Mengapa orang yang percaya harus dibaptis di dalam Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus

KUNCI BAGI PEMAHAMAN INJIL MATIUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RAYA KENAIKAN TUHAN [Tahun A] – Kamis, 25 Mei 2017

Kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Mat 28:16-20)

Bacaan Pertama: Kis 1:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 47:2-3,6-9; Bacaan Kedua: Ef 1:17-23

Injil Matius ditutup dengan sebuah pemandangan yang agung-menakjubkan, yang menegaskan lagi fundamental-fundamental dari pesan yang disampaikan Matius. Ada sejumlah ahli Kitab Suci modern yang malah mengatakan bahwa perikop ini merupakan “kunci” bagi pemahaman Injil Matius: Apa yang ingin dikatakan oleh Matius dalam Injilnya adalah, bahwa Kristus adalah seorang Pribadi kepada siapa segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan, dan pada gilirannya Dia mendelegasikan kuasa ini kepada para murid, mengutus mereka untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa, melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh-Nya.

Dalam Mat 1-9 kuasa Yesus disoroti. Singkatnya, Injil Matius bergravitasi di sekitar kuasa/otoritas Yesus dan otoritas para rasul sebagai pemimpin-pemimpin Israel sejati. Sekarang, kesebelas rasul pergi ke sebuah bukit di Galilea untuk menyaksikan kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Dalam Injil Matius bukit/gunung adalah tempat untuk perwahyuan yang istimewa (“Khotbah di Bukit” [Mat 5-7], “Transfigurasi” [Mat 17:1-13] dan perikop ini).  Hal ini terlebih-lebih merupakan ungkapan teologis ketimbang ungkapan geografis. Ketika Yesus muncul, beberapa orang ragu-ragu, tetapi mereka menyembah-Nya (Mat 28:17).

Kekuasaan penuh telah diberikan oleh Bapa kepada Yesus karena kebangkitan-Nya dan permuliaan-Nya. Sekarang Ia mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa (artinya tidak hanya kepada bangsa Yahudi). Semua orang diajak untuk menjadi murid-murid-Nya, para pengikut Kristus. “Kekuasaan penuh” yang dimiliki oleh Kristus yang bangkit, mengingatkan kita semua kepada Anak Manusia yang dimuliakan dalam Kitab Daniel: “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Dan 7:13-14).

Kristus yang memegang kekuasaan penuh inilah yang memberi “amanat agung” kepada para murid-Nya, mengutus mereka ke segala bangsa dan menjadikan mereka menjadi murid-Nya. Jadi para murid dituntut untuk menjadikan orang-orang lain murid-murid juga. Memang dalam dunia Kekristenan/Kristianitas hanya ada seorang Guru saja, yaitu Yesus Kristus. Para murid diminta untuk mengajar seperti Yesus mengajar, dan membentuk sebuah komunitas yang para anggotanya adalah murid-murid Kristus. Komunitas yang disebut Gereja, Tubuh Kristus, dengan Yesus Kristus sebagai Kepalanya. Kepada “segala bangsa”, karena misi Gereja bersifat universal; tidak ada Gereja yang khusus diperuntukkan bagi satu bangsa atau bangsa-bangsa tertentu saja. Kepada komunitas ini dijanjikan kehadiran terus-menerus dari “Tuhan yang Bangkit” sampai akhir zaman (Mat 28:20; bdk. Mat 1:23; Mat 18:20).

