Nabi yahya a.s merupakan seorang nabi yang … dalam berdakwah, meski mendapat ancaman.

tiga hari dengan sesama manusia – padahal ia tidak sakit. Isteri Nabi Zakaria a.s. hanya bisa berbicara isyarat dengan tangan atau lainnya untuk memahamkan orang. Selama tiga hari itu, ia harus memperbanyak bertasbih, bertahmid di waktu pagi dan petang. Allah Swt. memberi seorang anak kepada Nabi Zakaria a.s. Anak yang diberi nama Yahya itu kelak dapat meneruskan dakwah Nabi Zakaria a.s. Anak-anak, kisah Nabi Zakaria a.s. dapat dijadikan teladan. Untuk memperoleh keinginan, kita harus berusaha dan terus berdoa dengan ikhlas. Kita tidak boleh putus asa. Setiap cobaan yang Allah Swt. datangkan, tentu ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Ya Allah, , terima kasih atas karunia yang Engkau berikan.!” Sikap Kebiasaan Aku harus sabar dan terus berdoa untuk mendapatkan keinginan yang aku cita-citakan. D. Kisah Keteladanan Nabi Yahya a.s. Nabi Yahya a.s. adalah anak Nabi Zakaria a.s. Nabi Yahya a.s. adalah seorang yang bertakwa. Beliau adalah seseorang yang cerdik pandai, berpikiran tajam sejak ia berusia muda dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Di samping itu, Nabi Yahya a.s. terkenal sebagai seorang nabi yang teguh pendirian dalam berdakwah. Sebagai contoh Nabi Yahya a.s. tetap menyampaikan larangan Allah Swt. kepada Raja Hirodus yang ingin menikahi anak tirinya, Herodia. Nabi Yahya a.s. tidak menghiraukan ancaman raja demi untuk menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan. Bersama Nabi Zakaria (ayahnya), Nabi Yahya a.s. berdakwah menyebarkan agama tauhid kepada umatnya, sehingga mereka terpelihara. 106 | Kelas VI SD/MI Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 10.8. Siswa berdoa hanya mengharap rida Allah Swt.

Genealogi

Zakaria bin Dan bin Muslim dari keturunan Natan bin Sulaiman.Zakaria bersaudara kandung dengan Imran, ia menikah dengan seorang wanita bernama Elisabeth.

Dalam situs web lain dikatakan bahwa nama istrinya adalah al-Yashbi’ masih keturunan dengan Harun

Biografi

Nabi Zakariya adalah keturunan Nabi Sulaiman.
Ia diutus pada kaum Bani Israil.Sudah sejak lama Nabi Zakariya mendambakan seorang anak.Namun keinginannya belum juga terpenuhi walau ia sudah tua.

Suatu hari datanglah janda Imron menyerahkan bayi perempuannya [Maryam] pada Nabi Zakariya untuk diasuh dan dibesarkan sesuai dengan nazarnya.

Nabi Zakariya dan para imam Baitul Maqdis terkejut akan hal itu, sebab janda Imron sudah tua dan rasanya tidak mungkin memperoleh anak.Namun setelah mendapat penjelasan dari janda Imron bahwa kehamilannya ialah kehendak Allah Subhanahu Wa Ta`ala, mereka pun mengerti.

Setelah itu timbul persoalan, siapakah yang berhak mengurus Maryam.

Untuk pemecahannya, mereka mengundi dengan melemparkan pena ke air.

Barangsiapa yang penanya mengapung, dialah yang berhak mengurus Maryam.

Ternyata pena Nabi Zakariya-lah yang mengapung sehingga dia berhak menjadi ayah asuh Maryam.Semua kebutuhan Maryam ditanggung Nabi Zakariya.Namun kemudian rasa sayang Nabi Zakariya pada Maryam berubah menjadi rasa takjub.Suatu hari saat menengok Maryam, dia melihat ada buah-buahan di dekat Maryam, Ada juga buah-buahan yang bukan musimnya.

Maryam menjelaskan bahwa semua itu berasal dari Allah. Nabi Zakariya takjub dan tergetar.Ia ingin mendapat kemuliaan dari Allah Subhanahu Wa Ta`ala.Maka ia bermunajat kepada-Nya, memohon dikaruniai anak.

Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman melalui malaikat Jibril bahwa Nabi Zakariya akan akan dikaruniai anak bernama Yahya, dengan tanda tak bisa bicara selama 3 hari 3 malam.

Artikel utama: Yahya Setelah itu istrinya mengandung dan melahirkan anak lelaki dan diberi nama Yahya.Seperti ayahnya, Yahya juga seorang nabi. Pada suatu ketika Nabi Yahya terbunuh karena perintah Raja Herodus.

Kaum Bani Israil berharap pada Nabi Zakariya, hal itu menyebabkan Raja Herodus marah dan memerintahkan untuk membunuh Nabi Zakariya.

Nabi Zakariya sendiri langsung pergi dari kejaran prajurit Herodus.

Mendambakan anak Nabi Zakaria, yaitu ayah Nabi Yahya sadar banyak anggota keluarganya dari Bani Israil merupakan orang yang tidak beradab dan gemar bermaksiat karena kedangkalan iman mereka.


