Masih layakkah Indonesia disebut sebagai negara agraris bila masih apa alasannya?

PERTANYAAN itu kian menggelitik kita sebagai warga negara yang konon merupakan negara agraris. Setelah 70 tahun merdeka, lantas, masihkah Indonesia bercorak agraris?

Banyak kacamata yang bisa dipakai untuk melihat kecenderungan itu. Sebagian kalangan yang memandang dari sisi kemandirian pangan mengatakan Indonesia sulit untuk disebut negara agraris lagi karena kini tak sepenuhnya mampu memenuhi sendiri kebutuhan bahan pangan.

Swasembada pangan sebagai salah satu tolok ukur yang sering dipakai untuk melihat keagrarisan Indonesia masih saja terasa sulit digapai. Yang terjadi, impor justru kian merajalela untuk sebagian komoditas.

Namun, dari kacamata lain, jika mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang angkatan kerja di tiap sektor, Indonesia sebetulnya masih dapat dikatakan sebagai negara agraris. Setidaknya, masih ada lebih dari 30% angkatan kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian.

Meski demikian, BPS sendiri mulai mencium juga adanya peralihan angkatan kerja sektor pertanian ke sektor perdagangan. Itu bisa dilihat dari data terbaru yang mereka lansir di Jakarta, Rabu (4/5).

Pada Februari 2016, BPS mencatat 31,74% pekerja Indonesia atau 38,29 juta bekerja di sektor pertanian. Padahal, Februari tahun lalu jumlah pekerja di sektor itu masih mencapai 40,12 juta. Artinya, hampir 2 juta pekerja sektor pertanian beralih ke sektor lain hanya dalam setahun.

Jika tren itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin jumlah petani atau pekerja di sektor pertanian di Indonesia akan habis dalam 20 tahun yang akan datang.

Berkebalikan dengan sektor pertanian, sektor perdagangan yang merupakan sektor terbesar kedua penyedot tenaga kerja nasional, pelan tapi pasti terus meningkat. Pada Agustus 2014 BPS mencatat pekerja di sektor perdagangan 24,83 juta, meningkat menjadi 26,65 juta di Februari 2015, kemudian 28,50 juta pada Februari 2016.

Sektor lain yang juga mengalami peningkatan ialah sektor jasa kemasyarakatan dan keuangan. Mobilisasi penyerapan tenaga kerja itu, menurut Kepala BPS Suryamin, menandakan adanya pergeseran kultur pekerja di Indonesia.

Dalam setahun terakhir jumlah penduduk bekerja menurun kecuali di sektor perdagangan yang meningkat 1,8 juta jiwa dan sektor jasa kemasyarakatan yang bertambah 380 ribu orang, kata Suryamin di kantornya, Rabu (4/5).

Angka-angka itu menunjukkan bahwa, di satu sisi, sektor jasa dan keuangan kian menarik minat para angkatan kerja Indonesia. Akan tetapi, sebagai efeknya, petani sedang mengalami deregenerasi yang patut diwaspadai. (Fathia Nurul Haq/E-1)

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA