Nabi Muhammad menyampaikan khutbah Wada ketika berada di

Khutbah terakhir Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam 15 abad lalu di Padang Arafah pada Haji Wada sangat menakjubkan dan menggetarkan hati. Beliau berkhutbah di hadapan seratusan ribu kaum muslimin pada Haji Wada (haji perpisahan) sebelum Beliau kembali ke rahmat Allah.

Keadaan di Padang Arafah disebut-sebut sebagai replika di Padang Mahsyar saat manusia dibangkitkan kelak pada hari Kiamat. Riwayat menceritakan, pada Haji Wada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bertolak ke Padang Arafah dari Mina setelah matahari terbit di Hari ke-9 Dzulhijjah (Hari Arafah).

Baca Juga: Khutbah Idul Adha: Kurban sebagai Perwujudan Takwa

Kala itu musim Haji Tahun 10 Hijriyah atau sekira Tahun 632 Masehi. Sebuah kemah didirikan di kaki bukit Jabal Rahmah. Rasulullah SAW berada di dalam kemah itu hingga matahari tergelincir di waktu Zuhur. Lalu Beliau naik unta kesayangannya bernama Al-Qaswa dan berdoa mengangkat tangannya.

Setelah itu Beliua bergegas menuju Wadi Uranah, sebuah lembah yang dipenuhi 140 ribu manusia yang berkumpul sembari menunggu kedatangan Rasulullah SAW. Di tempat itu, beliau menyampaikan khutbah terkahirnya sebelum wafat pada 12 Rabiul Awal Tahun 11 Hijriyah dalam usian 63 tahun.Khutbah beliau ini mengandung pesan yang luar biasa sekaligus menyempurnakan risalah dan tugas Kenabiannya. Beliau merangkum garis-garis besar ajaran Islam dan pokok-pokok syariat dalam bahasa sederhana yg dapat dipahami semua orang.

Berikut isi khutbah Nabi Muhammad Pada Haji Wada:

"Saudara-saudara! Dengarkanlah kata-kataku. Sebab, aku tidak tahu apakah setelah tahun ini aku bertemu kalian lagi di tempat ini atau tidak? Sesungguhnya masa beredar sesuai pola ketika Allah mencipatkan langit dan bumi. Bilangan bulan di sisi Allah itu ada 12. Empat di antaranya adalah bulan haram (suci), tiga bulan berturut-turut (Zulqa'dah, Zulhijjah, Muharrom) dan Rajab; bulan yg terjepit antara Jumadil Akhir dan Sya'ban. Bulan apakah ini, Bukankah ini bulan Zulhijjah?

Semua yang hadir menjawab, "Benar!" Tanah apakah tanah ini? Bukankah ini Tanah Suci?" Semua yang hadir menjawab, "Benar!" Hari apakah sekarang? Bukankah sekarang Hari Kurban?" Semua yang Hadir menjawab, "Benar!"

"Sesungguhnya darah dan harta kalian suci, seperti sucinya harimu, bulanmu, dan tanahmu ini. Sungguh kalian akan menghadap Tuhan, lalu kalian akan ditanya tentang segala perbuatan kalian. Ingat, janganlah kalian kembali ke dalam kesesatan sepeninggalku nanti, lalu kalian saling penggal satu sama lain.

Ingat, hendaklah yang hadir saat ini menyampaikan pesan ini kepada yang tidak hadir. Siapa tahu mereka lebih mampu menjaga pesan dibanding yg mendengar langsung dariku hari ini. Bukankah aku telah menyampaikan? Bukankah aku telah menyampaikan? Barangsiapa diberi amanah, tunaikanlah kepada yang berhak mendapatkannya.

Segala bentuk riba sudah tidak berlaku. Tetapi, kalian berhak menerima modal kalian. Kalian tidak boleh berbuat zalim juga tidak boleh dizalimi. Allah telah menetapkan tidak ada lagi riba dan bahwa riba Abbas ibn Abdul Mutthalib adalah riba yang pertama dihapuskan. Demikian pula setiap tuntutan darah pada masa Jahiliyah sudah dihapuskan. Dan tuntutan darah pertama yg kuakhiri adalah tuntutan darah Rabi'ah ibn al-Harits ibn Abdil Mutthalib (sepupu Nabi).

"Selanjutnya saudara-saudara, sesungguhnya setan telah patah harapan untuk dipertuan di bumi kalian ini, selamanya! Tetapi, jika ia ditakuti dalam hal lain, ia pasti senang dan ini akan membuat kalian terhina dari segi amal kalian. Karena itu, waspadailah ia atas agama kalian.

"Saudara-saudara, sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram (suci) itu menambah kekafiran. Disesatkan orang yang kafir itu karena mengundur-ngundurkannya. Mereka menghalalkannya pada satu tahun dan mengharamkannya pada tahun lain agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah haramkan maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah.

Saudara-saudara, sesungguhnya kalian punya hak atas istri-istri kalian dan mereka pun punya hak atas kalian. Kalian berhak melarang mereka memasukkan siapa pun yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, melarang mereka melakukan perbuatan keji. Jika mereka tetap melakukan, Allah mengizinkan kalian pisah ranjang dan memukul mereka dengan pukulan yg tidak menyakiti. Adapun atas diri kalian mereka berhak mendapat rezeki dan pakaian dengan baik.

Saudara-saudara, berilah istri-istri kalian nasihat yang baik. Sebab mereka adalah mitra kalian yang tidak bisa berbuat apa-apa atas diri mereka. Maka, camkanlah kata-kataku, Saudara-saudara, karena aku telah menyampaikannya kepada kalian. Dan telah kutinggalkan untuk kalian sesuatu, yang jika kalian pegang teguh, pasti kalian tidak akan pernah sesat selamanya. Sesuatu yang sudah jelas bagi kalian yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.

Saudara-saudara, dengarkanlah kata-kataku dan camkanlah. Kalian sungguh telah tahu bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lain dan bahwa segenap muslim adalah saudara. Tidak halal bagi seseorang mengambil dari saudaranya kecuali apa yang diberikan dengan lapang hati. Maka, janganlah kalian zalimi diri kalian.

"Ya Allah, bukankah telah kusampaikan?" Semua menjawab serentak dari seluruh penjuru, "Ya Allah, benar!" Kemudian beliau bersabda, "Ya Allah saksikanlah!"

Setelah menyampaikan khutbah tersebut, Nabi pun turun dari untanya. Demikian khutbah terakhir Baginda Nabi Muhammad yang membuat ratusan ribu orang menangis di lembah Uranah tersebut. Beberapa bulan kemudian setelah menyampaikan khutbah itu, Rasululah SAW pun wafat pada 12 Rabiul Awal Tahun 11 Hijriyah. Mudah-mudahan kita selalu mengenang pesan Baginda Nabi ini dan dimudahkan dalam mengamalkannya.

Baca Juga: Pesan Rasulullah SAW Saat Beliau Menghadapi Sakaratul Maut

Ilustrasi haji wada. Foto: pixabay

Haji wada adalah haji pertama dan terakhir yang dilakukan Nabi Muhammad pada tahun 10 Hijriyah. Haji ini disebut juga haji perpisahan karena dilangsungkan tiga bulan sebelum wafatnya Rasulullah SAW.

Mengutip buku Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah oleh Abdullah Haidir, saat Rasulullah mengumumkan akan melaksanakan ibadah haji, seluruh umat Muslim berdatangan ke Madinah agar bisa menunaikan haji bersama. Mereka mengikuti setiap tuntunan yang diajarkan Rasulullah.

Di momen haji wada ini, Rasulullah mencontohkan secara sempurna tata cara berhaji. Beliau juga menyampaikan khutbah berisikan pesan terakhir yang ditujukan kepada seluruh kaum Muslimin. Berikut penjelasan lengkapnya.

Haji Wada dan Pesan Terakhir Rasulullah

Haji wada merupakan momen yang begitu mengharukan sekaligus membahagiakan bagi umat Muslim. Di momen ini, Rasulullah SAW memberikan tanda-tanda kepulangannya ke Rahmatullah dengan menyampaikan beberapa pesan terakhir dalam khutbahnya di Arafah.

Mengutip skripsi berjudul Haji dan Kesadaran Humanisme: Makna Sosial Khutbah Haji Wada oleh Khairun Nisa, khutbah Rasulullah dalam kesempatan tersebut diabadikan dalam banyak sumber. Khutbah lengkapnya dicantumkan dalam Sunan Abi Dawud dan Sirah Nabawiyyah riwayat Ibnu Hisyam. Sedangkan kitab hadits lain hanya memuat potongan-potongannya.

Disebutkan bahwa dalam khutbah ini Rasulllah menyampaikan berbagai ketetapan Allah dan kesempunaan ajaran Islam. Beliau juga menyampaikan penjagaan Allah terhadap umat Muslim dari gangguan orang-orang kafir, sehingga pada hari itu hilanglah kekhawatiran umat Muslim.

Ilustrasi haji wada. Foto: pixabay

Berikut pesan lengkap Rasulullah dalam khutbah terakhirnya di haji wada:

"Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Saya tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi saya akan bertemu dengan kamu sekalian."

"Saudara-saudara! Bahwasannya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatanmu. Ya, saya sudah menyampaikan ini!"

"Barangsiapa telah diserahi suatu amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya."

"Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat zalim merugikan orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya dirugikan. Allah telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba al-Abbas bin Abdul-Muttalib semua sudah tidak berlaku."

"Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan adalah darah Ibn Rabi'ah bin al-Haris bin Abdul-Muttalib!"

"Kemudian daripada itu, Saudara-saudara, hari ini nafsu setan yang meminta disembah di negeri ini sudah putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walaupun dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu, peliharalah agamamu ini baik-baik."

"Saudara-saudara, menunda-nunda berlakunya larangan bulan suci berarti memperbesar kekufuran. Dengan itu, orang kafir itu sesat. Suatu tahun mereka langgar dan tahun yang lain mereka sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Allah. Kemudian, mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana yang sudah dihalalkan."

"Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Jumlah bilangan bulan menurut Allah ada 12 bulan, empat bulan di antaranya bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab antara bulan Jumadilakhir dan Sya'ban."

"Kemudian daripada itu, Saudara-saudara. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas istri kamu, juga istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai menginjakkan kaki ke atas lantai rumahmu, dan jangan sampai mereka dengan jelas membawa perbuatan keji.

Kalau sampai mereka melakukan itu, Allah mengizinkan kamu berpisah ranjang dengan mereka dan boleh menghukum mereka dengan suatu hukuman yang tidak sampai mengganggu.

Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan sopan santun. Berlaku baiklah terhadap istri kamu. Mereka itu mitra yang membantumu. Mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka sebagai amanat Allah, dan kehormatan mereka dihalalkan buat kamu dengan nama Allah."

"Perhatikanlah kata-kata saya ini, Saudara-saudara. Saya sudah menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah jelas saya tinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu tak akan sesat selama-lamanya; Kitabullah dan Sunnah Rasulullah."

"Wahai Manusia sekalian! Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim saudara Muslim yang lain, dan bahwa Muslimin semua bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri."

"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan (ajaran-Mu)?"