Mereka yang diajar oleh para murid itu kemudian dibaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan kepada mereka juga diajarkan untuk melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Yesus kepada para murid yang awal. Rumusan Trinitarian “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” mungkin saja  bukan kata-kata yang diucapkan Kristus, melainkan merupakan rumusan Gereja Perdana. Dalam Kis 2:38; 8:16; 10:48; 19:5 disebutkan suatu baptisan “dalam nama Tuhan Yesus” atau “dalam nama Yesus Kristus”; hal mana tidak bertentangan dengan Mat 28:19. “Dalam nama” berarti oleh/dengan otoritas seseorang. Para rasul membaptis oleh/dengan otoritas Yesus Kristus, seperti telah diperintahkan oleh-Nya. Membaptis dalam nama Yesus Kristus secara implisit juga bersifat Trinitaris (Trinitarian), karena Yesus Kristus adalah sang Mesias yang diutus oleh Bapa surgawi dan Ia adalah Pribadi yang memenuhi karya-Nya melalui Roh Kudus.

Sebagai bagian penutup dari tulisan ini, baiklah kita merenungkan beberapa hal. Rasa hormat mendalam kepada pribadi Yesus, suatu penekanan atas hikmat-kebijaksanaan yang terkandung dalam ajaran Yesus, keprihatinan untuk membangun Gereja (bukan gedung gereja), dan suatu masa depan yang penuh kepastian akan kehadiran sang Imanuel – tema-tema ini telah menjadi menjadi begitu familiar bilamana kita membaca dan merenungkan Injil Matius. Ketika kita mau menutup Injil Matius, ada satu ayat yang kiranya muncul dalam pikiran dan hati kita: “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (Mat 7:24).

DOA: Tuhan Yesus, tranformasikanlah diri kami dengan sabda kehidupan dari-Mu. Dimuliakanlah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 1:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “INKARNASI YESUS DAN GEREJA” (bacaan tanggal 25-5-17) dalam situs/blog PAX ET BONUM //catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 17-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2017.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

Cilandak, 22 Mei 2017 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Baptisan" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
(Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)

"Baptis" beralih ke halaman ini. Untuk denominasi gereja, lihat Gereja Baptis.

Baptisan (berasal dari bahasa Yunani: βαπτίζω, translit. baptizo) dikenal sebagai sakramen inisiasi Kristen yang melambangkan pembersihan dosa.[1][2] Baptisan juga melambangkan kematian bersama Yesus. Dengan masuk ke dalam air, orang yang dibaptiskan itu dilambangkan telah mati. Ketika ia keluar lagi dari air, hal itu digambarkan sebagai kebangkitannya kembali. Rasul Paulus dalam Surat Roma melukiskannya demikian: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:3-4).

Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Sebuah ikon dari Rusia

Kata Baptisan (berasal dari bahasa Yunani: βαπτίζω, translit. baptizo) asal usul katanya adalah kata βάπτω - bapto, yang berarti menenggelamkan.[3] Lalu menjadi baptizo yang mengimplikasikan sesuatu direndamkan atau dicelupkan ke dalam suatu air atau sesuatu larutan tertentu(cairan).[4][5]. Inti dari istilah baptizō sendiri bukan pada metode (percik atau selam), tetapi pada proses atau pada efek yang dihasilkan daripada pembaptisan itu. Secara makna religius sendiri berarti membersihkan diri dari dosa atau lebih sederhana penyucian dalam kehidupan kekristenan.[5] Di pihak lain dapat diungkapkan sebagai makna bahwa orang tersebut adalah pengikut kristus.

Dalam beberapa agama seperti Kristen, Mandaeanisme, Sikhisme, dan beberapa sekte kuno agama Yahudi, baptisan adalah ritual pemurnian dengan menggunakan air. Ritual Kristen ini dimulai oleh Yohanes Pembaptis, yang menurut Alkitab membaptis Yesus di Sungai Yordan.

Pembaptisan dilakukan dengan air. Namun, ada bermacam cara pembaptisan, tergantung pada denominasi gerejanya. Referensi Alkitab memang dibenamkan dalam banyak Air, yang melambangkan mati karena dikuburkan (masuk dalam air) dan dibangkitkan setelah keluar dari air. Gereja Apostolik membaptis dengan cara percik.[6] Tidak ada permasalahan apakah itu harus baptis percik atau selam.

Cara pembaptisan yang paling umum dilakukan ialah dengan memercikkan air di kepala oleh seorang pastor (romo) atau imam, dan mengucapkan keesaan Tritunggal Tuhan, "Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin."

Gereja Katolik Roma dan banyak aliran di kalangan Gereja Protestan mempraktikkan baptisan anak karena mereka meyakini bahwa Yesus mengundang anak-anak untuk datang kepadanya (lih. Injil Markus 10:13-16, dll.).

Namun, ada pula gereja-gereja yang hanya membaptiskan orang dewasa yang telah mengaku percaya, misalnya gereja Advent, aliran Pentakosta dan Gereja Baptis. Biasanya, gereja-gereja ini mempraktikkan baptisan selam. Dalam hal ini, pendeta bersama calon baptisan masuk ke dalam sebuah kolam dan orang yang dibaptiskan itu diselamkan ke dalam air.

Selain itu ada beberapa gereja yang harus melalukan proses pengakuan iman(sidi), misalnya Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan iman terlebih dahulu dilakukan sebelum dibaptis. Gereja-Gereja yang melakukannya misalnya Gereja Katolik, Gereja Puritan, Gereja Presbiterian, Gereja Reformed atau Gereja Calvinis, Gereja Lutheran, dan beberapa Gereja Protestan lainnya.

Rumusan dalam membantis (baptizontes) harus berdasarkan Alkitab. Rumusan Baptisan dalam Alkitab sendiri harus "dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.".[4][7] yang merepresentasikan Keesaan Allah Tritungal Tetapi selain dari rumusan, misalnya "Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang adalah Yesus Kristus", maka Baptisan yang dilakukan tetaplah tidak sah. Karena tidak sesuai dengan Matius 28:19-20. Serta tidak sesuai dengan rumusan Allah Tritunggal. Seakan-akan Yesus Kristus memuat 3 pribadi, yakni Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Sehingga perlu adanya baptis ulang.

Tetapi di sisi lain, untuk kasus membaptis dalam "dalam nama Yesus" saja, khususnya Baptisan Petrus pada Kisah Para Rasul 2:38-39; 10:44-48; dan Paulus pada Kisah Para Rasul 19:1-8 sebenarnya bukan tidak mepresentasikan kehadiran Allah Tritunggal. Melainkan dalam konteks umum tersebut menunjukkan kehadiran Allah Tritungal. Berbeda dengan rumusan yang salah diatas. Seakan-akan Allah Tritunggal(1 Tuhan 3 Pribadi) yang adalah Yesus sendiri(1 Tuhan 1 Pribadi), bukan Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Sehingga perlu memperhatikan konteks ketika memaknai suatu baptisan dan rumusan baptis.

Baptisan itu mempunyai tiga arti dan makna, yaitu:

1. Baptisan Air

Baptisan dengan air yang dilaksanakan oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan dan seturut katanya sendiri dalam Matius 3:11a, baptisan tersebut adalah tanda pertobatan dari yang bersangkutan dalam artian yang bersangkutan telah menyesal atas semua dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Dan sejak ia dibaptiskan, ia berikrar dan bertekad tidak mengulanginya lagi dan memulai hidup baru dengan melaksanakan semua kehendak ALLAH (Matius 7:21). Baptisan air secara umum dilakukan dan disaksikan oleh banyak orang pada waktu pelaksanaannya.

2. Baptisan Roh

Baptisan Roh yang disinggung oleh Yohanes Pembaptis dalam Matius 3:11b dengan kata-kata "Baptisan roh kudus dan api" baru diberikan kepada yang bersangkutan oleh Yesus bilamana dia setelah pertobatannya itu benar-benar melaksanakan Kehendak ALLAH.

Baptisan Roh ini, bisa dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Baptisan air itu sendiri dan dapat juga sesudahnya. Tegasnya kapan baptisan Roh itu terjadi tidak dapat dilihat/disaksikan oleh siapa pun karena pelaksanaanya bukan dilakukan oleh Pendeta melainkan oleh Allah sendiri yang roh itu.

