Mengapa Allah dan nabinya melarang kita marah?

Ilustrasi marah. Foto: Freepik

Marah adalah perasaan yang lazim dimiliki manusia. Ada banyak hal yang bisa membuat manusia tidak mampu mengontrol emosinya hingga berujung pada kemarahan.

Marah juga merupakan salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia. Dengan cara ini, setan akan lebih mudah mengendalikan manusia untuk berbuat hal buruk. Ketika seseorang marah, ia bisa dengan mudah mencaci maki, mengucapkan kalimat buruk, bercerai, bahkan saling membunuh.

Marah adalah luapan emosi yang sangat dibenci Allah SWT dan Rasulullah SAW. Karenanya, jauh lebih baik jika manusia bisa menahan amarah, apalagi hanya karena mengikuti hawa nafsu yang ujung-ujungnya tidak membawa manfaat apapun bagi diri sendiri maupun orang lain.

Nabi Muhammad SAW pun telah memberi perhatian pada larangan marah, seperti tertulis dalam beberapa hadist. Berikut penjelasan selengkapnya.

Ilustrasi marah. Foto: Unsplash

Hadits larangan marah ini sifatnya adalah dalil perintah (‘amr). Ada beberapa hadits yang umumnya dibacakan sebagai peringatan untuk menahan marah.

Hadits pertama dari Abu Hurairah رضي الله عنه‎‎, ia berkata:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

"Laysas syadiid bis shura’ati, innamas syadiidul ladzii yamliku nafsahu ‘indal ghadab."

Artinya: "Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: ‘Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.’ - Muttafaq ‘Alaih: Hadits Shahih Al-Bukhari nomor 6114 dan Muslim nomor 2609."

Hadits kedua diriwayatkan Bukhari yang berbunyi:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Artinya: "Dari Abu Hurairah ‎رضي الله عنه‎‎ bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi ‎Muhammad SAW : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi ‎صلى الله عليه وسلم bersabda: “La Tagh-Dhob; Jangan marah!"-H.R. Bukhari.

Maksud “jangan marah” di sini memiliki dua makna yang perlu diketahui umat Muslim, yaitu:

  • Menahan diri ketika ada sebab yang membuatnya marah, sampai akhirnya menjadi tidak marah lagi.

  • Jangan sampai melakukan kelanjutan dari marah. Jika ada yang mau marah hingga mau mentalak istrinya, maka seseorang perlu mengingatkan dengan berkata, “Bersabarlah, tahanlah diri terlebih dahulu.”

Hadist ketiga, Rasulullah SAW menjelaskan tentang keutamaan orang yang dapat menahan amarahnya. Beliau bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ

Artinya: "Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai."

Rasulullah SAW juga bersabda kepada seorang sahabatnya tentang keutamaan menahan amarah adalah memperoleh surga. Beliau bersabda:

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

Artinya: "Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga."

Larangan marah pun menjadi sebuah wasiat Rasulullah SAW yang wajib disampaikan kepada umatnya. Itu karena marah memiliki dampak buruk yang sangat besar.

Bentuk tindakan dari marah. Foto: Pexels

Sebagai manusia, marah adalah perasaan lazim yang dimiliki oleh siapa pun. Dalam hidup pula, kadang seringkali terjadi hal yang membuat kita marah hingga menimbulkan perselisihan dengan orang lain. Lantas, apa kalian pernah mendengar pernyataan kalau marah tidak boleh lebih dari tiga hari?

Nabi Muhammad SAW sebenarnya memiliki cara untuk mengendalikan marah, seperti diam.

Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda:

"Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad)

Nah, perihal marah tidak boleh lebih dari tiga hari pun pernah diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW.

Dari Abi Ayub al-Anshariy, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam."(HR. Muslim)

Hadist tersebut bisa menjelaskan kenapa kita semua sebagai umat Muslim tidak boleh marah lebih dari tiga hari. Sebab marah adalah perbuatan yang sangat disukai oleh setan. Larangan ini dibuat karena sebagai sesama Muslim, marah bisa menjadi penyebab putusnya tali silaturahmi. Ini jelas bukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT.

"Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia merobahnya dengan tangannya, apabila dia tidak mampu mengubah dengan tangannya maka dengan lisannya, dan apabila tidak mampu mengubah dengan lisannya maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya keimanan.” (HR.Muslim)

Setiap manusia tentu pernah merasakan yang namanya mendapatkan perlakuan buruh dari seseorang. Tapi, dari sikap yang mereka berikan, kita harus bijak pula dalam bertindak. Ingatlah untuk tidak selalu membalas perbuatan buruk dengan perbuatan buruk.

Allah SWT berfirman dalam QS. Fushilat ayat 34-35 yang artinya:

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."

Maka dari itu, jangan pernah menciptakan permusuhan apalagi saling membenci karena itu adalah perbuatan setan.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra ayat 7 yang artinya:

"Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula."

Semoga kita semua tidak tumbuh sebagai manusia yang saling membenci, ya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA