bukhari,Muslim, dan Abu Dawud.

Rowi menurut bahasa, adalah orang yang meriwayatkan hadits dan semacamnya. Sedangkan menurut istilah yaitu orang yang menukil, memindahkan atau menuliskan hadits dengan sanadnya baik itu laki-laki maupun perempuan.

Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :

  1. Islam, karena itu, hadis dari orang kafir tidak diterima.
  2. Baligh, hadis dari anak kecil di tolak
  3. ‘Adalah (sifat adil)
  4. Dhobth (teliti, cerdas dan kuat hafalannya)

Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Rosul, antara lain ;

  1.  Abu Huroiroh (Abdur Rahman bin Shohr Ad Dausi Al Yamani r.a.), beliau lahir pada tahun 19 H, dan wafat pada tahun 59 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 5374 hadis.
  2. Abdulloh bin Umar bin Khottob, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat pada tahun 73 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2630 hadis.
  3. Anas bin Malik, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat pada tahun 93 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2286 hadis.
  4. Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq, beliau lahir pada tahun 9 SH, dan wafat pada tahun 57 SH. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2210 hadis.
  5. Abdulloh bin Abbas Bin Abdul Mutholib, beliau lahir pada tahun 3 SH, dan wafat pada tahun 67 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 1540 hadis.
  6. Jabir bin abdulloh Al Anshory, beliau lahir pada tahun 6 SH, dan wafat pada tahun 78 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 1540 hadis.
  7. Abu Sa’id Al khudzry, Sa’id bin Malik bin Sanan Al Anshory, beliau lahir pada tahun 12 SH, dan wafat pada tahun 74 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 1170 hadis.

Baca Juga ; Pengertian Matan

Contoh:

ﻋﻦ ﺍﻢﺍﻟﻤﺆ ﻤﻨﻴﻦﻋﺎﺜﺸﺔ ﺮﻀﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﻘﺎﻠﺕﻘﺎﺮ ﺴﻮ ﻠﺎ ﷲ ﺼﻠﻌﻢ ﻤﻦ ﺍﺤﺪﺙﻔﻲ ﺍﻤﺭﻨﺎ ﮬﺬ ﺍﻤﺎﻠﻴﺲ ﻤﻨﻪ ﻓﮭﻢﻭﺮﺪﱞ.﴿ﻤﮅﻔﻖﻋﻟﻴﻪ﴾

‘Warta dari umul mukminin,’aisyah ra, ujurnya:’rasulallah saw telah bersabda:’barang siapa yang mengada-adakan suatu yang bukan termasuk dalam urusan (agama) ku, maka ia tertolak’.”

Kata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadits. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits. Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama.

Baca Juga : Idgham Syamsiyah dan Indgham Qomariyah

Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap thabaqah atau tingkatannya juga disebut para rawi. Begitu juga setiap perawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi yabaqah berikutnya. Akan tetapi yang membedakan kedua istilah diatas ialah, jika dilihat dari dalam dua hal yaitu :

dalam hal pembukuan hadits. Orang-orang yang menerima hadits kemudian mengumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Dengan demikian perawi dapat disebutkan dengan mudawwin, kemudian orang-orang yang menerima hadits dan hanya meyampaikan kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits. Berkaitan dengan ini dapat disebutkan bahwa setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqagnya, tetapi tdak setiap perawi disebut sanad hadits karena ada perawi yang langsung membekukanya.

dalam penyebutan silsilah hadits, untuk susunan sanad, berbeda dengan peyebutan silsilah susunan rawi. Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang lasung meyampaikan hadits tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang disebut rawi pertama ialah para sahabat Rasul SAW.

Dengan demikian penyebutan silsilah antara kedua istilah ini merupakan sebaliknya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama adalah rawi terakhir. Untuk lebih memperjelas uraian tentang sanad, matan dan rawi di atas yang lebih lanjut pada hadits di bawah ini.

Abubakar bin Abi Syaibah dan Abukarib telah menceritakan (hadits) kepada kami yang diterimanya dari al-A’masy dari umara bin umair. Dari Abd ar-rahman bin yazi, dari Abdullah bin mas’ud katanya :”Rasulullah SAW telah bersabda kepada kami: wahai sekalian pemuda barang siapa yang sudah mampu untuk melakukan pernikaha, maka menikahlah, karena dengan menikah itu (lebih dapat) menjaga kehormatan.

Akan tetapi barang siapa yang belum mampu melakukannya, baginya hendaklah berpuasa. Karena dengan berpuasa itu dapat menahan hasrat seksual” (H.Ral-Bukhari dan muslim). Disini dapat kita jelaskan bahwa:

dari nama Abu Bakar bin abi syaibah sampai dengan Abdullah bin mas’ud merupakan silsilah atau rangkaian /susunan orang-orang yang meyampaikan hadits. Itu semua adalah sanad hadits tersebut, yang juga sebagai jalan matan. Dan mulai kata “wahai sekalian pemuda sampai degan berpuasa dapat menahan hasrat seksual” adalah matan, materi atau lafaz hadits tersebut yang mengandung makna makna

Baca Juga : Hukum Mim Mati