Mengapa anak anak Nuh ingin mendirikan menara Babel?

Dalam peristiwa air bah, Tuhan hanya menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Nuh hidup bergaul dengan Allah.

Nuh memiliki tiga orang anak, yaitu Sem, Ham dan Yafet. Dari ketiga anak-anak Nuh inilah tersebar penduduk seluruh bumi. Pada saat itu, seluruh bumi masih satu bahasanya dan satu logatnya karena mereka semua berasal dari anak-anak Nuh. Suatu hari, anak-anak manusia ingin mendirikan sebuah menara yang puncaknya sampai langit, agar mereka tidak terserak ke seluruh bumi.

Mendirikan sebuah bangunan bukanlah sebuah kesalahan. Namun maksud dan tujuan dari mendirikan menara itulah yang menjadi masalahnya. Anak-anak manusia bermaksud mendirikan menara yang puncaknya sampai ke langit dengan tujuan agar dapat menjadi sama dengan Tuhan, mengejar kemuliaan nama sendiri, dan supaya tidak tersebar ke seluruh bumi.

Sejak manusia jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Tuhan yang melarang makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, manusia telah menjadi seperti Tuhan, mengetahui tentang yang baik dan jahat (Kej. 3:22). Namun jika kita renungkan, sepintar-pintarnya manusia, apakah mereka dapat menyamai Tuhan? Tentu tidak. Manusia memiliki keterbatasan, tetapi Tuhan sempurna.

Pembangunan menara ini menunjukkan ambisi dan kesombongan anak-anak manusia. Firman Tuhan berkata, “Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” (Ams. 16:5). Mereka juga menginginkan agar nama mereka dikenal. Ini bukanlah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah agar nama Tuhan yang dimuliakan, baik di darat maupun di laut, seperti tertulis dalam Yesaya 24:15: “Sebab itu permuliakanlah TUHAN di negeri-negeri timur, nama TUHAN, Allah Israel, di tanah-tanah pesisir laut!”

Selain itu, mereka juga ingin agar tidak terserak ke seluruh bumi seperti yang tertulis dalam Kejadian 11:4: “Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”” Keinginan mereka ini bertentangan dengan kehendak Tuhan. “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1:28). Akibatnya, Tuhan menyerakkan mereka ke berbagai belahan dunia dengan bahasa dan logat yang berbeda-beda.

Kita adalah anak-anak Tuhan. Janganlah kita mencari nama untuk kemuliaan diri sendiri. Janganlah kita mengambil kemuliaan Tuhan dengan tujuan agar kita dikenal dan ditinggikan oleh banyak orang. Tuhan membenci orang yang congkak. Kita harus rendah hati seperti Tuhan Yesus semasa Ia hidup di dunia ini.

Setelah Air Bah, anak-anak Nuh dan istri mereka punya banyak anak. Keluarga mereka semakin besar. Mereka pun menyebar ke daerah lain di bumi, seperti yang Yehuwa suruh.

Tapi, ada yang tidak taat kepada Yehuwa. Mereka berkata, ’Ayo kita bangun sebuah kota dan tetap tinggal di sini. Kita akan buat menara yang tingginya sampai ke langit. Kita akan jadi terkenal.’

Yehuwa tidak senang dengan apa yang mereka lakukan, jadi Dia mau menghentikan mereka. Apa kamu tahu cara Dia melakukannya? Dia membuat bahasa mereka jadi berbeda-beda. Karena tidak bisa mengerti apa yang dikatakan temannya, mereka berhenti bekerja. Kota yang mereka bangun disebut Babel, yang artinya ”Kekacauan”. Maka, orang-orang pergi dari situ dan tersebar ke seluruh bumi. Tapi di tempat mereka yang baru, mereka terus berbuat jahat. Apa masih ada yang menyayangi Yehuwa? Ayo kita cari tahu di cerita berikutnya.

”Allah menentang orang sombong, tapi menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa kepada orang rendah hati.”—Yakobus 4:6

Pertanyaan: Apa yang dilakukan orang-orang yang tidak taat kepada Yehuwa? Apa yang Yehuwa lakukan untuk menghentikan mereka?

Kejadian 11:1-9

Cerita Keruntuhan Menara Babel, Menara Tertinggi di Bumi, Simbol Keangkuhan dan Kesombongan Manusia

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah Menara Babel Babylonia (Tower of Babel).

Menara Babel adalah menara tertinggi di bumi yang pernah dibangun di zaman Babylonia.

Menara Babylonia ini berdiri setelah zaman Nabi Nuh pasca banjir bandang.

Penduduk pada zaman itu dianugerahi dengan kekuatan-kekuatan fisik yang lebih dan keperawakan yang gagah dibanding dengan bangsa-bangsa lain.

• Kesalehan Ayub Dicobai, Kehilangan Kekayaan dan Anak-anaknya, Responnya Seketika Mengubah Kehidupan

Menara inilah yang dikenal hingga saat ini sebagai simbol keangkuhan dan kesombongan manusia.

