Mengapa generasi muda kurang menyukai tarian tradisional daerah

Seiring berkembangnya zaman, seni dan budaya tradisional terus terkikis dan banyak yang tidak peduli tentang pentingnya seni dan budaya bagi anak cucu yang akan datang. Banyak generasi muda yang lebih memilih budaya barat daripada budaya tradisional. Bukan rahasia lagi ketika generasi muda indonesia mulai meninggalkan seni dan budaya tradisional seperti karawitan, gamelan, dan juga wayang. Masuknya berbagai kesenian dan kebudayaan barat dari berbagai media yang telah berkembang di zaman modern ini, menjadikan seni dan budaya tradisional semakin hari semakin meluntur.

Saat ini kesenian dan kebudayaan barat terus mendominasi keduyaan di dalam negeri, seakan-akan telah menjadi konsumsi sehari hari bagi generai muda. Generasi muda yang dulunya bersemangat dalam mempelajari seni dan budaya tradisional sekarang musnah ditelan zaman. Mendominasinya kesenian dan kebudayaan barat di dalam negeri minjadikan generasi muda menganggap bahwa kesenian dan kebudayaan tradisional tidak ngetren dan terkesan kuno pada zaman sekarang. Dampaknya sangat terasa bagi generasi muda yang tidak mau mempelajari bahkan mereka sudah tidak mengenal seni dan budaya kita sendiri.

Banyak hal yang dapat menjadikan generasi muda tidak lagi bergairah dalam mempelajari kesenian dan kebudayaan trasional salah satunya menurunnya kualitas budaya berbahasa daerah seperti bahasa jawa. Hal tersebut menjadikan generasi muda enggan untuk menonton pertunjukan seni seperti pertujukan wayang contohnya wayang kulit. Menurut pendapat Tranggono dalam seminar Wayang dan Generasi Muda, alasan generasi muda berjarak dengan wayang menurutnya disebabkan bahasa yang digunakan dalam wayang dianggap terlalu rumit sehingga sulit untuk dipelajari dan dipahami. Cerita atau lakon dan pesan sosial yang disampaikan cenderung berat. Bahkan pertunjukan wayang bercorak konvensional, durasi wayang terlalu lama dan frekuensi pergelaran wayang terhitung masih rendah.

Pegiat Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K), mengatakan bahwa media massa bisa dijadikan sebagai media dalam penyebarluasan informasi wayang. Akses terhadap media yang begitu mudah bagi masyarakat saat ini merupakan titik tengah untuk  mengangkat tradisi wayang. Banyak pencinta seni yang mencampur seni dan budaya tradisional dengan lagu lagu dangdut seperti campursari yang dapat menarik generasi muda untuk melirik lagi kesenian dan kebudayaan tradisional. Tapi hasilnya kurang memuaskan karena dengan perkembangan modernisasi budaya barat yang sangat pesat menjadikan budaya tradisional tidak bisa bersaing.

Hal miris yang dapat kita ketahui bahwa zaman sekarang banyak wisatawan asing yang mempelajari seni dan budaya tradisonal. Mereka menganggap budaya tradisional yang menurut generasi muda tidak ngetren dan terkesan kuno malah berbanding terbalik dengan wisatawan asing yang menganggap bahwa hal tersebut unik. Banyak dari mereka yang ingin mempelajari lebih dalam tentang seni dan budaya tradisional.

Hal-hal seperti ini harus diperhatikan dan dilihat untuk masa kedepannya. Peran pemerintah dan masyarakat serta seniman perlu ditingkatnya guna mencegah generasi muda yang telah termakan oleh arus modrenisasi budaya barat. pengenalan akan seni dan budaya tradisional harus dilakukan sejak dini. Hal ini untuk menghindari punahnya seni dan budaya tradisional warisan leluhur yang telah susah payah memepertahankannya. Generasi muda harus segera bangkit dan melestarikan seni dan budaya tradisional. Jangan sampai seni dan budaya tradisional bangsa Indonesia direbut oleh bangsa lain.

