Mengapa biogas termasuk sumber energi alternatif


C.  Uraian Inovasi
Adapun uraian inovasi teknologi biogas sebagai sumber bahan bakar alternatif pedesaan sebagai berikut :
Penentuan lokasi a. Digester harus terletak ditempat yang terkena sinar matahari langsung. b. Dekat dengan kandang ternak yang akan dimanfaatkan kotorannya. c. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan pengecer kotoran ternak. d. Diusahakan lokasi biogas tidak terlalu jauh dari dapur (sebaiknya jarak<100 meter)

Dasar perhitungan sbb :
a. Tiap 1 ekor sapi menghasilkan 2 ember (volume 10 liter) kotoran/hari

b. Kotoran perlu diencerkan dengan 2 ember air c. Jumlah ternak yang dipelihara 4 ekor sapi. d. Lama proses terbentuknya gas 3–4 minggu. Berdasarkan asumsi diatas, maka setiap hari limbah yang masuk ke dalam sumur digester adalah 2 + 2 ember = 4 ember atau 40 liter campuran kotoran dan air untuk tiap ekor sapi. Bila lama pembentukan gas 30 hari, maka tiap ekor sapi membutuh-kan ruang digester 1.200 liter. Jika jumlah sapi 4 ekor maka volume digester yang akan dibuat = 4 x 1.200 = 4.800 liter = 4,8 m3. Pelaksanaan selanjutnya didasarkan atas jumlah 4 ekor ternak sapi. Pembuatan sumur digester meliputi : pembuatan saluran limbah dari kandang ke sumur digester, sumur digester, dan saluran pengeluaran sisa fermentasi berupa ampas dan limbah cair.


D.  Cara Penggunaan Inovasi
Pembuatan sumur digester a.  Menggali lubang  dengan ukuran disesuaikan dengan kapasitas sumur digester yang dibuat. Contoh :    untuk menampung limbah sebanyak ± 5 m3 dibuat lubang  berbentuk silinder dengan diameter 2 m dan tinggi 2 m. b.  Setelah lubang terbentuk, dibuat kerangka dari besi beton dan dipasang batu bata pada semua dinding dan lantai, selanjutnya diplester dengan campuran semen dan pasir (1 : 2) agar lebih kokoh. Biarkan selama 3 hari sehingga betul-betul kering. c.  Digester tersebut dilengkapi dengan lubang pemasukan dan pengeluaran di kedua sisi. d.  Lubang pemasukan terletak didasar digester dan dihubungkan dengan saluran pembuangan limbah sapi yang dilengkapi kawat saringan yang berfungsi mencegah hijauan sisa pakan masuk ke digester. Lubang pemasukan dibuat dari pipa paralon berdiameter 20 cm. Lubang pengeluaran terletak dipermukaan digester dengan ukuran 30 x 30 cm, lubang pengeluaran dilengkapi dengan bak kontrol dan kolam pengendapan limbah biogas.

Pembuatan bak penampung gas


Bak penampung gas berbentuk silinder dengan ukuran diameter 1,8 m dan tinggi 2 m. Kerangka bak terbuat dari besi beton yang dirangkai membentuk silinder dan dinding bak penampung gas terbuat dari drum bekas ukuran 200 liter sebanyak 10 buah, yang disambung membentuk lembaran plat dengan cara dilas dan diusahakan tidak terdapat celah pada masing-masing sambungan plat. Pada bagian tengah atas bak dilubangi sebesar lubang pipa yang hendak dipasang, kemudian pipa besi sepanjang 30 cm dipasang tepat pada lubang tersebut. Pada ujung pipa dipasang stop kran yang berfungsi sebagai saluran kontrol untuk mengeluarkan gas pertama yang tercampur dengan oksigen yang bersifat eksplosif (mudah meledak) bila dibakar. Disamping itu untuk mengosongkan gas pada saat diadakan pengurasan atau perbaikan digester. Agar bak penampung gas yang telah terpasang tidak lepas akibat gas yang terbentuk dalam digester, maka perlu diberi beban dengan cara bagian tepi atas dari bak diikat dengan empat rantai pada sudut-sudutnya. Pengikatan awalnya dibuat kendor agar saat gas terbentuk dapat naik–turun tanpa terlepas dari rantainya.



Pemasangan saluran gas
Gas yang terbentuk dialirkan dengan pipa paralon berdiameter ¼ inci. Pipa tersebut selanjutnya dirangkai atau dihubungkan dengan pipa-pipa lainnya hingga mencapai tempat yang dikehendaki, yakni tempat memasak (kompor atau lampu). Pada ujung pengeluaran gas dipasang kran guna mengalirkan atau mematikan aliran gas. Siapkan kompor gas dan hubungkan selang saluran gas tersebut dengan pipa gas yang ada. Cara menyalakan kompor dengan membuka kran saluran gas, kemudian kompor dinyalakan. Sebelum kompor dinyalakan, gas yang terbentuk pertama kali harus dibuang dahulu untuk menghilangkan oksigen yang ada. Cara membuang gas oksigen adalah dengan membuka kran pada bak penampungan gas sekitar ½ menit, kemudian kran ditutup kembali.

Biogas untuk listrik


Gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menggerakkan mesin disel dengan bahan bakar solar, tetapi sumur digester yang dibuat minimal kapasitasnya 18 m3 yang dapat menghasilkan energi listrik 1.500 watt selama 6-7 jam sehari dan dapat menghemat bahan bakar solar sebanyak 90%. Bila digunakan untuk 1 kelompok tani dapat digunakan 10 rumah masing-masing mendapat 150 watt.


E.  Informasi Lain yang Perlu Ditonjolkan
Informasi yang diperlukan adalah: a.  Merancang dan  membuat pakan  ternak/ikan, mesin pellet, pupuk organik cair campuran dan tanaman Chlorella sp. Untuk mengubah bahan padatan organik yang dihasilkan dari unit pengolahan limbah menjadi pakan, pupuk organik campuran, maka dibutuhkan mesin pellet dan pencampur pakan. Makanan ternak/ikan, pupuk organik campuran dibuat dengan kaidah pengetahuan dan dicetak dalam bentuk pellet. Pupuk cair untuk tanaman Chlorella sp. menggunakan kolam uji coba. b.  Merancang penggunaan gas menjadi bahan bakar (BBG)

Gas yang didapatkan dari tangki pencerna diharapkan habis untuk menguapkan/ mengeringkan calon pakan ternak/ikan dan calon pupuk campuran. Gas yang berasal dari tangki pencerna kalau kelebihan dialirkan pada kompor, mesin pengering atau lampu petromaks yang nantinya dapat membantu proses dan produk dari pengelolaan limbah sapi potong. Apabila nantinya dibuat besar maka akan dapat membangkitkan listrik.


Page 2

Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia dan kotoran hewan. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik anaerobik (bakteri penghasil gas metan yang hanya dapat hidup dalam kondisi bebas oksigen) dari proses perombakan bahan-bahan organik. Karena sifat gas metan yang mudah terbakar, biogas dapat dipakai sebagai sumber energi alternatif bagi masyarakat.

Kementerian Pertanian melaksanakan program pengelolaan limbah ternak, yaitu Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat. Kegiatan ini adalah pemanfaatan hasil samping peternakan berupa kotoran ternak segar (KTS) mennjadi biogas dan pupuk organik.

Beberapa contoh nyata dari kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga di Desa Paya Tungel. Dengan bimbingan teknis dari Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi, kelompok ternak Cinta Maju mengembangkan proyek biogas skala terbatas. Biogas yang mereka buat berasal dari bahan baku kotoran ternak yang diolah dalam suatu instalasi biogas sederhana. Caranya dengan membuat tangki penampungan limbah dari batu bata dan semen, kemudian membuat jaringan pipa dari instalasi biogas ke rumah-rumah warga.

Aksi serupa juga sudah dilakukan oleh warga di Desa Cabbeng, Bone, Sulawesi Selatan sejak tahun 2013 dan warga Desa Mundu, Klaten sejak tahun 2014. Pasokan kotoran bahan baku biogas berupa limbah sapi berasal dari ternak warga. Karena pada umumnya warga dari tiga desa ini adalah peternak.

Biogas yang dihasilkan dimanfaatkan oleh warga sebagai sumber energi pengganti listrik dan gas elpiji. Tujuan penggunaan teknologi sederhana ini adalah mengantisipasi kelangkaan bahan bakar minyak dan sebagai aksi pengendalian pencemaran lingkungan.

Biogas memang merupakan energi alternatif yang sangat dianjurkan untuk mengantisipasi perubahan iklim. Karena pengelolaan limbah ternak menjadi biogas terbukti menurunkan emisi GRK. Berdasarkan laporan RAN GRK Kementerian Pertanian, pada tahun 2012, setelah program ini dilaksanakan terjadi serapan karbon sebesar 2.044.395 CO2-e.

Hal ini dapat dipastikan karena penggunaan biogas mencegah pelepasan gas CH4 yang dihasilakan oleh limbah ternak ke atmosfer. Selain itu, biogas tidak menghasilkan asap seperti pada pembakaran bahan bakar fosil. Dan karena biogas berasal dari limbah, maka sangat membantu pengelolaan limbah dan sampah untuk mewujudkan lingkungan yang bersih.

Sumber :
  • Laporan RAN GRK Kementerian Pertanian 2014
  • http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/potensi-biogas-untuk-masyarakat-indonesia
  • http://www.biru.or.id/index.php/news/2017/01/01/264/5-desa-di-indonesia-ini-bukti-nyata-transisi-energi-biogas.html
  • http://www.kompasiana.com/novi.ardiani/biogas-sumber-energi-terbarukan-untuk-indonesia-mandiri-dan-mendunia_5683bbe0c2afbd2209d9e0ff
  • http://www.kompasiana.com/masfathan66/memasak-dan-memanaskan-air-tanpa-listrik-dan-elpiji_591be3821297731a26f96ce9
  • http://mediaindonesia.com/news/read/94971/menuju-mandiri-energi-desa-mundu-arisan-biogas/2017-03-05

Abbasi, Tasneem, S. M. Tauseef, and S. A. Abbasi. 2012. Biogas Energy. New York: Springer.

Firmansyah, Dendy., Siahaan Kevin., Wahyuningsih, Tri. 2017. Mewujudkan Desa Mandiri Pangan dengan “Integrated Farming SystemBerbasis Potensi Lokal”. Jurnal tidak dipublikasikan.

Indraswati Serindit. 2005. Pembangkitan Biogas dari Kotoran Sapi: Hidrolisis Termal Pada Tahap Pengolahan Pendahuluan, JurnalTeknik Kimia, Institut teknologi sepuluh Nopember, Surabaya.

Price, F., dan Paul, N.C., 1981. Biogas Production and utilization. Ann Arbor Science Publishers, Inc., Michigan, pp 6 – 8, pp 65 – 68.

Priyadi Fahad., Subiyanta, Erfan. 2015. Studi Biogas dari Kotoran Ternak Sapi sebagai Energi Alternatif untuk Penerangan. Halaman 53 – 60

Putro, Sartono. 2007. Penerapan Instalasi Sederhana Pengolahan Kotoran Sapi Mnjadi Energi Biogas di Desa Sugihan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. WARTA, Vol 10, No 2,halaman 178 – 188.

Sasse, L. 1992., Pengembangan Energi Alternatif Biogas dan Pertanian Terpadu di Boyolali Jawa Tengah, Borda-LPTP, Surakarta.

Sawasdee, V. 2014. Feasibility of Biogas Production from Nepier Grass. Energi Procedia. (61) : 1229 – 1233.

Sooch, S. 2014. Dry Fermentation Technology for Utilization of Bio-Energy Crops/Crop Residues For Biogas Production. Carbon – Science and Technology. Vol 7 ( 2 ) : 33-41.

Wahyuni, s. 2013. Biogas energi alternatif pengganti bbm, gas, dan listrik. Pt. Agro media pustaka. Jakarta selatan. 117 hlm

Wahyuni, S. 2015. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta Timur. 116 hlm.

Zicari, M.S 2003. Removal of Hydrogen Sulfide from Biogas Using CowManure Compost. Thesis. Cornell Univesity. 120 hlm.


Page 2

SNITT (Seminar Nasional Inovasi Teknologi Terapan) 2017

ISBN 978-602-51450-0-1

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PELUBANG PLAT

Jufri Jufri, Muhammad Luthfi Sonjaya, Ardi Ardi

237-241

KAJIAN PEMBUATAN BATAKO DENGAN PENAMBAHANLIMBAH KERTAS HVS

Irna Hendriyani, Rahmat Rahmat, Suheriah Mulia Devi

316-321

Fathur Zaini Rachman

369-374

RANCANG BANGUN ALAT PEMILAH SAMPAH CERDAS OTOMATIS

Prengky Aritonang, Bayu E.C, Steven Daniel K, Julyar Prasetyo

375-381