Mitologi kuno menyebutkan bahwa dahulunya manusia hanya memiliki satu rumpun bahasa dan kemudian para manusia bepergian ke arah timur dan mendirikan sebuah menara yang sangat tinggi menjulang ke langit di sebuah tempat yang bernama Shinar.

Ada banyak kisah yang menuturkan mengenai menara ini.

Diantaranya bersumber dari Kitab Taurat (Yahudi), Alkitab (Kristen), dan Alquran (Islam).

Dalam Alkitab, kisah pembangunan menara babel tertulis dalam kitab Kejadian 11:1-9:

1. Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Manado

Menara babel merupakan sebuah menara yang ingin dibangun tinggi hingga kelangit. Ketika itu setelah peristiwa air bah, keturunan nabi Nuh bertambah banyak. Mereka mendirikan suatu kota yang besar dan berencana untuk membuat menara babel yang tinggi sampai kelangit. Pada waktu itu hanya ada satu bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-harinya. Setelah kota yang mereka tinggal dibangun, mereka merencanakan membuat menara babel. Mereka sepakat untuk membuat menara itu, dan saling membatu bekerja dalam pembangunan menara yang paling tinggi. 

Tujuan dari pembuatan menara babel adalah untuk menjadikan sebuah benteng yang indah dan menjadi benteng untuk bangsa mereka berkumpul dan tidak berserak. Benteng yang dibuat untuk perlindungan dan menghidari dari segala macam bahaya yang ada. 

Mereka sangat antusias untuk membuat menara yang indah dan paling tinggi itu. Tentunya untuk membuat menara yang tinggi diperlukan waktu yang cukup lama. Setelah menara yang dibangun sudah tinggi dan mendekati selesai mereka sangat bangga dan senang melihatnya. Mereka senang karena dengan menara tersebut dapat membawa mereka menuju langit yang tinggi. Akan tetapi Allah tidak berkenana akan hal tersebut, karena mereka hanya ingin menyombongkan diri dihadapan Allah. Allah ingin manusia hidup menyebar memenuhi bumi ini, dan tidak berkumpul disatu tempat itu saja. 

Lalu Allah berencana supaya menara babel itu tidak dapat dibangun manusia hingga selesai, dan Allah inggin meruntuhkan menara itu.

Lalu bagaimana cara Allah untuk membuat menara itu runtuh?

Allah melihat mereka yang tinggal dalam kota itu berbicara dalam satu bahasa saja, dan Allah membuat manusia itu berbicara dalam banyak bahasa yang berbeda-beda. Ketika bahasa mereka menjadi banyak, maka mereka tidak mengerti apa yang dikatakan satu sama lainya.

Mengetahui bahwa bahasa mereka berbeda-beda, maka mereka mencoba berkumpul sesuai dengan bahasa masing-masing. Setelah berkumpul, mereka menyadari bahwa mereka sedang dalam suatu masalah yang besar. Mereka bingung bagaimana mereka dapat menyelesaikan menara itu, sedangkan mereka tidak mengerti bahasa satu dengan yang lainnya. 

Mereka menyadari bahwa tidak akan mungkin lagi untuk meneruskan pembuatan menara itu, dan sadar bahwa Tuhan sudah murka akan perbuatan mereka. Mereka mencoba untuk pergi ketempat lain yang dianggap cocok untuk mereka, karena tidak ada lagi gunanya mereka berkumpul dalam satu kota itu. 

BACA JUGA:

. DOA SYUKUR KOMUNI PERTAMA

. SEJARAH AGAMA KRISTEN

Dan Allah menyebarkan mereka keseluruh penjuru bumi ini dengan bahasa yang berbeda-beda. Kota itu disebut Babel yang artinya kacau, dan menara itu runtuh dengan sendirinya.

“Menara Babel,” Kisah-Kisah Perjanjian Lama (2022)

“Menara Babel,” Kisah-Kisah Perjanjian Lama

Kejadian 11

Orang-orang mencoba membangun sebuah jalan menuju surga

Setelah air bah, orang-orang mulai tidak mematuhi Allah. Beberapa dari mereka tidak percaya rencana Allah. Tanpa bertanya kepada Allah, mereka mulai membangun sebuah menara untuk mencoba mencapai surga. Itu adalah bait suci palsu yang disebut Menara Babel.

Kejadian 11:4, 9

Allah tidak berkenan bahwa orang-orang membangun menara itu. Dia mengubah bahasa mereka sehingga mereka tidak dapat mengerti satu sama lain. Karena mereka tidak dapat mengerti satu sama lain, mereka harus berhenti membangun menara itu.

Kejadian 11:6–8; Eter 1:33

Allah mencerai-beraikan orang-orang itu dan mengirim mereka ke seluruh bumi untuk tinggal.

Kejadian 11:9

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA