54 Kelas V SD
1. Guru Rupaka
Sumber: www.google.com Guru Rupaka adalah orang tua yang melahirkan kita ke dunia ini. Guru Rupaka merupakan guru yang pertama dan paling utama. Mengapa demikian? Beliaulah yang memberikan kita pendidikan paling pertama dan paling utama. Pendidik paling pertama artinya orang tua mendidik, mengajar, dan melatih kita dalam hal makan dan minum serta berbicara dan berjalan. Semua itu dilakukan orang tua berdasarkan dari isyarat-isyarat tangisan anak. Misalnya ketika anak menangis diberi air susu akhirnya diam, atau anak menangis diberi bubur akhirnya diam. Dengan isyarat itulah orang tua kita memahami maksud tangisan anaknya. Demikian pula apabila anak kepanasan atau belum dimandikan pasti rewel. Setelah dimandikan sang bayi akan tertawa kemudian tidur nyenyak. Saat memberikan makan anak dilatih berbicara, mengucapkan kata maem berkali-kali, dari kata maem kemudian mengucapkan kata mama, berulang kali dan selanjutnya mengucapkan kata pa, pa, pa, dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa Guru Rupaka adalah guru yang paling pertama, paling utama, dan bertanggung jawab terhadap jiwa dan raga kita. Beliaulah yang mengetahui ketika badan kita terasa gerah atau panas maupun dingin melalui indra kulitnya. Begitulah keutamaan dari Guru Rupaka. Gambar 5.1 Guru Rupaka 55 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 Mari kita simak lagu yang terkait dengan Guru Rupaka di bawah ini Lagu Hymne Guru Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku Sbagai prasasti trimakasihku tuk pengabdianmu Engkau sebagai pelita dalam kegelapan Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa Sartono Pupuh Semarandhana Megantung ban bok akatih, Angkihane yan upami Kadi manyuwun gedahe, Metatakan batu lumbang Yan pelih magulikan, Tan urungan pacang labuh Dekdek buyar tan tuptupan. Terjemahan Ibaratkan tergantung dengan sehelai rambut, Jiwa sang Ibu di saat, melahirkan kita, Bagaikan menjunjung gentong, Beralaskan batu besar, Kalau salah bergerak batu itu akan bergerak, Sudah pasti akan terjatuh, Hancur lebur tak dapat disatukan. Maksud dari lagu di atas adalah ketika ibu sebagai Guru Rupaka akan melahirkan kita ke dunia ini jiwanya sangat terancam. Tak ubahnya bergantung dengan sehelai rambut. Sedikit saja salah nyawanya pun bisa hilang. Begitu berat beban sang ibu di saat melahirkan kita, maka kita tidak boleh berani dan menentang nasihat dan petuah Guru Rupaka. Apabila ada anak yang menentang nasihat orang tua, 56 Kelas V SD maka anak itu dikatakan Alpaka Guru Rupaka. Untuk itu, mari kita hormati orang tua dengan jalan mendengarkan dan menjalankan nasihatnya, agar orang tua kita merasa bahagia. Apabila kita melakukan nasihat dan perintah orang tua, pasti kita akan mendapatkan kebahagiaan. Anak yang baik dikatakan anak yang suputra, su berarti baik dan putra berarti anak. Jadi suputra berarti anak yang baik. Anak yang baik memiliki karakter dan jiwa yang mampu membahagiakan orang tua.2. Guru Pengajian
PENGERTIAN CATUR GURU:
Catur Guru terdiri atas dua kata yaitu: Catur artinya empat dan Guru artinya guru. Jadi Catur Guru adalah empat guru yang harus dihormati di dalam mencari kesucian serta keutamaan hidup
BAGIAN-BAGIAN CATUR GURU:
1. Guru Rupaka
Guru Rupaka adalah orang tua kita di rumah yaitu ayah dan ibu. sebagai orang pertama yang memberikan pendidikan kepada kita. Manusia tumbuh dan berkembang adalah berkat pendidikan dan asuhan orang tuanya. Orang tua sangat berjasa karena telah merawat kita dari kecil hingga dewasa. Jasa itulah yang menyebabkan kita mempunyai tiga hutang yaitu hutang badan, hutang jasa dan hutang hidup.
Contoh sikap bhakti kepada Guru Rupaka, antara lain:
Menghormati orang tua
Menuruti nasehat orang tua
Rajin membantu orang tua bekerja
Berpamitan pada orang tua ketika akan pergi
Baca Juga :
Mantra Panca Sembah
Pengertian Punarbhawa
2. Guru Pengajian
Guru Pengajian adalah guru yang mengajar di sekolah. Guru sangat berjasa kepada kita karena telah mendidik dan mengajarkan kita berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang menjadikan kita menjadi orang yang memiliki masa depan yang cerah. Kita wajib hormat kepada Guru Pengajian karena beliau adalah Pahlawan dalam pendidikan.
Contoh sikap bhakti kepada Guru Pengajian, antara lain:
- Mengikuti pelajaran dengan tertib, tekun dan disiplin
- Mentaati tata tertib sekolah
- Mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan ikhlas
- Mentaati nasehat guru
- Hormat kepada guru
3. Guru Wisesa
Guru Wisesa adalah pemerintah yang selalu berusaha mendidik dan mengayomi rakyatnya, selalu mensehjaterakan dan memberikan perlindungan. Dalam mengikuti kegiatan aguron-guron (belajar di sekolah), pemerintah telah menyediakan kita gedung sekolah dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Pak Polisi, Pak Camat, Pak Gubernur adalah termasuk guru Wisesa. Guru Wisesa mengatur dan melayani hidup kita agar aman dan sejahtera.
Contoh sikap bhakti kepada Guru Wisesa, antara lain:
- Rela berkorban demi membela negara dan bangsa
- Membayar pajak tepat waktu
- Mematuhi perundang-undangan yang berlaku
- Taat terhadap peraturan lalu lintas
Tumpek Wariga di Jaman Modern
4. Guru Swadyaya
Guru Swadhyaya adalah Sang Hyang Widhi. Segala kebutuhan makhluk semua terpenuhi oleh-Nya. Beliau adalah maha pengasih dan penyayang. Demikian pula alam semesta ini begitu indah dan menakjubkan. Semua itu berkat kebesaran Sang Hyang Widhi. Guru Swadyaya disebut pula guru sejati. Dinamakan guru sejati karena Beliau adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Beliaulah yang telah menciptakan alam semesta dengan segenap isinya ini, kemudian memelihara dan melindunginya dan akhirnya juga melebur atau mengembalikan ke dalam bentuk asalnya.Tuhan Dinyatakan sebagai guru karena Tuhan adalah pembimbing utama bagi umat manusia yang tidak ada bandingannya. Beliau Mahatau, beliau juga Mahakuasa, dan Mahasakti. Karena itu sebagai manusia kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tulus ihklas.
Contoh sikap bhakti kepada Guru Swadhyaya, antara lain:
- Melakukan persembahyangan (Tri Sandhya)
- Berdoa sebelum melakukan kegiatan
- Meyakini kebesaran Tuhan
- Selalu bersyukur atas karunia-Nya
Written By Bang Sin Thursday, December 19, 2019
MUTIARAHINDU.COM -- Catur Guru terdiri dari dua kata yaitu kata catur dan kata guru. Kata catur artinya empat dan guru artinya berat. Jadi, Catur Guru berarti empat guru yang bertanggung jawab kepada kita. Guru yang dimaksud adalah Guru yang melahirkan kita, Guru yang mendidik, mengajar, dan melatih kita, Guru yang mengawasi kita di masyarakat, Guru yang memberikan kita hidup/jiwa.
Pura Besakih |
Bagian-Bagian Catur Guru Adapun bagian dari catur guru adalah sebagai berikut :
- Guru Rupaka
- Guru Pengajian
- Guru Wisesa
- Guru Swadhyaya, (Duwijo dan Darta, 2014:53).
Penjelasan Catur Guru
1. Guru Rupaka
Guru Rupaka adalah orang tua yang melahirkan kita ke dunia ini. Guru Rupaka merupakan guru yang pertama dan paling utama. Mengapa demikian? Beliaulah yang memberikan kita pendidikan paling pertama dan paling utama. Pendidik paling pertama artinya orang tua mendidik, mengajar, dan melatih kita dalam hal makan dan minum serta berbicara dan berjalan. Semua itu dilakukan orang tua berdasarkan dari isyarat-isyarat tangisan anak. Misalnya ketika anak menangis diberi air susu akhirnya diam, atau anak menangis diberi bubur akhirnya diam. Dengan isyarat itulah orang tua kita memahami maksud tangisan anaknya. Demikian pula apabila anak kepanasan atau belum dimandikan pasti rewel. Setelah dimandikan sang bayi akan tertawa kemudian tidur nyenyak. Saat memberikan makan anak dilatih berbicara, mengucapkan kata maem berkali-kali, dari kata maem kemudian mengucapkan kata mama, berulang kali dan selanjutnya mengucapkan kata pa, pa, pa, dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa Guru Rupaka adalah guru yang paling pertama, paling utama, dan bertanggung jawab terhadap jiwa dan raga kita. Beliaulah yang mengetahui ketika badan kita terasa gerah atau panas maupun dingin melalui indra kulitnya. Begitulah keutamaan dari Guru Rupaka, (Duwijo dan Darta, 2014:54). Mari kita simak lagu yang terkait dengan Guru Rupaka di bawah ini!Lagu Hymne Guru
"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti trimakasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa".
Pupuh Semarandhana
"Megantung ban bok akatih, Angkihane yan upami
Kadi manyuwun gedahe, Metatakan batu lumbang
Yan pelih magulikan, Tan urungan pacang labuh
Dekdek buyar tan tuptupan".
Terjemahan
"Ibaratkan tergantung dengan sehelai rambut, Jiwa sang Ibu di saat,
melahirkan kita, Bagaikan menjunjung gentong,
Beralaskan batu besar, Kalau salah bergerak batu itu akan bergerak,
Sudah pasti akan terjatuh, Hancur lebur tak dapat disatukan". Maksud dari lagu di atas adalah ketika ibu sebagai Guru Rupaka akan melahirkan kita ke dunia ini jiwanya sangat terancam. Tak ubahnya bergantung dengan sehelai rambut. Sedikit saja salah nyawanya pun bisa hilang. Begitu berat beban sang ibu di saat melahirkan kita, maka kita tidak boleh berani dan menentang nasihat dan petuah Guru Rupaka. Apabila ada anak yang menentang nasihat orang tua, maka anak itu dikatakan Alpaka Guru Rupaka. Untuk itu, mari kita hormati orang tua dengan jalan mendengarkan dan menjalankan nasihatnya, agar orang tua kita merasa bahagia. Apabila kita melakukan nasihat dan perintah orang tua, pasti kita akan mendapatkan kebahagiaan. Anak yang baik dikatakan anak yang suputra, su berarti baik dan putra berarti anak. Jadi suputra berarti anak yang baik. Anak yang baik memiliki karakter dan jiwa yang mampu membahagiakan orang tua, (Duwijo dan Darta, 2014:55).
2. Guru Pengajian
Tiga tugas pokok guru di sekolah antara lain:
- Mendidik, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik atau siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan suatu metode untuk mendidik siswa dari tidak tahu menjadi tahu, seperti menulis, membaca dan berhitung. Di samping itu yang paling penting adalah mendidik mental spiritual agar dapat mewujudkan siswa yang memiliki kepribadian luhur, berbudi perkerti, serta memiliki karakter yang baik, (Duwijo dan Darta, 2014:56).
- Mengajar, yaitu suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik berdasarkan kurikulum pendidikan, program tahunan, silabus, satuan pelajaran, dengan mengacu pada kriteria ketuntasan minimum untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional dengan delapan Standar Isi.
- Melatih, artinya suatu proses yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya dalam bentuk latihan-latihan baik dalam bidang keahlian maupun dalam bentuk keterampilan. Ada pepatah mengatakan; rajin pangkal pandai, keuletan pangkal keberhasilan, dan ahli karena berlatih. Seseorang akan menjadi ahli karena seringnya berlatih. Para siswa akan bisa menjadi ahli karena diajak berlatih. Siswa akan menjadi terampil karena sering dilatih. Latihan-latihan itu bisa berupa evaluasi kemampuan berpikir, kecekatan pikiran, sikap dan ada pula yang berupa keterampilan. Melatih kecekatan pikiran misalnya anak/siswa diajak belajar pelajaran berhitung/matematika dan pengetahuan yang lain. Melatih sikap misalnya melaksanakan upacara bendera yang dapat menumbuhkan sikap disiplin dan jiwa patriotisme. Melatih keterampilan dapat dilakukan dengan kerajinan tangan, sesuai dengan lingkungan dalam bidang otomotif atau per-bengkelan. Sedangkan melatih keahlian misalnya menjadi pemain sirkus. Karena latihan seorang pemain sirkus bisa naik sepeda satu roda di atas pipa dengan keseimbangan tanpa bantuan siapa-siapa.
