Mengapa teknologi sangat berpengaruh dalam kegiatan penawaran di era sekarang ini

Mengapa teknologi sangat berpengaruh dalam kegiatan penawaran di era sekarang ini

Mengapa teknologi sangat berpengaruh dalam kegiatan penawaran di era sekarang ini

Penulis: Addi M Idhom
tirto.id - 2 Sep 2021 23:39 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Mengapa teknologi sangat berpengaruh dalam kegiatan penawaran di era sekarang ini
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Apa saja faktor-faktor itu?

tirto.id - Permintaan dan penawaran merupakan salah satu konsep dasar di ilmu ekonomi. Sebab, keduanya berkaitan dengan transaksi jual-beli antara penjual dan konsumen di pasar. Dinamika permintaan (dari pembeli) dan penawaran (dari penjual) itu bisa menentukan keseimbangan harga barang dan jasa. Saking mendasarnya peran kedua hal ini, dalam ilmu ekonomi berkembang teori permintaan (demand) dan teori penawaran (supply).

Mengutip Modul Ekonomi Mikro terbitan UKI, teori permintaan menerangkan sifat permintaan dari para pembeli terhadap suatu barang/jasa. Sedangkan teori supply menjelaskan sifat penawaran dari penjual terhadap suatu barang/jasa.

Lantas, apa yang dimaksud dengan penawaran dan permintaan dalam ilmu ekonomi?

Definisi umum permintaan adalah minat konsumen dalam membeli barang/jasa di tingkat harga tertentu. Merujuk Modul IPS terbitan Kemdikbud (2020), minat konsumen terhadap suatu barang atau jasa itu tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan, tetapi juga harga.

Dalam rumusan lainnya, permintaan didefinisikan sebagai jumlah barang yang ingin dibeli pada tingkat harga tertentu dan waktu tertentu.

Dalam permintaan, berlaku hukum: harga menjadi penentu naik turunnya pembelian. Sebab, para pembeli pasti tidak mau membeli barang/jasa dengan harga kelewat mahal. Itulah kenapa, dalam aktivitas jual-beli barang/jasa di pasar, biasanya barang dengan harga murah akan menarik minat tinggi dari pembeli. Sebaliknya, ketika harga barang mahal minat konsumen akan menyusut.

Baca juga: Potensi Negara-negara ASEAN dalam Bidang Ekonomi: Data 10 Anggota

Beralih ke penawaran, definisinya adalah kesediaan atau kemampuan produsen untuk membuat barang dan jasa dengan tujuan dijual kepada konsumen, dengan rentang harga tertentu.

Dalam rumusan yang lain, seperti dijelaskan dalam buku IPS Modul 10 terbitan Kemdikbud (2020), penawaran juga bisa didefinisikan sebagai kemauan produsen (penjual) menawarkan barang/jasa di berbagai tingkat harga pada waktu tertentu.

Dalam penawaran, hukum yang berlaku adalah jika harga naik maka penawaran barang/jasa juga akan meningkat. Namun, jika harga turun, penawaran barang/jasa pun ikut menurun.

Dengan demikian, hukum penawaran berkebalikan dengan yang terjadi di permintaan. Perbedaan itu karena pembeli dan penjual berada di posisi berlainan dalam kegiatan transaksi di pasar.

Gambarannya, saat harga barang dan jasa meroket konsumen akan sulit membelinya. Sebaliknya, jika harga barang/jasa anjlok menjadi terlalu murah, minat produsen (penjual) untuk menyediakan kebutuhan konsumen bakal turun. Hal itu karena nilai jual barang dan jasa lebih rendah dari biaya produksi. Jika nekat menjual barang/jasa dengan harga terlalu murah, produsen akan merugi.

Maka, dinamika penawaran dan permintaan pada ujungnya akan membentuk keseimbangan harga pasar. Keseimbangan itu bakal membuat pembeli maupun menjual sama-sama diuntungkan dalam proses transaksi jual-beli.

Mengingat ada hukum berbeda di penawaran dan permintaan, faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya juga tidak sama. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran.

Infografik SC Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran. tirto.id/Fuad

Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Contohnya

Masih mengutip Modul IPS terbitan Kemdikbud, setidaknya ada 7 faktor yang bisa mempengaruhi permintaan. Tujuh faktor itu bisa membuat permintaan barang/jasa meningkat atau menurun.

Daftar 7 faktor yang mempengaruhi permintaan dan penjelasannya bisa dicermati dalam perincian di bawah ini.

1. Harga barang atau jasa

Jika harga naik, jumlah barang/jasa yang diminta kosumen akan berkurang. Sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang/jasa yang diminta bertambah banyak. Pembeli akan berupaya menunda pembelian suatu barang atau jasa bila harganya sedang tinggi, dan sebaliknya.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Harga mobil merek H Rp250 juta mengalami penurunan harga menjadi Rp125.000 juta karena adanya diskon 50%. Hal ini lantas menyebabkan permintaan mobil merek H mengalami kenaikan. Sebaliknya, jika harga mobil merek H mengalami kenaikan menjadi Rp300 juta maka permintaan dari pembeli akan mengalami penurunan.

2. Pendapatan masyarakat

Pendapatan rata-rata setiap orang dalam masyarakat akan mempengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa. Apabila pendapatan rata-rata masyarakat naik maka minat masyarakat untuk membeli barang dan jasa akan bertambah. Sementara jika pendapatan masyarakat turun maka permintaan barang dan jasa juga menjadi rendah.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Ketika pandemi Covid-19 terjadi, sebagian sektor ekonomi menurun kinerjanya. Dampak dari itu adalah banyak orang kehilangan pekerjaan. Pendapatan sebagian masyarakat lantas merosot ke tingkat rendah. Akibatnya, angka permintaan banyak jenis barang/jasa pun menurun, sehingga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan saat situasi sebelum pandemi.

3. Selera masyarakat

Selera masyarakat yang selalu berubah sangat berpengaruh pada permintaan. Tumbuhnya selera baru di masyarakat terhadap suatu barang/jasa biasanya akan segera diikuti dengan peningkatan angka permintaan barang/jasa itu di pasar.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Pada saat pandemi Covid 19 terdapat perubahan sejumlah selera masyarakat. Salah satunya ialah tumbuhnya kegemaran bercocok tanam tumbuhan hias daripada belanja baju di Mal. Perubahan selera masyarakat ini membuat jumlah permintaan tanaman hias meningkat dan permintaan baju di Mal menurun. Jumlah permintaan tanaman hias yang naik meningkatkan harga tanaman hias. Sementara permintaan pakaian di Mal menurun meski ketersediaannya melimpah dengan harga yang murah.

Contoh lainnya, ketika pandemi Covid-19 terjadi, banyak orang harus bekerja di rumah. Untuk melepas penat karena pada saat pandemi aktivitas bepergian jauh dibatasi, banyak orang memilih berolahraga memakai sepeda. Akibatnya permintaan sepeda mengalami kenaikan karena banyak orang ingin membeli barang tersebut.

4. Kualitas barang

Permintaan barang dengan kualitas yang baik meski dengan harga yang sedikit mahal akan tetap tinggi. Sedangkan untuk barang berkualitas rendah dan mudah rusak, permintaannnya akan tetap rendah sekalipun harganya murah.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Di pasar gadget, produk ponsel iphone keluaran Apple sudah dikenal memiliki kualitas mumpuni. Karena itu, meski harganya lebih mahal dari merek ponsel lain, banyak konsumen tetap bersedia membeli produk tersebut.

5. Harga barang lain

Permintaan suatu barang dan jasa akan turun apabila tersedia alternatif atau bisa digantikan oleh jenis lainnya. Masyarakat dapat beralih pada barang dan jasa alternatif dibanding harus membeli suatu barang dan jasa dengan harga yang mahal. Perubahan harga pada suatu barang/jasa juga bisa memengaruhi permintaan pada barang/jasa komplementernya.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Ketika harga ponsel merek A mengalami kenaikan maka konsumen bisa membeli ponsel merek B yang harganya tidak mengalami kenaikan. Permintaan ponsel merek B akan mengalami kenaikan dan ponsel merek A akan mengalami penurunan.

Contoh lainnya ada pada barang komplementer yang bisa saling memengaruhi, seperti kopi dan gula pasir. Ketika harga kopi naik, permintaan kopi akan turun yang kemudian diikuti turunnya permintaan gula. Hal ini disebabkan karena kopi pada umumnya dikonsumsi bersama dengan gula. Sebaliknya, ketika harga kopi turun, permintaan gula dapat ikut mengalami kenaikan.

6. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk bisa sangat berpengaruh ke tingkat permintaan barang/jasa. Jumlah penduduk yang banyak akan meningkatkan permintaan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Begitu juga sebaliknya, jika jumlah penduduk sedikit maka jumlah permintaan akan rendah.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Oleh karena itu, Indonesia juga menjadi pasar potensial bagi produsen dari negara lain. Di kasus perdagangan ponsel, Indonesia tidak hanya menjadi pangsa pasar besar bagi produsen smartphone lokal tetapi juga banyak pabrikan asing. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk Indonesia yang banyak telah membuat angka permintaan ponsel di tanah air menjadi sangat tinggi.

7. Ramalan masa depan (prediksi)

Permintaan masyarakat sering kali terpengaruh oleh suatu ramalan atau prediksi tentang kondisi di masa depan. Jumlah permintaan barang dan jasa akan meningkat apabila diperkirakan barang dan jasa tersebut segera menjadi langka atau bakal mengalami kenaikan harga.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Indonesia pernah mengalami kenaikan permintaan masker kesehatan pada awal Pandemi Covid-19 karena diperkirakan jumlah masker yang tersedia untuk melindungi diri dari infeksi akan habis.

Contoh lainnya, ketika masyarakat memprediksi harga beras 3 bulan ke depan akan mengalami kenaikan, konsumen bisa terdorong melakukan pembelian beras dalam jumlah banyak. Akibatnya, permintaan beras akan mengalami kenaikan.

Faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Contohnya

Pada umumnya, terdapat 4 faktor utama yang bisa mempengaruhi dinamika dalam penawaran. Keempat faktor tersebut bisa memicu tingkat penawaran barang/jasa menurun maupun meningkat dalam kurun waktu tertentu.

Berikut perincian dan penjelasan mengenai keempat faktor yang dapat mempengaruhi penawaran tersebut.

1. Biaya produksi

Biaya produksi yang tinggi membuat harga barang menjadi mahal. Jika tak banyak konsumen yang bisa membeli barang berharga tinggi, permintaan pun rendah. Pada saat hal itu terjadi, produsen juga harus memproduksi barang dengan jumlah yang sedikit karena angka permintaan rendah.

Biaya produksi juga bisa mempengaruhi kemampuan produsen dalam memproduksi barang/jasa. Saat biaya produksi murah, produsen bisa dengan leluasa memproduksi barang/jasa sehingga ini meningkatkan penawaran. Sebaliknya, saat biaya produksi meningkat, banyak produsen kesulitan memproduksi barang/jasa, atau malah bisa gulung tikar, sehingga penawaran pun menurun.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Kenaikan harga kedelai pernah beberapa kali terjadi di Indonesia. Hal itu membuat biaya produksi tempe yang berbahan kedelai juga ikut melonjak drastis. Akibatnya, banyak produsen kedelai tidak bisa menjual tempe dengan harga murah. Sebagian malah berhenti menjalankan produksi. Akibat dari hal itu angka penawaran tempe di pasar turut menurun.

2. Teknologi

Penggunaan teknologi yang tinggi dan inovatif memungkinkan produsen buat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak, cepat, dan berkualitas dengan biaya produksi rendah. Apabila jumlah permintaan konsumen banyak, pemakaian teknologi tinggi itu memungkinkan produsen menjual barang yang berkualitas dengan jumlah banyak dan berharga murah.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Hingga era 1990-an, proses pengetikan masih memakai mesi tik manual. Mesin cetak juga masih memakai teknologi sederhana. Namun, ketika memasuki tahun 2000-an hingga sekarang, hampir semua proses pengetikan di Indonesia memakai teknologi komputer yang dari hari ke hari semakin canggih. Demikian pula mesin cetak, teknologinya semakin maju, sehingga pencetakan tulisan ke kertas semakin mudah dan cepat, efisien, sekaligus menghasilkan barang dengan kualitas lebih bagus. Kehadiran teknologi tinggi di industri percetakan membuat produksi buku semakin mudah, cepat dan menghasilkan kualitas tinggi. Perkembangan itu lantas meningkatkan angka penawaran buku di pasar.

.

3. Harapan akan mendapatkan laba

Mayoritas Produsen atau penjual biasanya akan berupaya meningkatkan produksi dan memperluas pemasaran apabila jumlah permintaan dari konsumen besar. Ia meningkatkan jumlah produksi dan mengembangkan usahanya untuk memperoleh keuntungan yang besar.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Saat pandemi Covid-19 mulai terjadi, peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap masker medis maupun masker kain sudah bisa diprediksi oleh produsen barang tersebut. Karena itu, sekalipun masker sempat langka, tidak lama kemudian pasar segera dibanjiri dengan beragam merek dan model masker medis maupun masker kain. Beberapa bulan setelah pandemi mulai terjadi, masker jadi barang yang semakin mudah ditemukan oleh pembeli dengan pilihan sangat bervariasi.

4. Faktor-faktor nonekonomi

Faktor non-ekonomi itu bisa berupa bencana alam, larangan impor, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Faktor bencana alam, sebagai misal, dapat membuat tingkat penawaran barang/jasa merosot secara drastis.

Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Banjir bandang dapat menyebabkan gagal panen padi. Akibat gagal panen, penawaran beras akan mengalami penurunan. Gempa bumi juga bisa membuat banyak gedung pabrik roboh. Akibatnya, jika hal itu terjadi, produksi barang tidak bisa berjalan dan angka penawaran pun menurun.

Baca juga artikel terkait ILMU EKONOMI atau tulisan menarik lainnya Addi M Idhom
(tirto.id - add/add)

Penulis: Addi M Idhom Editor: Iswara N Raditya

© 2022 tirto.id - All Rights Reserved.