3. Baptisan Api

Api melambangkan penderitaan / siksaan. Sehingga Baptisan Api sendiri melambangkan orang kristen yang dibaptis siap untuk menghadapi penyiksaan atau penderitaan bersama dengan Yesus Tuhan untuk mempertahankan Iman yang melekat di dalam Kristus.

Tujuan dari Baptisan

Tujuan dari baptisan sendiri adalah bukan untuk Keselamatan (Predestinasi), akan tetapi penyucian hidup dan tanda dari orang tersebut pengikut kristus. Contoh Kasus Salah Seorang penjahat di samping Yesus, ia diselamatkan karena anugerah Allah tanpa melalui proses baptisan. "Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."" (Lukas 23:34).[8]

Tidak perlu adanya baptis ulang selama dibaptis dalam "dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." atau yang merepresentasikan keesaan Allah Tritunggal (Dalam Nama Yesus). Akan tetapi jikalau tidak memakai rumusan baptisan tersebut atau rumusannya salah ""Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang adalah Yesus Kristus", maka perlu dibaptis ulang. Sebab dalam baptisan tersebut tidak mengakui keesaan Allah Tritunggal, maupun tidak mepresentasikan keesaan Allah Tritunggal.

Di beberapa gereja, jika seorang jemaat yang mau bergabung dengan gereja lain dan telah memakai rumusan benar "dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." dan metode baptisan, entah itu percik atau selam, tidak perlu dibaptis ulang. Alasan ini mendasar dikarenakan jikalau dibaptis ulang dalam metode apapun itu mencela keesaan Allah Tritunggal. Sebab ini sendiri dibaptis dua kali dalam nama Allah Tritunggal. Solusi adalah mereka melaksanakan pengakuan iman / katekisasi di gereja mereka masing-masing.[9] Misalnya memakai Pengakuan Iman Westminster / Katekismus Kecil Westminster yang dipakai pada Gereja-Gereja Inggris, atau sesuai dengan gereja masing-masing.

  • Pembaptisan Yesus
  • Gereja Baptis
  • Anabaptis
  • Keselamatan (Kristen)
  • Pengakuan Iman Rasuli
  • Pengakuan Iman Westminster
  • Katekismus Kecil Westminster

  1. ^ "Baptism", Encyclopædia Britannica 
  2. ^ Sebagai contoh, pembaptisan dalam Gereja Katolik berdasarkan Konsili Vatikan II, Lumen gentium, 28
  3. ^ "Strong's Greek: 911. βάπτω (baptó) -- to dip". biblehub.com. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  4. ^ a b "Strong's Greek: 907. βαπτίζω (baptizó) -- to dip, sink". biblehub.com. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  5. ^ a b Waiman, Dawis (2018-08-19). "Sakramen Baptisan". Mimbar Reformed Injili Indonesia (MRII Yogyakarta). Diakses tanggal 2019-12-30. 
  6. ^ Nggadas, Deky Hidnas Yan. "Baptisan Air menurut Bapak-bapak Apostolik" (dalam bahasa Inggris). 
  7. ^ "Mat 28:19-20 (TB) - Tampilan Daftar Ayat - Alkitab SABDA". alkitab.sabda.org. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  8. ^ "Luk 23:33-43 (TB) - Tampilan Daftar Ayat - Alkitab SABDA". alkitab.sabda.org. Diakses tanggal 2019-12-30. 
  9. ^ PERLUKAH BAPTIS ULANG? BAPTIS SELAM (CELUP) ATAU PERCIK? - STEPHEN TONG, diakses tanggal 2020-01-03 

  • Sakramen Baptis Katolik[pranala nonaktif permanen]
  • Sekramen Baptis Reformed GRII

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Baptisan&oldid=18554353"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA