Mengatakan sesuatu yang sebenarnya terjadi merupakan bentuk kejujuran

Jujur Bukan Hal Sepele

Oleh Shania Vascani Elohansen (SMA Bopkri 2 Yogyakarta)

Ketika mendengar kata ‘jujur’, apa yang ada dalam benakmu? Semua kebohonganmu atau semua perbuatan baik yang kau yakin akan menolongmu memasuki kehidupan yang kekal abadi nantinya?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur adalah lurus hati, tidak curang, dan kejujuran ialah kelurusan hati, ketulusan hati.

Dari pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa jujur adalah suatu sikap yang lurus hati, menyatakan yang sebenar – benarnya, tidak berbohong, atau mengatakan hal – hal yang menyalahi apa yang terjadi/fakta.

Kata bohong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, dusta.

Di dalam kehidupan sehari – hari, manusia cukup jauh dari makna kata jujur seutuhnya, menutupi semua yang terjadi dengan kebohongan demi kebohongan, berharap dengan semua itu masalah akan selesai.

Bahkan, tidak sedikit anak – anak yang takut jujur pada orang tua mereka, karena alasan mereka takut dimarahi. Kejujuran seorang anak tidak lepas dari peran orang tua yang mendidiknya. Bagaiamana caranya? Contoh kecil saja, saat anak melakukan kesalahan coba untuk menasehatinya, jangan memarahi atau bahkan bermain tangan, itu bisa membuat ketakutan tersendiri pada anak

Lalu bagaimana kejujuran dalam pemerintah?

Sangat disayangkan, bukan hanya dalam kehidupan pribadi, bangsa negara kita juga jauh dari makna kata jujur. Terbukti dari kasus – kasus gratifikasi yang terjadi di Indonesia, karena apa? Karena tidak terlatihnya kejujuran suatu individu, sehingga ia tidak memikirkan dampak bagi karir dan kehidupannya sendiri.

Gratifikasi adalah pemberian, dalam arti luas yang meliputi pemberian uang tambahan, hadiah uang, barang, rabat, komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Tindakan ini berbeda dengan suap.  Gratifikasi termasuk tindak pidana. Landasan hukumnya adalah UU 31/1999 dan UU 22/2001 pasal 12. Penerima gratifikasi diancam pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta dan paling banyak 1 milliar rupiah. Ini tentu sangat merugikan semua pihak, jabatannya akan lenyap serta namanya akan buruk.

Tapi tindakan haram ini masih terjadi di Indonesia, contoh kasusnya saja Kejati Papua Tetapkan Bupati Waropen Sebagai Tersangka Kasus Gratifikasi Senilai Rp 19 M (sumber : kompas.com).

Bukan hanya Gratifikasi, KKN juga terjadi di tanah air kita ini.

KKN merupakan singkatan dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Ini merupakan tindakan yang sangat merugikan bagi setiap kalangan masyarakat dan negara, karena KKN hanya menguntungkan satu pihak yang memiliki kekuasaan dan merugikan pihak – pihak yang kecil. Tindakan ini sudah sangat lumrah di negara kita dan terkesan seperti rahasia umum.

Korupsi merupakan tindakan penyelewangan dana, berbeda dengan Gratifikasi. Korupsi sering dilakukan oleh orang – orang yang serakah, tidak mensyukuri apa yang Tuhan berikan atas hidupnya, menghalalkan berbagai cara. Contoh kasusnya seperti penyelewangan dana Badan Likuidita Bank Indonesia (BLBI) yang merupakan salah satu korupsi terbesar di Indonesia dan membelit para peninggi negar serta perusahaan – perusahaan besar Indonesia. Kemudian kasus E – KTP. Kasus yang bergulir sejak 2011 dengan total kerugian mencapai Rp, 2,3 Trilliun, dalam kasus ini ada 280 orang di periksa oleh KPK, dan 8 orang yang ditetapkan tersangka.

Kolusi merupakan tindakan persekongkolan, persekutuan atau permufakatan untuk urusan yang tidak baik. Padahal sudah sangat jelas tertulis pada sila ke – 4, bahwa permusyawaratan/mufakat harus dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan. Tentu tindakan Kolusi ini sudah sangat melanggar nilai norma Pancasila.

Biasanya Kolusi sering terjadi dalam satu bentuk pasar yaitu oligopi dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama dapat secara signifikan mempengaruhi pasar secara keseluruhan.

Dan Nepotisme juga berkembang di Indonesia. Nepotisme merupakan tindakan memilih orang tertentu berdasarkan hubungan bukan kualifikasi kemampuan. Tentu ini sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup berbangsa bernegara. Contoh kasusnya seperti perekrutan pekerja biasanya yang memiliki kekuasaan tertinggi dapat langsung memasukkan anggota keluarga atau kerabatnya melalui hubungan yang ia miliki, bukan berdasarkan wawasan serta kemampuan diri. Hal ini sudah sangat sering terjadi di Indonesia.

            Dampak dari budaya KKN yang berkembang ini, sangat menghambat untuk mencapai tujuan nasional NKRI yang tercantum pada UUD 1945. Meningkatnya kriminalitas, mahalnya harga jasa pelayanan publik, hilangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi politik yang nantinya akan menimbulkan sikap cuek masyarakat terhadap bangsa, serta fungsi pemerintah yang tidak berjalan dengan baik dan mengakibatkan terjadinya ketimpangan sosial, ini semua merupakan dampak budaya KKN bagi Indonesia. Tindakan ini merupakan ancaman tersendiri bagi Indonesia.

Ini tidak bisa dianggap sepele, karena jika terus berkelanjutan, akan terjadi banyak masalah di tanah air kita ini.

Semua berlandasan dengan sikap jujur yang dimiliki individu. Ketika ia menganggap jujur adalah hal sepele, ia tidak akan segan – segan melakukan tindakan merugikan itu. Ia sama saja mencoreng nilai – nilai luhur Pancasila, berdosa dengan Tuhannya.

Lalu bagaimana tindakan yang seharusnya pemerintah lakukan? Pemerintah harus tegas akan kasus – kasus yang ada di Indonesia. Semua akan benar – benar dirugikan jika kasus KKN, Gratifikasi, ataupun kasus – kasus lainnya semakin tinggi.

            Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda Indonesia, harus menumbuhkan sikap jujur kita terhadap siapapun. Memulai dari hal kecil seperti, jika berbuat salah, katakan sejujur – jujurnya, jangan takut bersikap jujur, jika kejujuranmu tidak diterima baik keluarga maupun dimasyarakat kamu tetap harus berpegang teguhu atas kejujuranmu, jangan takut jika kamu akan dikucilkan atau diejek anak mami, karena jika kita berbohong akan satu hal, itu akan mengundang kebohongan – kebohongan lainnya. Kita sebagai manusia yang berbudi perkerti luhur harus bisa bertanggung jawab, dan kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia harus berani melawan Gratifikasi ataupun KKN.

Kita harus bisa merubah bangsa ini menjadi bangsa yang anti Gratifikasi, dan anti KKN. Merubah pola pikir kita. Karena jika bukan kita, siapa lagi? Mereka yang sudah melakukan hal merugikan itu sudah sangat tidak pantas kembali kejabatan mereka yang dulu. Dan jika sikap dan perilaku kita sama seperti mereka, lalu bagaimana kelangsungan negara ini? Kita tidak akan bisa maju menghadapi era globalisasi dunia, siapa yang akan merubah semua ini kalau bukan kita? Kita generasi – generasi muda Indonesia. Belajar menghargai apa yang sudah para pahlawan perjuangkan untuk kita. Jujur bukan hal yang menyeramkan, jujur dapat membantu kedamaian bangsa.  Mari, kita lepaskan bangsa kita ini dari Gratifikasi, dari Korupsi, ataupun KKN yang sangat merugikan itu. Mari berserah kepada Tuhan, apa yang diberikan Tuhan, jabatan apa nantinya yang akan Tuhan beri, jangan pernah terbesit dalam pikiranmu untuk melakukan hal menjijikkan itu. Belajar jujur. Untukmu, dan untuk Indonesiamu.

Oleh : Zaid Helsinki Putra

(SMPN 9 Kota Kendari, Sulawesi Utara)

Kejujuran sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam segala hal, selain tentu saja kerja keras, usaha, dan nasib baik.  Dengan demikian, kita harus meyakini bahwa kejujuran sangatlah penting dalam kehidupan kita. Kejujuran harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua aktifitas yang kita jalani, karena pada dasarnya ia merupakan sumber segala kebaikan.

Jujur adalah suatu sikap yang lurus hati, menyatakan yang sebenar-benarnya tidak berbohong atau berkata hal-hal yang menyalahi apa yang terjadi (fakta). Jujur juga dapat diartikan tidak curang, melakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang berlaku dan lain sebagainya. Jujur juga bisa bermakna kesesuaian antara niat dengan ucapan dan perbuatan seseorang. Sifat jujur sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap individu. Wajib hukumnya bagi kita untuk selalu berusaha jujur dalam hal apapun baik lisan maupun perbuatan. Sifat ini adalah dasar dan sebuah patokan sebuah kepercayaan. Jika kita sekali dapat dipercaya, orang lain akan mempercayai kita dan menilai kita seterusnya baik.

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “kejujuran itu mahal”. Kejujuran memang sangat mahal, itulah mengapa berkata jujur terkadang terasa sangat berat. Kejujuran dapat membuat orang lain tenang dan senang, walaupun kadang ada juga yang merasa sakit. Ada juga kejujuran yang membuat kita dibenci karena karena merasa terganggu oleh sesuatu yang salah yang sudah dilakukannya.

Pada dasarnya, tidak ada alasan bagi kita untuk berbohong, jika kita mampu meyakini  arti kejujuran. Sebenarnya sangat gampang untuk berbuat jujur. Jika kita salah maka kita seharusnya mengakui kesalahan tersebut, jika sesuatu hal tertentu merugikan orang lain lebih baik kita jujur dengan apa yang sudah terjadi. Dengan demikian, setidaknya tindakan jujur akan meringankan sebuah masalah dan tidak timbul masalah baru.

Satu kebohongan akan mendorong kebohongan lainnya. Jadi, lebih baik kita berperilaku jujur karena dengan kejujuran akan membuat kita tenang dan nyaman, karena kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Sebagaimana Allah SWT telah memerintahkan secara tegas kepada orang-orang beriman agar berkata benar, seperti terjemahan Firman Allah dalam  Q.S. Al-Ahzab/33:70 di bawah ini:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar”.

Ayat tersebut jelas sekali mengatakan bahwa Allah SWT menyeru kepada orang beriman untuk bertakwa kepada Allah SWT dan berkata benar. Bertakwa artinya bersungguh-sungguh dalam menaati semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Hakikat dari takwa adalah takut kepada Allah SWT, seperti takut berbuat salah dan dosa. Seseorang yang beriman kepada Allah SWT hendaklah menyempurnakan iman dengan takwa. Orang yang bertakwa akan melandasi semua ucapan serta perbuatannya dengan kejujuran.

Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah SWT. Seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya menghiasi dirinya dengan sifat jujur. Seseorang yang bersifat jujur akan mudah mendapat kepercayaan orang lain. Hal ini dikarenakan mereka akan merasa aman ketika memberi kepercayaan kepada orang jujur. Kepercayaan itu sangat mahal karena kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mempercayai kita, sebab kepercayaan terlahir dari kejujuran yang kita tunjukkan.

Jika kita memang jujur orang lain akan percaya kepada kita. Kepercayaan juga tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan akan tumbuh dengan sendirinya jika ada kejujuran. Jika, seseorang dipercaya oleh orang lain, niscaya hal tersebut akan mempermudah jalan mencari rejeki.

Sekedar  mengingatkan  dan  memberitahukan  kepada sesama muslim bahwa kejujuran itu adalah hal yang sering kita anggap sepele namun memiliki dampak yang sangat luar biasa. Setiap agama pasti menekankan bahwa kejujuran itu sikap mulia. Ibaratnya, jujur itu seperti bernafas, oleh karenanya jujur tidak membutuhkan upaya belajar lebih dahulu untuk memulainya. Sangat sederhana, semua bisa melakukannya. Sayangnya, karena sangat sederhana itulah semua orang mudah melupakannya.

Kita tahu bahwa sikap jujur merupakan sumber keutamaan, sebaliknya sikap dusta adalah sumber kehinaan. Sikap dusta menjadikan bangunan hubungan manusia menjadi retak, perjalanan kehidupan jadi tidak stabil, dan orang-orang dekat menjauh dari pandangan mata. Mereka tidak lagi membenarkan ucapan kita yang berdusta dan tidak betah ketika dekat denga kita.

 Kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Sebaliknya, kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Hal tersebut telah di jelaskan sabda Nabi berikut ini :

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah SAW. bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan sesantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim).

Pada Hadits lain juga telah dijelaskan sebagai berikut :

“Tanda orang munafik itu ada tiga, jika berkata dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia khianati.” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Selain itu hadits-hadits tersebut, Allah SWT telah menjelaskan didalam surahnya tentang orang-orang yang berbohong sebagai berikut.

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.” (QS An Nahl 16:105)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menyanggah tuduhan orang-orang kafir yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah ciptaan dan bagian dari khayalan Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya yang membuat kebohongan itu bukan Rasul SAW, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat kauniyah yang menjelaskan keesaan dan kekuasaan Allah yang terdapat pada alam semesta ini, maupun ayat-ayat qur'aniyah yang memberi petunjuk dalam kehidupan ini.

Jadi sebenarnya mereka yang menjadi pendusta, bukan Rasul SAW karena beliau adalah orang yang paling jujur, sempurna ilmu dan amal perbuatannya, kuat keyakinan, dan paling terpercaya. Karena kejujuran dan kebersihan jiwanya, ia diberi nama al-Amin (orang yang dapat dipercaya).

Oleh karena itu, marilah kita memegang teguh prinsip kejujuran. Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam kenyataan. Pada dasarnya kejujuran dapat memberikan banyak manfaat bagi kita semua. Kejujuran yang telah kita perbuat akan mengantarkan kita pada kesuksesan serta kebahagiaan. Kesuksesan dan kebahagiaan yang dimaksud adalah bukan hanya didapatkan di dunia melainkan juga di akhirat kelak nanti.  

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA