Mengapa agama Islam berkaitan dengan jalur perdagangan

ke dalam 200 ml air dimasukkan 0,2 mol glukosa Tentukan besarnya kenaikan titik didih larutan jika diketahui KB air 0,52 derajat Celcius m pangkat 1​

Apa maksudnya pernyataan Dengan mempelajari Sejarah, kita dilatih untuk berpikr Holistic dan Multi perspektif? jelaskan !​

cerita tentang nabi Ismail​

sujud sahwi di lakukan ..... dan ..... salam​

Saat kita di alam kubur, kita bakal di tanya 6 pertanyaan, nah saat kita menjawab pertanyaan itu, apakah kita harus pakai Bahasa Arab?

siapa orang yg menciptakan lagu Garuda Pancasila?​

Salah satu organisasi bentukan Amir Sjarifuddin yang memiliki peran besar dalam Pemberontakan PKI Madiun adalah Front Demokrasi Rakyat. Jelaskan strat … egi yang dilakukan oleh FDR untuk menjatuhkan Kabinet Hatta sebagai awal mula munculnya pemberontakan PKI Madiun!​

bagaimana tanggapan kalian tentang adanya sejarah dibangunnya candi Borobudur​

Jelaskan metode penyelesaian damai yang ditempuh bangsa Indonesia dalam menghadapi pemberontakan DI/TII Aceh!​

Bagaimana pasukan Westerling memanfaatkan kepercayaan rakyat setempat terkait dengan Ramalan Jayabaya untuk membentuk pasukan pemberontakan?​

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perairan laut yang luas. Kondisi perairan laut tersebut tidak membatasi interaksi antarpulau, bahkan dimanfaatkan sebagai saluran perdagangan. Aktivitas perdagangan yang terjalin antarpulau satu dengan yang lain menimbulkan terbentuknya jaringan perdagangan nasional antarpulau di Indonesia.

Begitupun dengan penyebaran agama Islam, dimana Islam dan jaringan perdagangan antarpulau sangat erat kaitannya.  Kontak dagang Islam dan jaringan perdagangan antarpulau ini sudah berlangsung sejak abad ke-7, dan jalur perdagangan yang digunakan mengikuti jaringan perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan negeri-negeri di Asia Tenggara, India, dan Cina.

Hubungan penyebaran pengaruh agama Islam dan jaringan perdagangan antarpulau ini, ditempuh melalui 2 jalur perdagangan utama yaitu lewat jalur darat dan jalur laut.

Terkenal dengan juluran jalur Sutra (the silk route). Dengan jalur ini, para pedagang Islam melintasi Jazirah Arab melewati Baghdad, Samarkand, kota-kota di Uzbekistan, Tajkistan, Turkemistan, kemudian ke daratan Tiongkong.

Sesampainya di Lanzhao, jalur darat terpecah menjadi jalur selatan ke Calcutta dan jalur timur ke Xian sampai Guangzhou tetapi tujuan utama kedua rombongan ini sama-sama menuju selat malaka. Dari selat malaka yang strategis, pedagang Islam itu dapat menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.

Jalur ini dimulai dari pesisir Jazirah Arab ke Teluk Persia melewati kota-kota pelabuhan di pesisir Irak dan Iran menuju India. Dari India para pedagang Islam ini berlanjut ke Selat Malaka dan menyebar ke berbagai wilayah atau kepulauan di Indonesia.

(Baca juga: Saluran Penyebaran Islam di Indonesia)

Sumber Berita Penyebaran Islam di Indonesia

Ada berbagai macam informasi  yang didapat  mengenai proses masuknya Islam ke Indonesia dari berbagai sumber, baik itu sumber asing maupun sumber di dalam negeri. Beberapa informasi tersebut antara lain:

  • Laksamana Cheng ho dari Tiongkok mencatat terdapatnya kerajaan yang bercorak Islam atau kesultanan, antara lain Samudra Pasai dan Malaka yang tumbuh dan berkembang sejak abad ke 13 sampai abad ke 15.
  • Catatan Ma Huan, penjelajah dan penerjemah dari Tiongkok, memberitakan adanya komunitas muslim di pesisir utara Jawa Timur.
  • Berita Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) memberikan gambaran mengenai keberadaan jalur pelayaran jaringan perdagangan, baik regional maupun internasional. Ia merinci tentang situasi jalur lalu lintas dan kehadiran para pedagang di Samudera Pasai yang berasal dari Jawa, Melayu, India Turki, Arab, dan Persia.
  • Catatan Chou Ku-Fei (1178 M) terdapatnya 2 tempat yang menjadi komunitas orang Ta-shih yaitu Fo Lo-an dan Sumatera Selatan. Wilayah ini kekuasaan Sriwijaya. Fo-Lo-an sekarang lebih dikenal sebagai Kuala Brag, Trengganu dan Malaysia.
  • Berita Jepang (784) pendeta Kanshin menemui kapal-kapal posse dan Ta-Shih K-ou.
  • Catatan perjalanan Marco Polo (1292), yang mengisahkan perjalanan Marco Polo ke Sumatera bagian utara. Ia sempat singgah ke Kerajaan Islam Samudera Pasai dalam pelayarannya dari Cina ke Eropa.

Sejumlah kota menjadi pusat ekonomi dan dagang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada awal abad pertengahan, Pax Islamica menjadi dasar bagi masa emas perekonomian. Saat itu, kegiatan ekonomi dan perdagangan melibatkan pedagang Arab, Persia, Berber, Yahudi, dan Armenia.

Para pedagang melakukan kegiatan perdagangan dari Gibraltar atau Jabal Tariq hingga ke Laut Cina. Saat itu, orang-orang Eropa masih terbatas geraknya. Mereka hanya mampu melakukan perjalanan dan perdagangan sepanjang Adriatik, wilayah selatan Italia, dan di antara pulau-pulau yang ada di Kepulauan Yunani. Beberapa abad kemudian, warga Italia baru bisa mencapai Mediterania.

Dengan maraknya kegiatan perdagangan itu, umat Islam dahulu mampu menggerakkan perekonomian dan pengumpulan modal melalui aktivitas ekonomi dibandingkan Eropa. Sebab, pertanian dan perdagangan telah lebih dulu mengalami kemajuan pesat di dunia Islam.

Meski perekonomian dan perdagangan tak secara signifikan mengubah struktur masyarakat Islam, aktivitas itu diakui telah memberikan dampak bagi terjadinya akumulasi modal. Tentu saja, pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah kekuasaan Islam.

Sejumlah kota menjadi pusat ekonomi dan dagang. Pada abad-abad awal, Baghdad menjadi salah satu pusat kedua kegiatan itu. Bahkan, aktivitas ekonomi di kota tersebut memberikan pengaruh besar bagi kota-kota lainnya.

Saat mencapai abad ke-10, pusat kegiatan perdagangan mulai beralih, yaitu dari Irak dan Teluk Persia ke Laut Merah, Mesir, dan pelabuhan-pelabuhan di Semenanjung Arabia. Akhirnya, Kairo menggantikan Baghdad sebagai pusat aktivitas perekonomian.

Peralihan ini beriringan dengan semakin kuatnya kekuasaan Dinasti Fatimiyah di wilayah Mediterania, khususnya di Sisilia, Tunisia, dan Suriah. Persentuhan Mesir dengan Eropa diwakili oleh para pedagang dari keluarga Karimi yang muncul pada abad ke-11.

Mengapa agama Islam berkaitan dengan jalur perdagangan

sumber : Mozaik Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

AKURAT.CO Agama Islam mulai masuk ke tahan Sumatera pada abad ke-7 Masehi. Pada waktu itu, di Sumatera sendiri sudah berdiri kerajaan Buddha di Sriwijaya (683-1030 Masehi). Akibatnya, proses masuknya agama Islam di Sumatera mengalami sedikit kesulitan.

Pada saat kerajaan Sriwijaya mendapatkan serbuan dari India, disitulah kesempatan yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam ke berbagai daerah-daerah pulau Sumatera.

Dalam sejarahnya, proses masuknya agama Islam di Sumatera dipengaruhi oleh wilayah Aceh yang merupakan cikal-bakal terjadinya penyebaran agama Islam di Nusantara.

Islam masuk melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang dipastikan terletak di ujung barat pulau Sumatera.

Kota Barus saat itu dianggap sebagai perkampungan Islam tertua di Nusantara. Di Barus, ditemukan sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di mana pada batu nisan tertulis bahwa Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masci. Selain itu terdapat pula makam Syaikh Ushuluddin yang panjangnya diperkirakan sampai 7 meter. Hal ini menguatkan sinyal jika komunitas Muslim memang sudah ada di Barus pada era itu.

Hubungan yang sudah lama terbina, akhirnya melahirkan asimilasi keturunan Arab-Aceh di sekitar ujung pulau Sumatera, yang hasilnya adalah Islam lebih mudah berkembang begitu cepat di Aceh sejak abad ke-7 Masehi.

Selain melalui jalur perdagangan, agama Islam masuk ke tanah Sumatera juga dipengaruhi oleh kerajaan, wali, dan ulama-ulama yang berada di Sumatera. Saat ini, bukti-bukti proses penyebaran Islam di tanah Sumatera menghasilkan masjid-masjid, makam, serta beberapa peninggalan lainnya yang keberadaannya masih terawat hingga saat ini. 

Terdapat sebuah poster yang berjudul "Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera". Poster tersebut dirancang dan didesign dalam rangka kegiatan Pameran Cagar Budaya yang berada di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 11-17 Desember 2015.

Balai Pelestarian Cafe Budaya Jambi (BPCB Jambi) mendukung dan mengapresiasi penuh kegiatan Pameran Budaya Nusantara ini, di mana  tujuan dilakukannya acara ini merupakan edukasi bagi masyarakat tentang proses internalisasi dan pelestarian budaya.[]