Ia khawatir bila tiba ajal dan tidak mempunyai keturunan yang dapat memimpin kaumnya, sehingga mereka akan semakin merajalela dan sangat mungkin mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalahgunakan hukum agama. Kecemasan itu mengusik pikiran Zakaria, dan ia sedih karena belum juga mempunyai keturunan walau telah berusia 90 tahun.

Ia agak terhibur ketika mengasuh Maryam yang dianggap sebagai anak kandungnya sendiri.


Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginannya untuk memperoleh keturunan timbul kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan di mihrab Maryam.Ia berfikir di dalam hatinya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri dan tidak berdaya.

Allah pasti berkuasa memberinya keturunan bila dengan kehendak-Nya walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban. Berdoa kepada Allah Pada suatu malam yang telah larut, Zakaria duduk di mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan bermunajat serta berdoa dengan khusyuk dan yakin.Dengan suara yang lemah lembut dia berdoa:

“Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Ya’qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunan ku kepada Bani Isra’il.

Aku cemas sepeninggal ku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan ku.Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang istri ku adalah seorang perempuan mandul.Namun kekuasaanmu tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengkaruniakan seorang anak yang shaleh dan Engkau ridhoi padaku. Allah mengabulkan doa Zakaria Kemudian Allah menjawab doa Zakaria dan berfirman: “Wahai Zakaria, kami sampaikan kabar gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang shaleh dan membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri dari nafsu dan godaan syaitan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi.” Kemudian Zakaria berkata: “Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang istriku seorang yang mandul dan akupun sudah lanjut usia.” Allah berfirman: “Hal demikian itu adalah mudah bagi-Ku.Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali.”

۞ Variasi nama: Zakaria, Zakariyya, Zakariya, Zakharia


Kisah Nabi Yahya, Sang Penerus Nabi Zakaria

Nabi Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sadar dan mengetahui bahwa anggota-anggota keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak saudaranya adalah orang-orang jahat Bani Israil yang tidak segan-segan melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan rasa keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati mereka, sehingga dengan mudah mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kemaksiatan.

Ia khawatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan mereka tanpa seorang waris yang dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya, bahawa mereka akan makin rusak dan makin berani melakukan kejahatan dan kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan hukum-hukum agama.

Kekhwatiran itu selalu mengganggu fikiran Nabi Zakaria disamping rasa sedih hatinya bahawa ia sejak kahwin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan belum mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi penggantinya memimpin dan mengimami Bani Israil.

Ia agak terhibur dari rasa sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya yang kuat untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah. Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.

Pada suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya menghiningkan cipta memusatkan fikiran kepada kebesaran Allah seraya bermunajat dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat.

Dengan suara yang lemah lembut berucaplah ia dalam doanya: “Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Yaqub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Israil. Aku khuatir bahwa sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan aku.

Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban sedang isteriku adalah seorang perempuan yang mandul namun kekuasaan-Mu adalah diatas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengurniai kau seorang putera yang soleh yang engkau redhai.”

Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: “Hai Zakaria Kami memberi kabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi.”

Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak sedangkan isteri adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut usianya.”

Allah menjawab dengan firman-Nya: “Demikian itu adalah suatu hal yang mudah bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu belum ada sama sekali?”
Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahawa isteri aku telah mengandung.”

Allah berfirman: “Tandanya bagimu bahwa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari.”

Nabi Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali bahawa ia diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahwa ia seorang putera yang berbakti kepada kedua ora ng tuanya dan bukanlah orang yang sombong durhaka. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga berpengaruh kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya pucat dan matanya cekung.

Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan, hafal kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan.

Ia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari dosanya. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dipermandikan { dibaptiskan } di sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang Kristian dan kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara itu, maka ia dijuluki “Yahya Pembaptis”.

Dikisahkan bahawa Hirodus Penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak saudaranya sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh lampai dan ramping dan berhasrat ingin menikahinya. Sang gadis berserta ibunya dan seluruh anggota keluarga menyentujui rencan pernikahan itu, namun Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahawa perkahwinan itu tidak boleh dilaksanakan karena bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan seorang mengahwini anak saudaranya sendiri.

Berita rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang melarangnya tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di segala tempat di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa mengharamkan perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah membawa reaksi dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia khuatir bahawa bapa saudaranya Herodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu dan terpaksa membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan, bahkan bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian mahupun peralatan yang perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.

Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak tinggal diam. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikkan dan parasnya yang ayu itu mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan dilaksanakan menurut rencana. Dengan merias diri dan berpakaian yang merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Herodus yang sedang dilanda mabuk asmara.

Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang nampak lebih cantik daripada biasa : “Hai manisku, apakah yang dapat aku berbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku, aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu.”

Herodia menjawab: “Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai satu permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini. Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan meluluskan permintaanku ini”.

Herodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan keelokan Herodia tidak berkulik menghadapi permintaan calon isterinya itu dan tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara hati nuraninya dan panggilan akal sehatnya.

Demikianlah maka tiada berapa lama dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahwa hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama yang akan menghalangi rencana Pernikahan telah tersingkirkan, walaupun perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani Israil seluruhnya.

Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran, surah Maryam ayat 2 sehingga ayat 15, surah Ali Imran ayat 38 senhingga ayat 41 dan surah Al-Anbiya ayat 89 sehingga ayat 90. [ar/kisah] www.suaramedia.com

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA