Mengapa wanita lebih mudah menangis?

Jakarta, CNN Indonesia -- Ungkapan menangis disebut-sebut dapat membuat perasaan menjadi lebih baik pada saat kecewa atau sedih. Menangis memang identik dengan perilaku manusia di kala mengungkapkan emosinya, baik itu amarah ataupun ungkapan bahagia.

Sebuah studi yang dilakukan kepada 5000 orang di 35 negara yang dipimpin oleh psikolog dari Tilburg, Belanda, Profesor Ad Vingerhoets, mengungkap alasan ilmiah mengenai baik atau tidaknya menangis.

Vengerhoets, yang juga penulis buku Why Only Humans Weep: Unravelling the Mysteries of Tears mengungkapkan bahwa rata-rata wanita menangis sebanyak 30 hingga 64 kali per tahun.


Pilihan Redaksi
  • Isak Tangis Meghan Trainor untuk Piala Grammy
  • 'Insiden' Grammy Membuat Adele Sedih Berkepanjangan
  • Tangisan dan Kekuatan Celine Dion Mengenang Suami
  • Donald Trump Berjaya, Miley Cyrus Menangis
Sedangkan untuk pria, rata-rata hanya menangis enam hingga 17 kali per tahunnya. Vingerhoets mengatakan, besar kemungkinan testosteron memengaruhi pria untuk tidak mempunyai keinginan menangis. Sedangkan pada wanita, tingkat hormon prolaktin yang tinggi disebut dapat memicu tangis.

Seperti dikutip dari The Guardian, hormon prolaktin sendiri akan sangat meningkat saat kehamilan. Pada masa itu pula dipastikan wanita akan lebih sering menangis dari biasanya.

Kesedihan, yang mengaktifkan sistem syaraf simpatik dan membuat orang merasa gelisah, diprediksi akan lebih cepat selesai ketika sistem parasimpatik dipicu.

Survey menemukan, bahwa dari 60 hingga 70 persen partisipan, mengatakan menangis dapat mengurangi ketegangan. Namun biasanya, tangisan itu keluar setelah mengingat kejadian di masa lalu.

Dalam sebuah laboratorium yang menginduksi tangisan kepada beberapa orang, dilaporkan bahwa mereka akan lebih merasa tertekan. Studi yang dilakukan oleh Universitas California di Berkeley menampilkan klip 150 wanita yang menyaksikan dari film Steel Magnolias, di mana terdapat adegan seorang Ibu menangis di pemakaman putrinya.

Hasilnya, 33 wanita menangis dan 117 sisanya tidak. Mereka yang menangis lebih merasa sakit dan tertekan dalam waktu yang cukup panjang. Para peneliti tersebut berargumentasi bahwa menangis membentuk tekanan yang lebih besar, yang membuat rasa sakit itu kian lama untuk disembuhkan.

Menangis sendiri sering diidentikkan dengan perasaan tidak berdaya dan hanya dapat membuat seseorang merasa lebih baik ketika tangisannya itu dapat memperbaiki situasi yang dihadapinya.

Studi juga menunjukkan bahwa kenyamanan dari seseorang yang dekat, membuat orang berpikir bahwa menangis adalah ide yang baik. Jika menangis diidentikan dengan rasa malu, maka hal itu tidak dapat membuat Anda merasa lebih baik. Artinya, menangis yang baik adalah tangisan yang dilakukan tanpa Anda merasa buruk pada saat menangis. (meg/meg)

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA