Mengapa allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan

Jawaban

Ketika meneliti Alkitab, ada dua fakta yang sangat jelas: Pertama, Allah itu Roh, dan tidak memiliki karakteristik atau keterbatasan manusia. Kedua, semua bukti dalam Alkitab sepakat bahwa Allah mengungkapkan diriNya kepada manusia dalam wujud laki-laki. Pertama-pertama, natur sejati Allah haruslah dipahami, bahwa Allah itu adalah Pribadi. Hal ini jelas karena Allah menyatakan semua karakteristik dari sebuah kepribadian: Allah memiliki pikiran, kehendak, intelek dan perasaan. Allah berkomunikasi, memiliki relasi, dan tindakan-tindakan Allah secara pribadi nyata dalam seluruh Kitab Suci. Sebagaimana dikatakan oleh Yohanes 4:24, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Karena Allah adalah makhluk rohani, Allah tidak memiliki karakteristik fisik secara manusia. Namun demikian, kadang-kadang bahasa kiasan dalam Alkitab menggunakan karakteristik manusia untuk menggambarkan Allah, supaya manusia memahami Allah. Cara ini disebut “antropomorfisme.” Antropomorfisme menjadi “kendaraan” bagi Allah (makhluk rohani) untuk mengkomunikasikan kebenaran mengenai natur diriNya kepada manusia, makhluk jasmaniah. Karena manusia itu makhluk jasmaniah, ia terbatas pengertiannya akan hal-hal yang melampaui dunia fisik. Melalui Kitab Suci, antropomorfisme digunakan untuk menolong manusia memahami siapakah Allah itu. Beberapa kesulitan terjadi saat meneliti fakta bahwa manusia diciptakan dalam gambar Allah. Kejadian 1:26-27 mengatakan, “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya [sendiri], menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Yang dimaksudkan dari ayat itu sebenarnya lebih mengenai perihal laki-laki maupun perempuan yang diciptakan menurut gambar Allah. Keberadaan mereka lebih agung dari semua ciptaan lainnya karena, sama seperti Allah, mereka memiliki pikiran, kehendak, intelek, perasaan dan kemampuan moral. Satwa tidak memiliki kemampuan moral, dan tidak memiliki komponen bukan-materi sebagaimana yang dimiliki oleh manusia. Kitab Kejadian memberitahukan kita bahwa ketika manusia diciptakan Allah, Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambarNya sendiri. Gambar Allah adalah komponen rohani yang hanya dimiliki oleh manusia. Allah menciptakan manusia untuk memiliki hubungan dengan Dia; manusia adalah satu-satunya ciptaan yang didesain untuk tujuan tersebut. Namun demikian, laki-laki dan perempuan hanya diciptakan sesuai dengan gambar Allah – mereka bukan duplikat dari Allah. Bahwa ada laki-laki dan perempuan tidaklah mengharuskan Allah juga memiliki ciri-ciri laki-laki dan perempuan. Ingat, diciptakan menurut gambar Allah tidak ada sangkut pautnya dengan karakteristik fisik. Kita tahu bahwa Allah adalah makhluk rohani dan tidak memiliki karakteristik fisik. Namun hal ini tidak membatasi bagaimana Allah menyatakan diriNya kepada umat manusia. Kitab Suci mengandung semua wahyu yang diberikan Allah kepada manusia mengenai diriNya sendiri, dan merupakan satu-satunya sumber informasi yang obyektif mengenai Allah. Memperhatikan apa yang diberitahukan oleh Alkitab, ada beberapa pengamatan mengenai bagaimana Allah menyatakan diri kepada umat manusia. Sebagai contoh, Alkitab mengandung hampir 170 rujukan sebagai “Bapa.” Seseorang disebut “bapa” hanya ketika dia seorang laki-laki. Kalau yang ingin dikomunikasikan memilih menyatakan diri kepada manusia dalam wujud perempuan, maka kata yang akan dipakai pastilah “ibu” dan bukan “bapa.” Baik dalam Perjanjian Lama dan Baru, kata ganti maskulin digunakan berulang-ulang untuk Allah. Yesus Kristus berkali-kali mengindentifikasikan Allah sebagai Bapa, dan pada kesempatan-kesempatan lain menggunakan kata ganti maskulin untuk merujuk pada Allah. Dalam kitab-kitab Injil saja, Kristus menggunakan istilah “Bapa” hampir 160 kali, yang secara langsung merujuk pada Allah. Yang perlu diperhatikan adalah pernyataan Kristus dalam Yohanes 10:30. Di sana Dia mengatakan, “Aku dan Bapa[Ku] adalah satu." Jelaslah bahwa Yesus Kristus datang dalam wujud seorang laki-laki ,mati di salib untuk membayar dosa dunia, dan sama seperti Allah Bapa, dinyatakan kepada manusia dalam wujud laki-laki. Alkitab mencatat berbagai contoh lainnya di mana Kristus menggunakan kata benda dan kata ganti maskulin untuk merujuk pada Allah. Surat-surat Perjanjian Baru (dari Kisah Rasul sampai Wahyu) juga mengandung hampir 900 ayat di mana kata “theos” – kata benda maskulin dalam bahasa Yunani – digunakan sebagai rujukan langsung pada Allah. Dalam bahasa Inggris, kata ini kebanyakan hanya diterjemahkan sebagai “God” (Allah). Dalam berbagai rujukan kepada Allah dalam Kitab Suci, terlihat jelas ada konsistensi di mana Allah disebut dengan menggunakan gelar-gelar, kata benda dan kata ganti maskulin. Walaupun Allah bukanlah manusia, tapi Roh, Dia memilih wujud maskulin untuk mengungkapkan diriNya kepada umat manusia. Sama halnya, Yesus Kristus, yang secara terus menerus diperkenalkan dengan gelar-gelar, kata benda dan kata ganti maskulin, mengambil wujud seorang laki-laki saat Dia hidup di bumi ini. Para nabi Perjanjian Lama dan para Rasul Perjanjian Baru merujuk pada Allah dan Yesus Kristus dengan nama dan gelar maskulin. Allah memilih untuk mengungkapkan diri dalam wujud semacam ini untuk memudahkan manusia memahami siapakah Allah itu. Menuntut bahwa Allah memilih wujud perempuan untuk menyatakan diri kepada manusia bertentangan dengan pola yang diperlihatkan dalam Kitab Suci. Kalau saja Allah memilih wujud feminin, maka akan ada bukti-bukti tertulisnya dalam Alkitab. Bukti itu sama sekali tidak ada. Sekalipun Allah memberi kelonggaran untuk menolong manusia memahami diriNya, penting bagi kita untuk tidak berusaha “mengurung” Allah dengan membatasi Dia dengan apa yang tidak pantas untuk natur diriNya.

English

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (28) Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

Saya ingin merenungkan bersama Anda pagi ini mengenai tiga hal yang diajarkan dalam teks ini. Pertama adalah bahwa Allah menciptakan manusia. Kedua adalah bahwa Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya. Ketiga adalah bahwa Allah menciptakan kita laki-laki dan perempuan.

Adalah mungkin untuk memercayai ketiga kebenaran ini, tetapi tetap tidak menjadi orang Kristen. Bagaimanapun, ketiga kebenaran ini juga diajarkan dalam Kitab Suci orang Yahudi. Karena itu orang Yahudi yang baik, yang memercayai Kitab Suci itu, akan menerima kebenaran-kebenaran ini. Tetapi meskipun Anda memercayai ketiga kebenaran ini dan tetap tidak menjadi orang Kristen, tetap saja ketiga kebenaran ini menunjuk kepada Kekristenan. Ketiga kebenaran ini menantikan penyelesaian yang hanya mungkin digenapi oleh Kristus dan karya-Nya. Itulah yang ingin saya bicarakan, khususnya berkenaan dengan kebenaran ketiga – yakni bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah sebagai laki-laki dan perempuan.

1. Allah Menciptakan Manusia

Mari kita merenungkan kebenaran pertama: bahwa manusia telah diciptakan oleh Allah. Saya pikir ini menantikan sebuah penjelasan. MENGAPA Ia menciptakan kita? Ketika Anda membuat sesuatu, Anda memiliki sebuah alasan untuk membuatnya. Tetapi apakah dunia seperti yang kita kenal selama ini, memiliki jawaban yang memadai bagi pertanyaan itu? Kitab Perjanjian Lama berbicara mengenai manusia yang diperintahkan Allah untuk menaklukkan bumi di bawah kekuasaannya. Kitab itu berbicara mengenai betapa manusia itu diciptakan demi untuk menyatakan kemuliaan Allah (Yesaya 43:7). Kitab itu berbicara mengenai bumi yang dipenuhi dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan.

Tetapi fakta apa yang kita lihat? Kita melihat dunia yang memberontak kepada Sang Pencipta. Kita melihat Kitab Suci orang Yahudi yang ditutup dengan kisah tentang penciptaan yang sama sekali tidak tuntas dan pengharapan akan kemuliaan yang baru akan terwujud kelak kemudian hari. Maka percaya saja bahwa Allah menciptakan manusia seperti yang diajarkan oleh Kitab Suci orang Yahudi, sebagaimana bahwa Ia meminta agar kelanjutan kisah itu diceritakan, yaitu, Kekristenan. Hanya dalam Kristuslah tujuan penciptaan dapat digenapi.

2. Allah Menciptakan Kita menurut Gambar-Nya

Atau ambillah kebenaran kedua sebagai contoh: Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya. Pasti ini berkaitan erat dengan mengapa kita ada di sini. Tujuan Allah dalam menciptakan kita pasti berkaitan dengan fakta bahwa kita bukan katak atau kadal atau burung atau bahkan monyet. Kita adalah manusia menurut gambar Allah, kita saja dan tak satu pun makhluk yang lain.

Tetapi lihatlah, betapa hebat kita telah mengacaukan martabat yang sedemikian mulia ini. Apakah kita seperti Allah? Ya dan tidak. Ya, kita menyerupai Allah, sekalipun berdosa dan tidak beriman, tetap ada keserupaan. Kita tahu ini karena dalam Kejadian 9:6 Allah berfirman kepada Nuh, “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” Dengan kata lain, sekalipun hidup di dunia di mana dosa melimpah ruah (dengan banyaknya pembunuhan, misalnya) keberadaan manusia masih seturut dengan gambar Allah. Manusia tidak selayaknya dibunuh, seperti halnya tikus dan nyamuk. Anda kehilangan nyawa Anda jika Anda menghilangkan nyawa seorang manusia. (Lihat Yakobus 3:9.)

Tetapi apakah kita sudah menjadi gambar seperti yang dimaksudkan Allah? Bukankah gambar itu telah dirusak hingga hampir-hampir tak dapat dikenali lagi? Apakah Anda merasa bahwa Anda menyerupai Allah dalam kondisi seperti Anda seharusnya menjadi? Jadi, di sini sekali lagi kepercayaan bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah menantikan suatu penyelesaian – dalam hal ini suatu penebusan, transformasi, semacam penciptaan ulang. Dan itulah tepatnya yang dibawa oleh Kekristenan. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik ... mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 2:8-10; 4:24). Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya, tetapi kita telah merusaknya hingga hampir tak dapat dikenali lagi dan Yesus adalah jawabannya. Ia menjadi dekat oleh iman, Ia mengampuni, Ia menyucikan, dan Ia memulai sebuah proyek reklamasi yang disebut pengudusan yang akan berakhir dalam kemuliaan, yang terutama dimaksudkan oleh Allah bagi manusia. Oleh karena itu, semenjak kita tahu bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah, maka dosa dan kejahatan kita pun menantikan jawaban. Dan Yesus itulah satu-satunya jawaban.

3. Allah Menciptakan Kita Laki-laki dan Perempuan

Kebenaran ketiga dalam bagian firman ini adalah bahwa Allah menciptakan kita laki-laki dan perempuan. Dan ini juga menunjuk kepada Kekristenan dan menantikan penyelesaian dari Kristus. Bagaimana caranya? Paling tidak dalam dua hal. Yang pertama adalah melalui rahasia pernikahan. Yang kedua adalah melalui keburukan sejarah relasi laki-laki dan perempuan di dalam dosa.

Rahasia Pernikahan

Ambillah contoh rahasia pernikahan. Dalam Kejadian 2:24, tepat setelah kisah tentang bagaimana perempuan diciptakan, Musa (penulis Kitab Kejadian) mengatakan, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Sekarang ketika Rasul Paulus mengutip ayat tersebut dalam Efesus 5:32 ini, ia mengatakan, “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Dan, dengan menggunakan ayat tersebut sebagai petunjuk, ia pun menyingkapkan arti pernikahan: yakni bahwa pernikahan itu merupakan simbol kasih Kristus kepada jemaat, yang digambarkan dalam kekepalaan suami yang penuh kasih kepada istrinya; dan itu merupakan simbol kerelaan jemaat untuk taat kepada Kristus, yang digambarkan dalam hubungan istri dengan suaminya.

Ia menyebut Kejadian 2:24a sebagai sebuah “rahasia” karena Allah tidak menyingkapkan dengan jelas semua tujuan-Nya bagi pernikahan laki-laki dan perempuan dalam Kitab Kejadian ini. Ada sejumlah isyarat dan petunjuk dalam Perjanjian Lama bahwa pernikahan adalah seperti hubungan Allah dan umat-Nya. Tetapi hanya ketika Kristus datanglah, rahasia pernikahan dapat dijelaskan secara terperinci. Itu dimaksudkan sebagai gambaran dari kovenan Kristus dengan umat-Nya, komitmen-Nya terhadap jemaat.

Jadi, apakah Anda memahami betapa Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, dan menetapkan pernikahan sebagai sebuah relasi di mana laki-laki meninggalkan ibu dan bapanya lalu bersatu dengan istrinya dalam komitmen kovenan – bagaimana aksi penciptaan dan ordinasi pernikahan ini menantikan penyataan dari Kristus dengan jemaat-Nya. Aksi penciptaan dan ordinasi pernikahan ini meminta Kekristenan menyatakan rahasia itu.

Ini merupakan pemikiran yang sangat asing bagi kebanyakan orang, bahkan kebanyakan orang Kristen, sebab pernikahan merupakan institusi sekuler sekaligus Kristen. Anda mendapatinya dalam segala kultur, bukan hanya dalam masyarakat Kristen. Maka kita tidak selayaknya mengasumsikan semua pernikahan non-Kristen yang kita ketahui sebagai representasi misterius dari relasi Kristus dengan jemaat. Sekalipun demikian, semua pernikahan itu, serta eksistensi kita sebagai laki-laki dan perempuan dalam pernikahan memerlukan Kristus untuk menyatakan diri-Nya dalam relasi-Nya dengan jemaat. Kekristenan menggenapi pemahaman kita tentang kovenan pernikahan.

Izinkan saya di sini melukis sebuah gambar bagi Anda dan memberinya corak yang mungkin tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya. Kristus akan datang kembali ke bumi ini. Sekalipun Anda pernah melihat-Nya pergi, namun Ia akan datang kembali, demikian kata sang malaikat. Jadi, mari kita mencoba membayangkan hari itu bersama-sama. Langit terbuka dan sangkakala berbunyi, lalu Anak Manusia tampak di awan-awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar, serta dengan puluhan ribu malaikat kudus yang bercahaya seperti matahari. Ia mengutus malaikat-malaikat itu untuk mengumpulkan orang pilihan-Nya dari empat penjuru angin dan membangkitkan dari antara orang mati, orang-orang yang telah mati dalam Kristus. Ia menganugerahkan kepada orang-orang yang mati dalam Kristus itu tubuh yang baru dan mulia sebagaimana tubuh-Nya sendiri, dan dalam sekejap mata mengubahkan kita yang masih hidup ini agar siap untuk masuk dalam kemuliaan.

Masa persiapan panjang sang mempelai Kristus (jemaat!) akhirnya selesai juga dan Ia menggandeng tangannya, seperti sebelumnya, dan membawanya menuju meja perjamuan. Perjamuan kawin Sang Anak Domba telah tiba. Ia berdiri pada sisi kepala meja dan kesenyapan pun meliputi jutaan orang kudus. Lalu Ia berkata, “Kekasih-Ku, inilah makna pernikahan itu. Kepada inilah semua pernikahan itu telah menunjuk. Inilah sebabnya Aku telah menciptakan kamu laki-laki dan perempuan, dan telah menetapkan kovenan pernikahan. Semenjak saat itu takkan ada lagi hal kawin dan dikawinkan, karena realitas ultimat telah datang, sehingga bayang-bayang pun boleh berlalu” (lihat Markus 12:25; Lukas 20:34-36).

Sekarang mari kita mengingat apa yang sedang kita kerjakan. Kita sedang mencoba untuk melihat bahwa kebenaran ketiga, yakni bahwa Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya sebagai laki-laki dan perempuan itu, menunjuk kepada Kekristenan sebagai penggenapannya. Dan saya telah mengatakan bahwa itu dilakukan melalui dua hal. Pertama adalah melalui rahasia pernikahan. Penciptaan manusia sebagai laki-laki dan perempuan memberikan kerangka penting dalam penciptaan bagi penetapan pernikahan. Anda tidak mungkin melakukan pernikahan tanpa adanya laki-laki dan perempuan. Dan makna pernikahan takkan dapat dipahami sesuai dengan esensi atau kepenuhannya, sampai kita dapat memahaminya sebagai perumpamaan dari relasi antara Kristus dengan jemaat.

Jadi, penciptaan sebagai laki-laki dan perempuan menunjuk kepada pernikahan dan pernikahan menunjuk kepada Kristus dan jemaat. Dan karenanya, kepercayaan bahwa Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya sebagai laki-laki dan perempuan itu takkan lengkap tanpa Kekristenan – tanpa Kristus dan karya penyelamatan-Nya atas jemaat.

Keburukan Sejarah Hubungan Laki-laki–Perempuan

Selanjutnya, saya pernah mengatakan bahwa ada cara lain yang melaluinya penciptaan laki-laki dan perempuan menurut gambar Allah itu menunjuk kepada Kekristenan sebagai penggenapan yang diperlukan. Persisnya adalah melalui distorsinya, dalam keburukan sejarah relasi laki-laki-perempuan. Izinkan saya mencoba untuk menjelaskan.

Ketika dosa memasuki dunia, dampak pada hubungan kita sebagai laki-laki dan perempuan sungguh menghancurkan. Allah datang kepada Adam setelah Adam makan buah yang dilarang dan menanyakan apa yang telah terjadi. Adam berkata dalam Kejadian 3:12, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Dengan kata lain itu adalah kesalahan Hawa (atau kesalahan-Mu karena memberikan Hawa kepadaku!), jadi jika ada seseorang yang harus mati karena makan buah itu, maka itu selayaknya adalah Hawa!

Di sinilah Anda mendapati awal dari semua kekerasan dalam rumah tangga, semua penganiayaan terhadap istri, semua pemerkosaan, semua pelecehan seksual, semua cara merendahkan perempuan, sebagai makhluk yang telah diciptakan Allah menurut gambar-Nya sendiri.

Kejadian 3:16 menjatuhkan kutukan atas laki-laki dan perempuan yang jatuh dalam dosa demikian: Allah berkata kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” Dengan kata lain, akibat dari dosa dan kutukan dari zaman kita itu adalah adanya konflik di antara kedua makhluk berbeda jenis kelamin ini. Ayat ini bukanlah deskripsi tentang bagaimana sesuatu itu seharusnya berjalan. Sebaliknya, ini adalah deskripsi tentang bagaimana sesuatu itu akan berjalan dengan cara terkutuk selagi dosa masih berkuasa. Laki-laki sebagai makhluk yang dominan dan perempuan sebagai makhluk yang manipulatif. Ini jelas bukan merupakan implikasi dari keberadaan laki-laki dan perempuan yang seturut dengan gambar Allah. Sebaliknya, itu semata merupakan cerminan dari keburukan dosa.

Lalu, bagaimana bisa keburukan ini menunjuk kepada Kekristenan? Keburukan itu menunjuk kepada Kekristenan karena keburukan itu memerlukan pemulihan yang dibawa oleh Kekristenan kepada relasi antara laki-laki dan perempuan. Jika Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya SEBAGAI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN, maka itu mengimplikasikan adanya kesetaraan pribadi, kesetaraan martabat, saling menghormati, saling melengkapi, harmoni, sebuah tujuan yang telah disatukan. Tetapi di manakah semua ini berada dalam sejarah dunia? Semua itu ada di dalam pemulihan yang dikerjakan oleh Yesus.

Dua Observasi tentang Penyembuhan yang Dikerjakan oleh Yesus

Ada begitu banyak hal yang perlu dikatakan terkait dengan hal ini. Tetapi biarlah saya berfokus hanya pada dua hal.

3.1. Tujuan Diciptakannya Laki-laki dan Perempuan

Pertama, Rasul Petrus mengatakan dalam 1 Petrus 3:7, bahwa suami dan istri Kristen adalah “teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.” Apakah artinya ini? Ini berarti bahwa di dalam Kristus, kaum laki-laki dan kaum perempuan memulihkan tujuan penciptaan laki-laki dan perempuan yang seturut dengan gambar Allah. Ini berarti bahwa dalam kebersamaan sebagai laki-laki dan perempuan, mereka akan memancarkan kemuliaan Allah dan dalam kebersamaan sebagai sesama teman pewaris, mereka akan mewarisi kemuliaan Allah.

Penciptaan sebagai laki-laki dan perempuan menurut gambar Allah (saat Anda melihatnya beriringan dengan dosa) menantikan digenapkannya pemulihan yang datang bersama dengan karya Kristus yang mengubahkan dan warisan yang telah dilunasi-Nya demi para pendosa. Kristus memulihkan dari dosa, realitas bahwa laki-laki dan perempuan merupakan sesama teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.

3.2. Makna Kelajangan sebagai Laki-laki dan Perempuan

Hal lain yang perlu disebutkan terkait dengan cara Kristus membalikkan keadaan dan menaklukkan keburukan konflik kita serta menggenapi tujuan diciptakannya laki-laki dan perempuan menurut gambar Allah itu dapat ditemukan dalam Surat 1 Korintus 7. Di sana Rasul Paulus mengatakan sesuatu yang luar biasa radikal bagi zaman itu: “Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.... Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.... Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.... Semuanya ini kukatakan ... bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu ... melayani Tuhan tanpa gangguan” (1 Korintus 7:8, 32-35).

Apakah Anda memahami apa yang diimplikasikan di sini? Ini mengimplikasikan bahwa kesembuhan yang dibawa oleh Yesus kepada laki-laki dan perempuan yang diciptakan menurut gambar Allah itu tidak bergantung pada pernikahan. Sesungguhnya pengalaman Rasul Paulus sebagai laki-laki lajang (dan sebagai model dari keberadaan Yesus sebagai laki-laki lajang) telah mengajar dia bahwa ada sejenis pelayanan bagi Tuhan yang hanya mungkin bagi laki-laki atau perempuan lajang, yang biasanya kurang sesuai bagi orang-orang kudus yang hidup berpasangan.

Cara lain untuk mengatakan hal itu adalah seperti berikut ini. Pernikahan merupakan sebuah institusi temporer bagi masa di mana kita hidup, sampai tiba masa kebangkitan bagi orang-orang yang telah mati. Esensi dari makna dan tujuan pernikahan adalah untuk menggambarkan hubungan Kristus dengan jemaat. Tetapi ketika realitas yang sesungguhnya telah tiba, maka penggambaran seperti yang telah kita ketahui itu akan dikesampingkan. Tidak akan ada hal kawin atau dikawinkan pada masa yang akan datang. Dan para lajang yang setia melayani Tuhan akan duduk pada perjamuan nikah Sang Anak Domba sebagai teman pewaris penuh dari kasih karunia, yaitu kehidupan. Dan seturut dengan kesetiaan mereka melayani Tuhan dan pengorbanan mereka, mereka akan beroleh ganjaran berupa kasih sayang dan relasi serta sukacita yang tak pernah terbayangkan.

Rangkuman

Maka biarlah saya merangkum apa yang telah kita pahami.

  1. Allah menciptakan manusia. Dan sebagaimana dikisahkan oleh bagian akhir dari Perjanjian Lama, fakta yang menakjubkan ini menuntut kelanjutan dari kisah itu, yakni Kekristenan, untuk menjelaskan apa yang telah dikerjakan oleh Allah. Tujuan-Nya dalam penciptaan takkan menjadi lengkap tanpa karya Kristus.

  2. Allah menciptakan kita MENURUT GAMBAR-NYA. Tetapi kita telah merusak gambar itu sedemikian parah sehingga hampir tidak dapat dikenali. Karena itu kebenaran ini meminta penyelesaian dari Kekristenan, karena apa yang dilakukan oleh Yesus adalah mengklaim kembali apa yang pernah hilang. Itu disebut sebagai “penciptaan baru dalam Kristus.” Gambar itu dipulihkan kembali dalam kebenaran dan kekudusan.

  3. Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya SEBAGAI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN. Dan ini juga meminta penggenapan dalam kebenaran Kekristenan. Tidak seorang pun dapat sepenuhnya memahami apa makna menjadi laki-laki dan perempuan dalam pernikahan sampai mereka melihat bahwa pernikahan dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan Kristus dan jemaat. Dan tak seorang pun dapat mengetahui tujuan sesungguhnya dari diciptakannya laki-laki dan perempuan menurut gambar Allah sampai mereka mengetahui bahwa laki-laki dan perempuan adalah teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan. Dan akhirnya, tidak seorang pun dapat sepenuhnya memahami arti kelajangan sebagai laki-laki dan perempuan menurut gambar Allah, sampai mereka belajar dari Kristus bahwa pada masa yang akan datang tidak akan ada pernikahan, sehingga tujuan mulia sebagai laki-laki dan perempuan menurut gambar Allah tidak bergantung pada pernikahan, tetapi pada kesetiaan mereka melayani Tuhan.

Oleh karena itu tinggallah di dalam kebenaran-kebenaran ini: Allah menciptakan Anda; Ia menciptakan Anda menurut gambar-Nya; dan Ia menciptakan Anda laki-laki atau perempuan agar Anda dapat secara total dan secara radikal dan secara unik melayani Tuhan.