Author:

Boby Akbar faris

Hamzah Muhammad

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

       (06/06) eksistensi tari klasik gaya Yogyakarta masih jarang di ketahui oleh masyarakat terutama anak muda yang lebih mengetahui tarian modern, sebenarnya masyarakat Indonesia memiliki banyak jenis tari-tarian dari berbagai daerah. Namun eksistensi tarian tradisional masih kurang diminati masyarakat Indonesia, yang kurang perduli terhadap kebudayaan yang di miliki Indonesia. Oleh karena itu peran masyarakat untuk mempertahankan kebudayaan leluhur milik Indonesia sangat penting.

       Ayu (21) dan Oki (21) adalah seorang mahasiswa yang mengaku masih belum mengetahui tentang kebudyaan indonesia khususnya tari klasik gaya Yogyakarta, mereka mengatakan bahwa terakhir kali mempelajari kesenian daerah pada saat Sekolah Dasar, mereka juga berpesan kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan pendidikan kebudayaan sejak dini agar lebih di ketahui oleh masyarakat luas.

       Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kebudayaan masih sangat kurang, terutama anak muda yang lebih mengetahui kebudayaan asing, oleh karena itu peran pemerintah sangat berpengaruh bagi masyarakat. (FA)

JAKARTA, RABU - Rasa bangga dan kepedulian melestarikan budaya kurang tertanam di generasi muda Indonesia saat ini. Minat mereka untuk memperlajarinya kurang. Mereka lebih tertarik belajar kebudayaan asing. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya informasi kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia. Padahal Indonesia memiliki tujuh warisan budaya, tiga di antaranya warisan budaya dunia.

Demikian benang merah yang diungkapkan Koordinator IndoWYN Lenny Hidayat, Program Specialist Unesco Office, Jakarta, Masanori Nagaoka, dan Wakil Koordinator IndoWYN Hindra Liu, pada jumpa pers Pelatihan dan Pendidikan Warisan Budaya untuk Kaum Muda Indonesia. Rabu (26/11) di Jakarta.

Pelatihan dan Pendidikan Warisan Budaya untuk Kaum Muda Indonesia itu, dilangsungkan di Villa Amitayus, Puncak, 28-30 November, diikuti 35 anggota IndoWYN, Jaringan Kaum Muda Peduli Warisan Budaya Dunia Indonesia (Indonesia World Heritage Youth Network) .

Lenny Hidayat mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang menjadi warisan dunia seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Situs Manusia Purba Sangiran. Walau sudah dikenal luas di dunia, namun masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak paham makna yang terkandung di dalamnya.

Contoh yang paling terlihat adalah Borobudur. Sudah 30 tahun masa restorasi berlalu, tapi masih saja minimnya informasi yang tersedia di situs tersebut. Indonesia sebenarnya memiliki kapasitas untuk melestarikan budaya, hanya saja semua pengetahuan masih tersimpan rapi di generasi pendahulu. "Tidak ada lagi sumber pendidikan budaya yang bisa menjadi referensi kaum muda," katanya.

Selain Borobudur, Prambanan, dan Situs Sangiran, empat warisan dunia lainnya yang ada di Indonesia adalah Pulau Komodo, Hutan Hujan Tropis Sumatera, Taman Nasional Lorenz, dan Taman Nasional Ujung Kulon. Ada 24 warisan budaya dalam daftar tentatif Pemerintah Indonesia untuk diajukan sebagai warisan dunia.

Masanori Nagaoka mengatakan, terdaftarnya suatu situs budaya dalam daftar warisan dunia bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah awal upaya pelestarian untuk generasi berikutnya. Unesco yang diberi mandat untuk membantu pemerintah dan rakyatnya dalam upaya perlindungan terhadap situs-situs warisan dunia, siap membantu pemerintah Indonesia memperkuat kapasitas dalam hal manajemen situs-situs warisan dunia yang ada di Indonesia, katanya.

Hendra Liu menambahkan, Pelatihan dan Pendidikan Warisan Budaya untuk Kaum Muda Indonesia, khususnya anggota IndoWYN, diharapkan bisa menggugah kepedulian generasi muda dan pemangku kepentingan, untuk melestarikan warisan budaya dunia di Indonesia.

Tindak lanjutnya, anggota jaringan IndoWYN akan melatih anggota lainnya dan memberikan presentasi di sekolah-sekolah terdekat. "Selain itu, IndoWYN akan terus aktif memberikan masukan dan kontribusi ke pemangku kepentingan," katanya.