3. Guru Wisesa
Guru Wisesa adalah guru yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Yang disebut Guru Wisesa di tingkat desa adalah pemuka masyarakat, Kepala Dusun/Ketua RW, Kepala Desa/Lurah, dan Pemuka Adat. Guru Wisesa di tingkat kecamatan ada yang disebutkan Tripika yaitu Camat, Polsek, Koramil. Di tingkat kabupaten adalah Bupati, Polres, Kodim.Di tingkat provinsi yaitu: Gubernur, Polda dan Kodam, sedangkan di tingkat pusat yaitu Presiden, TNI, POLRI, dan lain-lainnya. Guru Wisesa tersebut di atas semua mempunyai tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukan dan tingkatannya. Kepala desa/perbekel mempunyai tugas dan tanggung jawab mengayomi dan memimpin masyarakat desa itu sendiri. Sedangkan camat mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa desa yang ada di wilayah kecamatan. Bupati/Walikota mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa camat yang ada di kabupaten tersebut. Gubernur mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap beberapa Kabupaten/Kota Madya yang ada pada daerah yang dipimpinnya. Sedangkan Presiden mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap Wilayah Republik Indonesia. Demikianlah tugas, we-wenang dan tanggung jawab Guru Wisesa yang patut kita hormati bersama, (Duwijo dan Darta, 2014:57). Berikut ini menggambarkan Hirarki kewenangan, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pemegang kebijakan.- Presiden, Gubernur,
- Bupati/Walikota,
- Camat,
- Kepala Desa, (Duwijo dan Darta, 2014:58).
4. Guru Swadhyaya Guru Swadhyaya adalah Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai umat hindu sangat meyakini adanya Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber dari segala kehidupan yang dapat kita jalankan. Beliaulah sebagai penuntun dalam kehidupan sehingga kita bisa selamat dalam melaksanakan segala kegiatan, sebab betapapun pintarnya kita sebagai umat apabila beliau tidak berkenan, segala yang kita lakukan tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, sebelum melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu kita memanjatkan doa kehadapan-Nya agar kita mendapat rahmat-Nya sehingga tujuan kita bisa ter-capai. Hal itu dapat pula diawali dengan melakukan persembahyangan dengan menggunakan sarana upacara sebagai wujud korban suci yang tulus dan ikhlas. Sebagai dasar kepercayaan atau keyakinan bagi umat Hindu sebelum memulai belajar tentang ilmu keagamaan atau ilmu pengetahuan lainnya, sesuai dengan harapan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) ada upacara yang kita lakukan yaitu seperri berikut.
- Upacara Upanayana yaitu suatu upacara yang dilakukan untuk pensucian rohani sebelum belajar ilmu pengetahuan terutama ilmu agama.
- Upacara Penjaya-jaya yaitu upacara yang dilakukan oleh seseorang apabila terpilih sebagai pemimpin dalam sebuah instansi atau lembaga baik di tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten baik formal maupun nonformal, (Duwijo dan Darta, 2014:59).
- Prabhu Sakti yaitu sifat Tuhan Maha Kuasa.
- Wibhu Sakti yaitu sifat Tuhan yang meresap pada semua benda.
- Jnana Sakti yaitu sifat Tuhan yang Maha Tahu.
- Kriya Sakti yaitu sifat Tuhan yang Maha Karya.
- Bunga Teratai sebagai lambang bahwa ilmu pengetahuan itu suci.
- Keropak sebagai lambang tempat menyimpan ilmu pengetahuan.
- Genitri sebagai lambang ilmu pengetahuan tidak habis-habis dipelajari.
- Gitar sebagai lambang seni budaya yang agung.
“Om Guru Brahman, Guru Wisnu, Guru Dewa Maheswaram, Guru Saksat Param Brahman, Tasmai Sri Guruwe namah.”
Terjemahan:
"Oh Tuhan Guru Brahman, Guru Wisnu dan Guru Maheswara, semua Guru bagaikan Tuhan, kami hormat kepada semua Guru mulya", (Duwijo dan Darta, 2014:60).
- Burung angsa sebagai lambang kebijaksanaan.
- Burung merak sebagai lambang kewibawaan dan ego.
- Air yang mengalir sebagai lambang ilmu itu mengalir terus.
- Genitri lambang ilmu itu tak habis-habisnya dipelajari.
- Keropak sebagai lambang tempat menyimpan ilmu pengetahuan.
- Rebab/gitar sebagai lambang seni budaya yang agung.
- Bunga teratai sebagai lambang ilmu pengetahuan itu adalah suci, (Duwijo dan Darta, 2014:61).
Duwijo dan Darta, I Ketut. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas V. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Balitbang Kemdikbud