Mengapa planet Jupiter dijuluki Planet raksasa

Mengapa planet Jupiter dijuluki Planet raksasa

Mengapa planet Jupiter dijuluki Planet raksasa

Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi planet-planet di tata surya

KOMPAS.com - Beberapa planet dijuluki sebagai "Planet Raksasa" karena memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada planet-planet lainnya. 

Keempat raksasa tersebut adalah Planet Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Planet raksasa disebut juga “Planet Jovian”. Istilah Jovian berasal dari Jove, raja para dewa dalam mitologi Romawi dan juga nama awal Jupiter. 

Semua Planet Jovian juga dikenal sebagai "Raksasa Gas", tetapi Uranus dan Neptunus kemudian diklasifikasikan sebagai " Raksasa Es". 

Raksasa gas dan es merupakan istilah untuk planet yang memiliki komposisi penyusun sebagian besar terdiri dari es dan gas hidrogen.

Baca juga: 5 Fakta Planet Kepler-186F, Planet Asing yang Mirip Bumi

Dilansir dari Science ABC, raksasa gas dapat diartikan sebagai planet yang komposisi aslinya terdiri dari gas, seperti hidrogen dan helium, dengan inti berbatu kecil. 

Sebagaimana yang telah disebutkan, planet yang memiliki komposisi penyusun sebagian besar terdiri dari gas adalah Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

1. Planet Jupiter

Raksasa gas pertama dan terbesar di tata surya adalah Jupiter, dengan radius hampir 11 kali ukuran Bumi.

Saat ini, Jupiter diketahui memiliki 50 bulan dan 17 satelit lagi yang tengah menunggu konfirmasi dari NASA.

Planet ini sebagian besar terbuat dari hidrogen, metana, amonia dan helium yang mengelilingi inti yang terbuat dari batu dan es.

Baca juga: Astronom Temukan Planet Ekstrasurya Aneh, Seperti Apa Bentuknya?

Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai

Berjuta Topan dan Badai

Jupiter adalah raksasa gas yang berulangkali menyelamatkan Bumi dari hujan meteor. Intinya diselimuti samudera Hidrogen cair dan atmosfirnya dipenuhi awan Hidrogen dan Helium. Tanpa permukaan berbatu yang menghadang angin, badai di Jupiter bisa berlangsung selama jutaan tahun. Mempelajari pergerakan gas di permukaan Jupiter bisa membantu manusia memahami sistem cuaca di Bumi.

Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai

Bintik Hitam Misterius

Citra teranyar yang dijepret oleh wahana nirawak NASA, Juno, menampilkan keunikan Jupiter yang belum pernah dilihat sebelumnya: Berjuta badai berpusar secara acak, seakan tanpa struktur yang baku. Terutama kemunculan mata badai berwarna hitam pekat menjadi teka teki yang hingga kini belum terpecahkan oleh ilmuwan.

Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai

Api dari Jantung Planet

Dengan rata-rata temperatur minus 145 derajat Celcius, cuaca terhangat di Jupiter bisa membuat Bumi membeku dalam sekejap. Tapi berbeda dengan Bumi, suhu di Jupiter berubah sesuai ketinggian, lantaran panas tidak datang dari Matahari, melainkan memancar dari bagian dalam planet. Sebab itu pula musim badai di Jupiter bisa berlangsung selama 70 tahun.

Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai

Keindahan Badai

Citra teranyar yang dijepret Juno diolah oleh ilmuwan amatir Jason Major dengan memanipulasi warna untuk memperjelas detail pada pusaran badai dan formasi awan Jupiter. Untuk membuat gambar menjadi lebih spektakuer, ia memusatkan fokus pada salah satu pusaran badai Jupiter sehingga terlihat seperti lukisan. NASA kemudian mempublikasikan hasil olahan Major.

Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai

Bintik Merah Raksasa

Gambar ini diambil Juno pada Desember 2016 dari jarak 459.000 kilometer. Bintik merah raksasa dan saudara kecilnya, Oval BA, terlihat jelas ketika sebagian planet bermandikan warna hijau dan biru. Pada gambar ini, formasi awan tebal di Kutub Selatan Jupiter menyembunyikan jutaan badai yang berpusar di bawahnya.

Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai

Pojok Penuh Gejolak

Kawasan di barat Bintik Merah Raksasa atau selatan sabuk Ekuator merupakan salah satu bagian langit Jupiter yang paling bergolak. NASA mengklaim gambar ini memiliki resolusi yang jauh lebih baik ketimbang foto serupa yang dibuat dari Bumi atau wahana lain sebelumnya. Tahun 2010 sabuk awan yang dulunya membagi kawasan ini tiba-tiba menghilang dan membuat takjub ilmuwan.

Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai

Mutiara Maut

The Pearl atau Mutiara Jupiter merupakan kumpulan pusaran badai raksasa yang terletak pada 40 derajat lintang selatan. Kawasan yang juga disebut "Rangkaian Mutiara" ini menyimpan delapan badai sekaligus yang berputar dengan kecepatan lebih dari 600 kilometer per jam. Sejak 1996, formasi badai berbentuk oval ini berfluktuiasi dari enam hingga sembilan pusaran.

Jupiter adalah planet terbesar dalam Tata Surya. Radius ekuatornya sekitar 12 kali lipat ekuator Bumi. Planet raksasa yang terdiri dari gas ini, juga memiliki sabuk yang berseling warna terang dan gelap di bagian ekuatornya. Sabuk berwarna terang adalah aliran gas yang naik dan sabuk gelap aliran gas yang turun. Suhu di permukaan awan gas Jupiter rata-rata 145 derajat Celsius.

Yang paling terkenal dari planet ini adalah bintik merah yang bagaikan mata memandang dari belahan selatan Jupiter. Bintik merah ini sejatinya adalah badai raksasa yang terus melanda atmosfir Jupiter. Kecepatannya bisa mencapai 500 km per jam. Juga angin kencang dan badai dibarengi kilatan petir dahysat merupakan fenomena biasa di planet gas raksasa tersebut.

Atmosfir Jupiter terdiri dari 85 persen Hidrogen, 14 persen Helium dan sisanya campuran gas metana, amoniak serta elemen lain. Awan Yupiter yang berwarna kemerahan diperkirakan merupakan senyawa dari amoniak dan H2S.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Keluar dari Sistem Tata Surya

Sejak akhir 2012, wahana nir-awak Voyager 1 sudah meninggalkan sistem tata surya dan terbang melalui ruang antarbintang. Voyager adalah obyek pertama buatan manusia yang melewati batas sistem tata surya. Selain itu ia juga obyek terjauh yang pernah dibuat oleh manusia.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Dua Wahana Bersaudara

Memasuki musim gugur 1977, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA meluncurkan dua wahana kembar ke luar angkasa, Voyager 1 dan 2. Awalnya kedua wahana itu cuma ditugaskan mengorbit dan meneliti Jupiter dan Saturnus yang saat itu masih berada di luar jangkauan observasi manusia.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Rute Penerbangan

Setelah 18 bulan, kedua wahana mencapai Jupiter. Usai meneliti gas raksasa itu, Voyager 2 mengambil rute menuju planet-planet lain, sementara Voyager 1 dikirim menuju batas terluar sistem tata surya. Perjalanan ini cuma bisa dilakukan lantaran kedua wahana memanfaatkan konstelasi planet yang cuma muncul setiap 146 tahun.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Planet kuning

Voyager 1 mengirimkan gambar Jupiter ini pada 1 Januari 1979. Keseluruhan, Voyager 1 mangirimkan sebanyak 17.477 foto Jupiter dan empat bulan yang mengorbit padanya. Keberadaan cincin yang mengelilingi Jupiter baru pertamakali dibuktikan melalui foto ini.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Gambar detail

Selain itu Voyager 1 juga mendokumentasikan arus pergerakan atmosfer pada permukaan Jupiter, seperti yang terlihat pada gambar ini. Setelah mengorbit Jupiter, Voyager 1 melesat dengan kecepatan 16 kilometer per detik dengan memanfaatkan gaya gravitasi dari planet gas tersebut.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Api belum akan Padam

Wahana Voyager yang memiliki beratz 825 Kilogramm ini adalah salah satu pencapaian terbesar NASA sepanjang sejarah. Hingga hari ini kedua wahana masih mengirimkan informasi-informasi akurat dari luar angkasa. Kendati telah jauh melampaui perkiraan usia pakai, mesin Voyager 1 dan 2 diyakini baru akan padam pada 2025.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Ruang Kendali

Ruang kendali untuk misi Voyager berada di kampus California Institute of Technology di Pasadena. Gambar ini diambil pada tahun 1980. Dari sini para ilmuwan memantau pergerakan dan, sebisa mungkin, mengendalikan arah terbang kedua wahana tersebut.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Piringan Hitam untuk Allien

NASA memasang piringan emas ini pada badan wahana, untuk mengantisipasi jika kedua wahana bertemu dengan mahluk alien. Piringan digital ini merekam gambar manusia, binatang dan sejumlah lagu yang menjadi hit abad lalu. Jika mahluk luar angkasa itu tidak memiliki alat yang tepat, NASA juga menyediakan jarum dan buku panduan.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Mengungkap Tabir Saturnus

Gambar ini dikirimkan oleh Voyager 2: Saturnus dalam warna aslinya. Planet ke-enam di sistem tata surya ini disambangi oleh Voyager tahun 1981. Untuk sebuah foto luar angkasa, gambar ini layaknya fotografi makro di bumi, ia diambil dalam jarak 21 juta kilometer dari obyek - jarak yang sangat dekat di luar angkasa.

Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang

Seni Luar Angkasa

Misi Voyager tidak cuma menjadi perhatian ilmuwan, tetapi juga seniman. Seorang perupa di Amerika Serikat melukis wahana Voyager 1 ketika mengorbit Saturnus. Lukisan itu dibuatnya tahun 1977, sesaat menjelang peluncuran.

Observasi planet Jupiter menggunakan wahana peneliti luar angkasa Pioneer 1 (1972) dan Pioneer 2 (1973) serta Voyage1 (1979 dan Voyager 2 serta Juno memasok data dan informasi menarik terkait planet terbesar di Tata Surya itu.

Berbagai penelitian menemukan sedikitnya 16 satelit atau bulan yang mengorbit Yupiter. Empat bulan terbesar Jupiter, yakni  Io, Europa, Ganymed dan Kallisto yang diamati Galileo Galilei, diduga mengandung air dalam bentuk beku. Planet gas ini tidak memiliki permukaan padat untuk didarati wahana penelitian. Wahana riset Juno misalnya mengorbit sejarak 4.000 km di atas permukaan planet

Misteri Dua Kutub Jupiter

Rahasia Terakhir Jupiter

Setelah hampir lima tahun bermanuver di tata surya, wahana nirawak teranyar NASA, Juno, akhirnya tiba di planet Jupiter. Dalam misi ini Juno diharapkan mampu mengungkap rahasia terbentuknya gas raksasa tersebut dan apakah Jupiter memiliki inti planet yang terbuat dari batu.

Misteri Dua Kutub Jupiter

Antara Dua Kutub

Untuk menjawab misteri Jupiter, Juno akan melakukan hingga 37 kali terbang lintas di kutub utara dan selatan Jupiter. Gambar ini menampilkan ujung selatan raksasa gas tersebut. Ilmuwan NASA mengklaim citra teranyar Jupiter "terlihat tidak seperti yang kami bayangkan sebelumnya."

Misteri Dua Kutub Jupiter

Tirai Partikel

Juno juga dilengkapi dengan kamera infra merah yang didesain khusus untuk membuat foto aurora di kutub selatan Jupiter. Lantaran medan magnetiknya yang sangat luas, aurora di kutub Jupiter tergolong raksasa. Melalui penelitian tersebut ilmuwan ingin mengungkap korelasi antara aurora dengan matahari dan faktor lain.

Misteri Dua Kutub Jupiter

Berpenggerak Tenaga Surya

Juno adalah wahana nirawak kedua yang mengorbit Jupiter setelah Galileo. Wahana berpenggerak tenaga nuklir buatan Eropa itu mengitari Jupiter antara 1995 hingga 2003. Tapi berbeda dengan wahana nirawak lain, Juno cuma digerakkan oleh panel surya seperti yang digunakan pada satelit Bumi. Tapi panel surya milik Juno adalah yang terbesar dibandingkan panel surya wahana yang biasa diluncurkan

Misteri Dua Kutub Jupiter

Raksasa Penuh Misteri

Jupiter adalah planet terbesar di tata surya. Lantaran massa dan gaya gravitasinya yang sangat besar, Jupiter sejatinya tidak mengorbit matahari melainkan saling mengitari pusat gravitasi yang sama. Memahami raksasa gas tersebut bisa menjadi batu loncatan untuk mengungkap rahasia pembentukan sistem tata surya.

Misteri Dua Kutub Jupiter

Bintik Neraka

Salah satu keunikan Jupiter yang belum bisa sepenuhnya dijelaskan ilmuwan adalah bintik merah yang diyakini telah terbentuk sejak lebih dari 340 tahun silam. Bintik tersebut tidak lain adalah badai raksasa bertemperatur hingga 1500 derajat Celcius dan berukuran lebih besar ketimbang Bumi. Bersama Juno, ilmuwan berharap mendapat pengetahuan baru tentang fenomena unik tersebut.

Misteri Dua Kutub Jupiter

Akhir Brutal

Serupa dengan Galileo, Juno akan mengalami akhir brutal di penghujung misinya. Pada orbit ke37, yakni pada 18 Februari 2018, wahana tersebut dijadwalkan hancur ketika memasuki atmosfer Jupiter. Hal itu diperlukan agar puing-puing Juno tidak menkontaminasi bulan Jupiter yang dianggap paling mungkin menampung kehidupan, yakni Eropa.

as/vlz (dari berbagai sumber)

Alam dan Lingkungan | 17.03.2022

Alam dan Lingkungan | 17.03.2022

Semua video, audio dan galeri foto