Tahun 2009, IndoWYN akan melakukan riset sosial dan persepsi terhadap warisan budaya Indonesia. Kontribusi ke usaha pengadopsian warisan budaya sebagai kurikulum sekolah. Kemudian membuat buku dokumentasi foto-foto borobudur kolaborasi dengan para fotografer Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

SEMARANG, MINGGU--Sudah bukan rahasia lagi apabila kesenian tradisional di Indonesia mulai ditinggalkan generasi muda negeri ini, dan masuknya berbagai kebudayaan luar melalui berbagai media, terutama televisi, tidak sedikit ikut mempengaruhi kelunturan apresiasi terhadap kesenian tradisional.

Saat ini banyak anak-anak muda kurang mengenal kesenian tradisional seperti karawitan, gamelan, dan juga wayang baik itu wayang kulit, wayang orang maupun wayang golek, mereka (anak muda) lebih senang dengan kesenian dan tradisi luar yang tidak jelas benar dari mana asalnya, kata Sri Handayani, S.Pd, dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Sabtu.

Padahal, bukan tidak mungkin budaya yang digandrungi anak muda itu sama sekali tak mempunyai nilai positif, kata Sri Handayani menambahkan.

Di masa sekarang ataupun masa yang akan datang tanggungjawab untuk mengembangkan dan melestarikan warisan leluhur tersebut bukan lagi ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah, tetapi oleh masyarakat, dalam hal ini mereka para pelaku seni, pecinta seni, pekerja seni dan pemerhati seni serta lainnya agar kesenian dan budaya tersebut tidak hilang atau musnah di telan zaman.

Terlebih lagi saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah tidak lagi mengenal budaya sendiri.

Hal ini terbukti dengan semakin menurunnya minat generasi muda khususnya di Jawa untuk melihat pagelaran kesenian Jawa.

Sementara itu Anton, seorang anak muda di Kota Semarang mengatakan, pada dasarnya kaum muda bukan tidak berminat terhadap kesenian tradisional, akan tetapi saat ini kemasannya harus bisa disesuaikan dengan kondisi seperti sekarang ini, sehingga tidak terkesan membosankan.

Sebagai contoh adalah wayang, dalam hal ini wayang kulit, dilihat dari penggunaan bahasa Jawa Kawi yang mana kaum muda sekarang tidak lagi mengerti bahasa tersebut. Sehingga memunculkan suatu keengganan untuk menonton karena tidak paham akan ceritanya, katanya.

Saat ini memang ada sebagian dari paguyuban wayang yang sedikit melakukan inovasi dalam pertunjukannya dengan menyelipkan musik campursari dan dangdut untuk menarik minat kaum muda dalam menonton Wayang. Pada awalnya memang banyak yang tertarik, namun, seiring dengan berjalannya waktu, upaya itupun kurang berhasil.

Menurut Handayani, hal yang berbanding terbalik justru terjadi pada masyarakat dari luar negeri yang begitu antusias untuk mempelajari kesenian tradisional Indonesia. Seperti remaja perwakilan dari berbagai negara dikawasan Asia Pasifik yang mendapatkan beasiswa seni dan budaya Indonesia 2008 dari Departemen Luar Negeri RI.

Mereka (penerima beasiswa) dengan antusias belajar menabuh gamelan. Selain itu mereka juga diajari untuk membatik dan seni keramik.

Hal yang sama juga terjadi pada Elizabeth Karen, seorang wanita asal Amerika. Berawal dari ketertarikannya akan budaya Jawa, lalu pada tahun 1990 ia melakukan penelitian di IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang). Sampai saat ini Ia masih nyinden bersama suaminya Muhammad Sholeh Adi Pramono, seorang dalang dan seniman tradisi di Malang.

Sungguh ironis memang, akankah suatu saat nanti justru Bangsa Indonesia yang akan mempelajari seni dan budanyanya sendiri di luar negeri? Ini memang membutuhkan perhatian yang sangat serius, pengenalan akan seni dan budaya tradisional harus dilakukan sejak dini, hal ini untuk menghindari punahnya seni dan budaya warisan leluhur.

Handayani berharap, kaum muda harus segera bangkit untuk tetap melestarikan seni dan budaya yang merupakan warisan para leluhur yang dengan susah payah telah mempertahankannya. Jangan sampai seni dan budaya bangsa Indonesia direbut oleh bangsa lain, katanya menegaskan.(ANT)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA